Dunia Lainnya

17 Desember 2006 : Momen Spesial bagi Internacional

Edisi ketiga sepanjang sejarah pagelaran Piala Dunia Antarklub diselenggarakan tahun 2006 yang lalu di Jepang. Tiga stadion megah yaitu Stadion Internasional Yokohama, Stadion Nasional Tokyo, dan Stadion Toyota ditetapkan panitia penyelenggara sebagai venue.

Ada enam kontestan dari masing-masing konfederasi yang tampil di ajang ini. Mereka adalah Al Ahly (juara Liga Champions Afrika), Auckland City (kampiun Liga Champions Oseania), Barcelona (jawara Liga Champions Eropa), Club America (pemenang Liga Champions CONCACAF), Internacional (juara Copa Libertadores), dan Jeonbuk Hyundai Motors (kampiun Liga Champions Asia).

Tidak seperti edisi Piala Dunia Antarklub dalam kurun beberapa tahun belakangan, pada pagelaran tahun 2006 ini belum ada kesebelasan dari negara tuan rumah yang ikut serta.

Barcelona yang ketika itu masih ditukangi Frank Rijkaard, menjadi tim yang difavoritkan bakal membawa pulang trofi Piala Dunia Antarklub. Skuat yang dijubeli pemain bintang dan permainan cantik di atas lapangan menjadi alasan utama kenapa Los Cules diunggulkan.

Ditempatkan langsung pada partai semifinal, Barcelona yang saat itu mengandalkan poros Carles Puyol, Deco, dan Ronaldinho langsung melaju mulus. Club America yang jadi lawan mereka langsung disikat habis dengan skor telak 4-0.

Di babak pamungkas, lawan yang mereka hadapi adalah Internacional, wakil CONMEBOL yang sebelumnya mengandaskan perlawanan Al Ahly di partai semifinal via kedudukan 2-1.

Walau menjadi underdog di laga puncak, Internacional sama sekali tidak jeri dengan kekuatan Los Cules. Abel Braga, sang juru taktik, meyakini bahwa skuatnya yang diisi oleh nama-nama semisal Ceara, Fernandao, Alexandre Pato, dan Luiz Adriano pasti sanggup meladeni aksi Ronaldinho dan kawan-kawan.

Bertempat di Stadion Internasional Yokohama yang disesaki oleh 67 ribu pasang mata tepat pada tanggal ini sebelas tahun silam, Barcelona dan Internacional akhirnya beradu kemampuan di atas lapangan hijau.

Sama-sama menurunkan starter terbaiknya, kedua tim terlibat jual beli serangan sedari wasit Carlos Batres asal Guatemala meniup peluit tanda dimulainya babak pertama.

Namun seiring waktu, jalannya laga berhasil dikendalikan oleh para pemain Los Cules. Pergerakan bola begitu lengket di kaki Ronaldinho beserta kolega dan mereka pun bisa mengeksploitasi ruang yang tersedia. Tapi sayang, segala daya upaya yang dikerahkan oleh para penggawa Barcelona di babak pertama tak jua membuahkan hasil.

Mujur buat Los Cules, tim lawan juga mengalami kebuntuan akut sehingga tak mampu mengoyak jala yang dikawal Victor Valdes walau mendapat sejumlah kans yang cukup menjanjikan pada 45 menit pertama.

Pasca-jeda, Barcelona tetap mengendalikan permainan dan terus melakukan tekanan ke jantung pertahanan Internacional. Sayangnya, beberapa peluang emas yang sukses dituai anak asuh Rijkaard selalu mampu dibendung oleh Ceara dan kawan-kawan. Kegagalan demi kegagalan itu membuat para penggawa Los Cules diliputi rasa frustasi.

Terus menerus melancarkan serangan, Barcelona justru dikejutkan oleh Clube de Povo, julukan Internacional, pada menit ke-82. Pemain pengganti, Adriano Gabiru, justru menjadi sosok pertama di laga ini yang berhasil menceploskan bola ke dalam gawang.

Menerima sodoran Iarley yang ketika itu dijaga ketat oleh Puyol, Gabiru berlari kencang dan merangsek ke dalam kotak penalti Los Cules tanpa bisa dicegah oleh Rafael Marquez. Berada dalam situasi satu lawan satu dengan Valdes, Gabiru mengeksekusi bola dengan sangat dingin untuk mengubah papan skor menjadi 1-0 buat keunggulan Internacional.

Tersentak oleh gol itu, Barcelona mencoba bangkit di sisa waktu yang ada. Namun sejumlah kans yang mereka peroleh selalu gagal menelurkan hasil. Kala Butres meniup peluit panjang tanda berakhirnya laga, gestur kecewa pun menyeruak dari para penggawa Barcelona.

Sebaliknya, para pemain, pelatih dan suporter Internacional justru bersorak gembira menyambut keberhasilan mereka menggondol trofi Piala Dunia Antarklub perdana sepanjang sejarah klub.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional