Kehebohan sudah muncul di latihan perdana skuat Persib Bandung bersama pelatih baru mereka, Roberto Carlos Mario Gomez. Dalam sesi latihan tertutup yang digelar pada Rabu (13/12) tersebut, muncul sosok yang sudah tidak asing lagi. Sosok yang sudah lama pergi kini telah kembali. Pemain tersebut adalah gelandang mungil, Eka Ramdani.
Sontak pro dan kontra kemudian muncul di kalangan Bobotoh terkait kedatangan kembali sosok yang akrab disapa “Ebol” ini. Wajar saja, karena kepergian Ebol sebelumnya menyisakan situasi yang tidak mengenakkan. Masih segar dalam ingatan bagaimana reaksi Bobotoh yang sampai menyegel distro milik sang pemain akibat kepergiannya ke Persisam Samarinda saat itu.
Tetapi, tak sedikit juga penggemar yang memiliki tanggapan baik terkait kembalinya Eka ke tim Maung Bandung. Karena memang ada beberapa alasan yang membuat kedatangan kembali pemain asal Purwakarta ini mesti diterima dengan terbuka dan lapang.
Safiq Rahim role dan tutor untuk Gian Zola
Dalam skema utama Mario Gomez, poros gelandang akan memiliki tugas yang sangat sentral. Di kesebelasan sebelumnya yang ia tangani, Johor Darul Ta’zim (JDT), Gomez memiliki Safiq Rahim yang berperan sebagai pengatur serangan. Safiq memiliki peran besar mengalirkan serangan tim dalam proses yang lebih sistematis. Boleh jadi, Gomez dan manajemen Persib merasa bahwa Eka bisa menjadi sosok yang sepadan untuk menjalankan peran yang serupa dengan yang dilakukan oleh Safiq di JDT.
Keduanya juga memang memiliki banyak kesamaan. Baik Safiq maupun Eka merupakan tipe gelandang mungil dengan kualitas operan yang jempolan. Yang agak berbeda adalah, tipe operan Eka lebih float sementara Safiq lebih senang melepaskan operan dengan tipe whipped. Anda yang memainkan gim simulasi football manager pastinya tidak asing dengan dua istilah untuk menggambarkan tipe operan dari kedua pemain ini. Dan baik Eka maupun Safiq sama-sama andal dalam mengeksekusi tendangan bebas.
Selain kebutuhan yang sifatnya teknis di lapangan, kedatangan Eka juga membuat sosok Gian Zola mendapatkan tutor yang sesuai. Seperti yang diketahui bahwa penampilan dari gelandang muda ini agak menurun dan rasanya jauh tertinggal dengan rekan satu angkatannya, Febri Hariyadi. Eka bisa membuat permainan Zola menjadi lebih berkembang dari sebelumnya. Termasuk soal bermain di area yang lebih dalam, yang tentunya akan membuat dimensi permainan dari gelandang muda tersebut menjadi semakin meningkat.
Eka memang sudah tidak muda lagi. Tenaganya mungkin tidak sama seperti sepuluh tahun lalu. Tetapi seperti yang diujarkan oleh kata-kata bijak “class is permanent”, Anda bisa melihat sendiri bagaimana kemampuannya mengatur serangan, serta operan-operan Eka masih ciamik. Tenaganya dibutuhkan, juga kepemimpinannya di lapangan, sesuatu yang hilang di Persib terutama setelah Firman Utina hengkang.
Terlebih, kepindahan ini juga memiliki dampak besar kepada sang pemain. Eka sendiri tentunya masih menyimpan rasa penasaran besar untuk bisa membawa tim tanah kelahirannya tersebut menjadi juara, karena ia melewatkan kesempatan tersebut pada tahun 2014 lalu.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia