Unik rasanya melihat saudara kembar berlaga di lapangan hijau, terutama mereka yang bermain di posisi yang sama. Sebelum Bundesliga dibuat kagum oleh penampilan Sven dan Lars Bender, mereka lebih dahulu memiliki saudara kembar kelahiran Jerman berkebangsaan Turki, Hamit dan Halil Altıntop.
Kedua bersaudara ini masih aktif bermain di hari ulang tahun ke-35 mereka yang jatuh pada 8 Desember 2017. Hamit adalah yang tersukses di antara keduanya. Altıntop yang lahir sepuluh menit lebih awal ini terkenal sebagai salah satu legenda hidup Turki yang masih aktif bermain. Ia juga disegani sebagai salah satu gelandang terbaik yang pernah dihasilkan Turki selain Arda Turan, Emre Belozoglu, dan Okan Buruk.
Ia sukses membawa Turki ke semifinal Piala Eropa 2008. Salah satu aksinya yang takkan dilupakan warga negeri Kemal Ataturk ini adalah mencetak gol di perempat-final melawan Kroasia. Hamit mencetak gol ketiga untuk membawa Turki menang 3-1.
Sayang, di semifinal melawan Jerman, keberuntungan tak berpihak kepada anak-anak Turki. Hamit juga tampil spartan melawan negeri kelahirannya tersebut. Turki sempat menyamakan kedudukan menjadi 2-2 empat menit sebelum pertandingan usai. Namun, gol Philipp Lahm di menit-menit akhir membuyarkan harapan mereka melaju ke final. Meski demikian, prestasi itu sudah menjadi torehan terbaik Turki setelah juara tiga Piala Dunia 2002. Hamit juga terpilih ke dalam “Team of the Tournament” versi UEFA.
Tak hanya di situ saja Altıntop sulung ini mengharumkan nama negerinya. Ia juga memenangkan Puskás Award pada tahun 2010. Golnya melalui tendangan voli melawan Kazakhstan pada bulan September 2010 di ajang kualifikasi Piala Eropa 2012, terpilih menjadi gol terbaik dunia versi FIFA.
Prestasi Hamit di tim nasional bertolak belakang dengan Halil. Sang adik hanya mencatatkan 38 caps hingga tahun 2011, jauh di bawah Hamit yang mencatatkan 82 caps. Selain itu, Halil juga tak pernah merasakan tampil di turnamen internasional penting, seperti Piala Dunia dan Piala Eropa.
Dalam hal prestasi di level klub, Hamit pun unggul jauh dari Halil. Keduanya hanya bermain bersama selama satu musim di Schalke 04, yaitu pada musim 2006/2007. Hamit bergabung dengan raksasa Bundesliga, Bayern München pada awal musim 2007/2008 dengan status bebas transfer.
Setelah memenangkan Bundesliga dan DFB-Pokal (Piala Jerman) dua musim berturut-turut, Hamit pindah ke raksasa Spanyol, Real Madrid, pada musim panas 2011. Hanya setahun di sana, ia memenangkan gelar juara La Liga. Namun karena kesempatan bermainnya sangat terbatas, pemain kelahiran 8 Desember 1982 ini pun memutuskan bergabung dengan Galatasaray pada musim panas 2012.
Dengan biaya transfer 3,5 juta euro, Hamit menjadi pemain penting bagi skuat Galatasaray yang memenangkan dua gelar Liga Super Turki, yaitu 2012/2013 dan 2014/2015. Setelah kontraknya habis, ia pun kembali ke Jerman untuk bergabung bersama Darmstadt 98. Ia masih aktif bermain dalam usia 35 tahun.
Di lain pihak, Halil tak memiliki karier mentereng seperti saudara kembarnya. Setelah Schalke, ia membela Eintracht Frankfurt selama semusim sebelum ikut hijrah ke Liga Turki untuk membela Trabzonspor. Ia hanya bertahan selama dua tahun, sebelum kembali ke Jerman untuk membela Augsburg pada tahun 2013. Setelah empat tahun di klub tersebut, ia memutuskan untuk pindah ke klub Liga Ceko, Slavia Praha. Sepanjang kariernya, Halil tak pernah memenangkan gelar apa pun.
Perbedaan nasib keduanya memang tak tragis seperti si kembar Jose Callejon dan Juanmi Callejon, tapi mungkin lebih seperti Frank dan Ronald de Boer. Bagaimanapun juga, kedua Altıntop ini akan terus menghiasi daftar saudara kembar tersukses versi media apa pun.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.