Anda tahu, cukup sering terjadi perubahan peran dan posisi seorang pesepak bola, entah karena faktor usia atau demi memaksimalkan kemampuan si pemain. Salah satu perubahan peran yang terbukti efektif adalah ketika Pep Guardiola memainkan Lionel Messi di depan kotak penalti. Sejak saat itu, terjadi perubahan yang tak disangka. Messi’s role yang inspiratif.
Sekitar tahun 2009, Guardiola memberikan instruksi spesifik kepada Messi, tepatnya ketika Barcelona akan menghadapi Real Madrid. Menjelang pertandingan, waktu menunjukkan hampir tengah malam ketika Pep menelepon Messi. Setelah telepon ditutup, Messi bergegas menuju kantor Pep. Pelatih plontos tersebut ingin Messi melakukan “sesuatu”.
Secara spesifik, Pep ingin Messi banyak bergerak ke ruang di antara dua lini Madrid, yaitu lini pertahanan dan lini tengah. Ruang “antara” tersebut harus digunakan Messi untuk memancing salah satu dari dua bek Madrid untuk naik menekan dirinya dan meninggalkan ruang kosong di lini pertahanan. Tugas yang sangat sederhana.
Ketika pertandingan digelar, di atas kertas, Pep masih menggunakan skema pakem 4-3-3, dengan Messi berada di sisi kanan, mengawani Samuel Eto’o sebagai penyerang tengah, dan Thierry Henry di sisi kiri. Setelah mengawasi jalannya pertandingan sekitar 10 menit, Messi mulai banyak bergerak sesuai instruksi Pep.
Keberadaan Messi di ruang di antara bek tengah dan gelandang tengah membuat struktur Madrid goyah. Terutama, pergerakan tersebut membuat duet bek tengah Madrid kala itu, Fabio Cannavaro dan Christoph Metzelder, kebingungan. Situasi bingung inilah yang diincar Pep. Baik Cannavaro maupun Metzelder memang terpancing untuk selalu menekan Messi. Alhasil, ruang di depan penjaga gawang Madrid menjadi terbuka.
Pep mengeksploitasi visi Messi. Ia tak hanya sekadar menggeser posisi Messi dan kanan ke tengah. Alhasil, kekuatan terbesar Messi berhasil dibangunkan oleh pelatih yang saat ini menjadi juru kemudi Manchester City. Dan El Clasico malam itu menjadi festival bagi Cules di penjuru dunia ketika Madrid takluk dengan skor 6-2. Messi membuat dua gol dan satu asis. Komplet.
Lantas, instruksi sederhana dari Pep tersebut, oleh media, dibahasakan dengan istilah “false nine”, sebuah peran yang sebelumnya sudah banyak dibedah di sepanjang sejarah sepak bola. Perubahan peran ini sangat membantu Messi seiring karier gemilangnya. Salah satunya adalah membantunya tetap berada di level terbaik ketika semakin menua, kecepatan Messi semakin berkurang.
Visi sebagai kekuatan terbesar
Messi muda adalah penyerang sayap yang eksplosif. Akselerasi, dari posisi diam lalu mencapai kecepatan tertinggi, bisa dicapai dalam hitungan detik. Hingga sekitar dua tahun yang lalu, ciri khas ini berubah. Messi tak lagi sering mengandalkan kecepatan, dengan menggiring bola, melewati dua atau tiga pemain.
Perubahan fisik dan penurunan kecepatan disikapi dengan memanfaatkan kekuatan terbesar Messi, yaitu visi dan teknik. Pola giringan Messi semakin sederhana, meski tetap saja sangat sulit untuk dihentikan bek lawan. Perubahan fisik pula yang konon membuat David Beckham tak lagi bermain sebagai sayap kanan seperti ketika ia masih muda. Atau seperti ketika Paolo Maldini yang beralih menjadi bek tengah, dari posisi asli sebagai bek sayap ketika masih belia.
Meskipun tak lagi eksplosif seperti dahulu, Messi justru semakin berbahaya karena variasi cara bermain yang semakin bertambah. Areanya di depan kotak penalti mengizinkan Messi untuk memaksimalkan teknik mengumpan yang semakin tajam. Umpan-umpan diagonal, terutama kepada Jordi Alba, menjadi salah satu cara menyerang yang sering terlihat.
Ketika masih ada Neymar di Barcelona, umpan-umpan diagonal Messi ke sisi kiri menjadi senjata ampuh. Mengapa? Karena Neymar akan mendapatkan ruang yang luas ketika menerima bola dari sisi kanan, di mana Barcelona banyak melakukan build-up serangan. Sederhana saja: overload sisi kanan, lalu pindahkan permainan ke sisi kiri dalam sekejap (positional play). Akurasi umpan diagonal Messi sangat bisa diandalkan. Silakan suntuki video di sini:
Musim 2017/2018, Messi tak lagi bergerak dari sisi kanan menuju depan kotak penalti. Area bermain Messi semakin mengecil. Salah satunya karena perubahan taktik yang dibawa oleh Ernesto Valverde. Messi banyak bermain di belakang Luis Suarez sebagai penyerang tengah dalam pola dasar 4-1-3-2 dan 4-4-2. Perhatikan data ciamik dari wyscout di bawah ini:
Dari dua data di atas terlihat rata-rata area Messi. Arsiran menggambarkan luasan area yang dijelajahi pemain asal Argentina tersebut sepanjang pertandingan. Messi, yang banyak beredar di depan kotak penalti juga menjadi ujung dari poros Sergio Busquets (pemain nomor 5), Paulinho (15), dan Messi sendiri (10). Sederhananya: Busquets mengawali serangan, Paulinho memastikan bola sampai sepertiga lapangan, dan Messi mengkreasi, sekaligus menjadi penyelesai peluang. Peta umpan dari @11tegen11 di bawah ini bisa menjadi panduan:
Ketika melawan Valencia, Valverde memasukkan Gerard Deulofeu untuk menyediakan width (pemain yang banyak berdiri di sisi lapangan) di sisi kanan. Tujuannya adalah membuat Messi tak perlu bergerak di area yang terlalu luas, misalnya harus melebar ke sisi kanan. Dengan cara ini, stamina dan fokus Messi akan tetap terjaga di tengah pertandingan dengan intensitas tinggi.
Perubahan posisi dan peran juga terlihat dari pola distribusi Messi sepanjang musim ini, baik soal tembakan (peluang) atau umpan.
Area yang diarsir pada data di atas menunjukkan area dominan di mana Messi melepaskan tembakan ke arah gawang. Ada tiga area di mana Messi sering melepaskan tembakan, yaitu tengah (depan kotak penalti persis), halfspace kanan dan halfspace kiri.
Tiga area tersebut membantu Messi melihat posisi gawang dengan lebih jelas. Hasilnya, dari 15 laga di La Liga, Messi membukukan 14 gol dan lima asis. Selain tetap tajam, kontribusi gol Messi semakin baik.
Sebuah inspirasi
Perubahan posisi dan peran Messi adalah anugerah bagi dirinya sendiri dan tentu saja untuk Barcelona. Keputusan ini bisa menjadi contoh bagi pemain-pemain tertentu yang punya spesifikasi seperti “Messi muda”.
Di La Liga saat ini, setidaknya ada dua pemain yang punya spesifikasi seperti itu. Mereka adalah Marco Asensio dari Real Madrid dan Mikel Oyarzabal dari Real Sociedad. Keduanya punya kecepatan, teknik menggiring bola yang begitu baik, dan yang paling penting: mata yang jeli untuk mencipta peluang.
Keduanya punya kaki yang mendukung untuk menjadi penyerang sayap yang baik. Namun, bisa jadi, visi mencipta peluang adalah kekuatan terbesar mereka. Asensio sendiri sudah menunjukkannya ketika mengirim umpan membelah pertahanan Sevilla yang bisa dimaksimalkan menjadi gol oleh Cristiano Ronaldo.
Tonton di sini: Deretan skill dari Marco Asensio selama bermain di Real Madrid
Kelebihan yang sama juga dimiliki Oyarzabal. Penyerang sayap berusia 20 tahun ini punya kemampuan yang mendukung untuk bermain di sisi lapangan. Seperti Asensio, visi Oyarzabal sudah semakin tajam. Di usia muda, Oyarzabal tampak sudah seperti pemain dewasa. Ia cerdas, pandai memilih waktu untuk melepas umpan.
Satu lagi kelebihan Oyarzabal adakah keuletan mempertahankan penguasaan bola di depan barisan bek lawan. Kelebihan yang membuatnya bisa mendominasi area di depan kotak penalti.
Tonton di sini: Deretan skill dari Mikel Oyarzabal selama bermain di Real Sociedad
Baik Asensio dan Oyarzabal juga punya satu aspek yang membuat mereka bisa memainkan “Messi’s role”, yaitu punya dasar sebagai needle player.
Needle player adalah pemain dengan kemampuan olah bola untuk menerobos celah di antara pemain lawan menggunakan giringan bola. Kemampuan ini membantu Messi menghindari terjangan pemain lawan di depan kotak penalti dan menuju area yang lebih nyaman untuk mengirim umpan.
Pada akhirnya, tak semua pemain bisa memerankan “Messi’s role”. Dibutuhkan spesifikasi yang sangat menuntut untuk seorang pemain bisa memerankan peran ini dengan sempurna. Namun, yang paling penting adalah: jangan takut dengan perubahan. Terkadang, di balik keputusan untuk berubah, tersimpan sebuah berkah.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen