Dunia Lainnya

Piala Dunia Antarklub: Makanan Empuk Wakil UEFA dan CONMEBOL

Berbicara tentang gelaran Piala Dunia Antarklub yang diselenggarakan induk organisasi sepak bola dunia (FIFA) setiap tahun, sudah pasti memunculkan kompetisi Piala Sir Thomas Lipton dan Piala Interkontinental sebagai akarnya. Bila ditelusuri lebih jauh, dua gelaran tersebut memang jadi cikal bakal ajang yang mempertemukan tim-tim yang memenangi kejuaraan regional tertinggi di kawasannya masing-masing.

Seperti yang sama-sama kita ketahui, Piala Dunia Antarklub baru muncul di tahun 2000 yang lalu dengan tajuk Kejuaraan Dunia Antarklub FIFA, bersamaan dengan penyelenggaraan Piala Interkontinental. Namun masalah yang mengganggu International Sport and Leisure sebagai lembaga marketing yang dipercaya FIFA guna mempromosikan ajang ini dalam kurun 2001-2004, membuat Piala Dunia Antarklub pun mati suri.

Setahun kemudian, barulah kejuaraan yang mempertemukan enam jawara kompetisi antarklub tertinggi di masing-masing konfederasi (Afrika, Amerika Selatan, Amerika Utara, Tengah dan Karibia, Asia dan Oseania) plus satu tim tuan rumah dari negara penyelenggara ini, dilangsungkan secara kontinyu hingga saat ini. Sampai sekarang, ada empat negara yang pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia Antarklub yakni Brasil, Jepang, Maroko, dan Uni Emirat Arab.

Untuk Piala Dunia Antarklub 2017, negara yang disebut terakhir kembali memperoleh status sebagai tuan rumah dengan Al Jazira  sebagai wakil klub lokal dari Uni Emirat Arab. Setelahnya, ada Auckland City (juara Liga Champions OFC), Gremio (pemenang Copa Libertadores/CONMEBOL), Pachuca (kampiun Liga Champions CONCACAF), Real Madrid (jawara Liga Champions UEFA), Urawa Red Diamonds (juara Liga Champions AFC), dan Wydad Casablanca (pemenang Liga Champions CAF) menjadi pesertanya.

Walau usianya terhitung sudah cukup tua buat ukuran sebuah turnamen, nyatanya kompetisi yang satu ini belum menghadirkan kesetaraan bagi seluruh peserta. Pasalnya, pemenang Piala Dunia Antarklub masih didominasi oleh wakil Amerika Selatan dan Eropa. Ya, Piala Dunia Antarklub masih jadi makanan empuk bagi klub-klub asal konfederasi CONMEBOL dan UEFA.

Tercatat, ada tiga wakil Amerika Selatan yang pernah menjuarai turnamen ini yaitu Corinthians (2000, 2012), Internacional (2006), dan Sao Paulo (2005). Sementara utusan Eropa menggamit sembilan gelar yang masing-masing didapatkan oleh Barcelona (2009, 2011, 2015), Real Madrid (2014, 2016), AC Milan (2007), Bayern München (2013), Internazionale Milano (2010), dan Manchester United (2008).

Konon, salah satu penyebab mengapa kompetisi ini masih didominasi oleh wakil CONMEBOL dan UEFA adalah format yang diterapkan oleh FIFA. Dibagi dalam empat fase yakni play-off, perempat-final, semifinal dan final, FIFA menempatkan para pemenang Copa Libertadores dan Liga Champions UEFA langsung di babak semifinal. Sementara perwakilan dari tim lain diletakkan pada babak sebelumnya dan mesti baku pukul terlebih dahulu sebelum berjumpa wakil CONMEBOL dan UEFA.

Kenyataan tersebut membuat peluang dari klub-klub yang berasal dari luar dua konfederasi tersebut semakin kecil guna menembus babak final. Berdasarkan statistik di ajang ini pun, hanya tiga kali partai final tak mempertemukan wakil Amerika Selatan dan Eropa. Hal itu berlangsung di tahun 2010, 2013, dan 2016.

Kondisi ini sering sekali dikritisi lantaran ada kecenderungan bahwa FIFA masih menganakemaskan wakil CONMEBOL dan UEFA. Beberapa pengamat bahkan menyebut jika Piala Dunia Antarklub tak ada bedanya dengan kejuaraan Piala Interkontinental yang memang didesain untuk mempertemukan juara Liga Champions UEFA dan Copa Libertadores saja.

Akan tetapi, FIFA masih bergeming dengan kritik semacam itu dan format yang telah mereka gunakan sejak beberapa tahun lalu tetap digunakan. Apalagi, turnamen yang satu ini juga memiliki keterbatasan waktu penyelenggaraan sehingga agak susah buat memperkenalkan format baru (misalnya saja menggunakan format kompetisi penuh agar seluruh tim berjumpa dan tim yang berada di puncak klasemen akhir menjadi jawaranya).

Tahun ini, nama Gremio dan Real Madrid yang memiliki skuat mentereng serta lengkap, digadang-gadang bakal kembali muncul sebagai kampiun. Kalaupun kesebelasan dari konfederasi lain memiliki kans, rasionya jelas tak sebesar dua klub tersebut.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional