FIFA Club World Cup atau Piala Dunia Antarklub FIFA 2017 yang berlangsung di Uni Emirat Arab pada pertengahan Desember 2017 ini baru saja berakhir. Mari kita bernostalgia sedikit ke salah satu edisi paling berkesan sepanjang sejarah ajang ini, yaitu ajang tahun 2009 yang diakhiri final antara Barcelona melawan Estudiantes.
Meski cenderung kurang mendapat perhatian dibandingkan Liga Champions Eropa, atau bahkan Liga Champions Asia, Piala Dunia Antarklub tetap menjadi buruan bergengsi klub-klub juara di setiap benua. Pada tahun 2009, ajang yang disponsori oleh banyak perusahaan ternama ini merupakan edisi keenam dan dimainkan di Uni Emirat Arab (UAE). UAE dipilih menjadi tuan rumah mengungguli Australia dan Jepang serta Portugal yang mengundurkan diri dari proses pemilihan.
Bahasan utama dari ajang ini tentu saja merupakan laga final yang berlangsung pada tanggal 19 Desember 2009, antara Barcelona sebagai juara Liga Champions Eropa dan kampiun Amerika Selatan, Estudiantes. Laga yang dimenangkan oleh Barcelona melalui perpanjangan waktu ini mengukir sejarah baru. Klub Spanyol tersebut menjadi kubu pertama yang memenangkan enam gelar juara dalam satu musim.
Namun, pasukan Josep Guardiola tak meraih gelar keenam mereka tersebut dengan mudah. Mauro Boselli mencetak gol yang membawa Estudiantes unggul pada menit ke-37. Gelar ini terlihat akan segera terbang jauh dari Barcelona, karena mereka tertinggal hingga menit ke-89 pertandingan. Gaya bermain atraktif yang mereka perlihatkan sewaktu mengalahkan Manchester United di final Liga Champions 2009 tak berkembang sama sekali melawan Estudiantes.
Pedro Rodriguez akhirnya datang sebagai penyelamat dengan menyamakan kedudukan satu menit sebelum waktu normal habis. Gol ini mengukuhkan nama Pedro sebagai pemain spesialis turnamen dengan selalu mencetak gol di enam kompetisi berbeda. Pertandingan pun dilanjutkan ke perpanjangan waktu.
Sorak-sorai di bangku cadangan Barcelona pun pecah ketika Lionel Messi mencetak gol kemenangan menggunakan dadanya pada menit kelima babak kedua perpanjangan waktu. Skor 2-1 bertahan hingga pertandingan usai. Klub kebanggaan masyarakat Catalunya ini secara dramatis memenangkan gelar keenam mereka dalam satu musim, mengalahkan rekor lima trofi Liverpool pada tahun 2001.
Di pihak lain, pesona Piala Dunia Antarklub 2009 bukan hanya milik Barcelona. Justru para pencinta sepak bola dibuat kagum oleh kiprah wakil Asia, Pohang Steelers. Klub asal Korea Selatan yang menjuarai Liga Champions Asia 2009 ini memang terhenti di semifinal akibat kalah dari Estudiantes dengan skor 1-2. Namun, perjuangan mereka mengejar ketertinggalan dari skor 0-2 patut diacungi jempol.
Penampilan impresif diulangi Pohang pada laga perebutan juara tiga melawan wakil Meksiko pemenang kompetisi Amerika Utara dan Tengah, Atlante. Skor imbang 1-1 bermuara ke adu penalti yang dimenangkan kubu Asia. Kemenangan Pohang memastikan peringkat tiga Piala Dunia Antarklub tetap berada di tangan wakil-wakil Asia sejak tahun 2006.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.