Nasional Bola

Apakah Lord Atep Harus Beradaptasi ke Posisi Lain?

Perpindahan posisi di sepak bola merupakan sesuatu yang biasa terjadi. Ada yang terjadi ketika masih dalam level usia muda, lalu seketika berganti posisi ketika bermain sepak bola secara profesional. Bahkan ada juga pemain yang berganti posisi setelah masuk dunia pro. Salah satu alasan paling rasional tentunya adalah keberlangsungan karier.

Agar bisa tetap kompetitif, agar bisa terus berada di level tertinggi. Hal-hal tersebut yang biasanya menjadi alasan utama mengapa beberapa pemain berpindah posisi. Cara lain untuk melakukan hal tersebut adalah beradaptasi atau mengubah cara permainan. Namun, perubahan ini nyatanya tidak selalu berjalan dengan mudah.

Sir Alex Ferguson dalam autobiografinya menceritakan dua fenomena terkait adaptasi pemain ini. Yang pertama adalah ia berujar bahwa Roy Keane tidak menyadari bahwa dirinya sudah tidak sama seperti dulu lagi. Sir Alex beranggapan bahwa setelah melewati usia 30 tahun awal, Keane tidak menyadari bahwa ia sudah tidak bisa lagi menerjang, berlari, dan menjelajahi lapangan seperti ketika ia masih muda.

Sementara Rio Ferdinand, menurut Sir Alex mau melakukan perubahan. Rio sadar sudah tidak secepat dulu lagi. Ia mesti memangkas jarak dan melakukan penjagaan yang bersifat zonal ketimbang mesti berlari mengejar pemain lawan seperti ketika ia masih muda dan bugar.

Bukan hanya penggemar Persib Bandung, tetapi seluruh publik sepak bola nasional tentu heran apa yang terjadi dengan seorang Atep. Sepuluh tahun lalu, ia diprediksi akan menjadi pemain besar di Asia Tenggara bersama Le Cong Vinh dan Teeratep Winothai. Dua nama terakhir kemudian terus berprestasi. Sementara Atep, bahkan sudah minim dipanggil ke tim nasional setelah Piala AFF 2007.

Tahun berganti, musim berganti, dan pelatih berbeda pun datang ke Persib Bandung, tetapi rasanya permainan Atep tidak banyak berubah. Bahkan terkadang ada situasi di mana ia justru tampil mengecewakan padahal harapan ada di pundaknya. Meskipun dalam situasi lain, Atep bisa menjawab semua keraguan dengan sebuah gol indah dan luar biasa. Tetapi rasanya tumpukan kekecewaan timbangannya lebih berat, yerutama dalam beberapa tahun ke belakang. Penampilan hebat Atep di Liga Super 2014 selalu dianggap momentum habisnya masa terbaik dari pemain kelahiran Cianjur ini.

Bek sayap atau gelandang serang?

Sebenarnya tidak perlu mengambil contoh jauh-jauh ke Eropa sana. Beberapa pemain di kancah sepak bola Indonesia pun melakukan perubahan posisi terutama setelah mereka berusia senja. Jainal Ichwan dan Jimmy Suparno adalah salah satu contoh terbaik. Mereka sebelumnya bermain di posisi sayap area penyerangan, namun jelang akhir kariernya, mereka bermain sebagai bek kanan dan bek kiri. Bahkan, Jimmy masih bermain sampai saat ini.

Ada juga contoh begitu dekat bagi Atep sendiri di Persib Bandung. Gilang Angga Kusuma yang sempat dikenal sebagai winger lincah, jelang akhir kariernya kemudian bermain di sektor pertahanan. Begitu pula Tony Sucipto yang dulu dikenal sebagai gelandang tangguh, kini justru tersohor sebagai bek kiri yang andal.

Terdengar opsi yang masuk akal untuk Lord Atep berpindah ke posisi fullback, apalagi melihat fenomena yang sebelumnya sudah pernah terjadi. Tetapi terkadang perpindahan posisi yang ekstrem juga tidak bisa berjalan mulus dan begitu saja. Apalagi, ada banyak dimensi permainan baru yang mesti dipahami.

Ada banyak contoh yang terjadi bagi para pemain sayap. Misalnya Bastian Schweinsteiger yang bermain menjadi gelandang di usia matangnya. Hal serupa juga dilakukan oleh Ryan Giggs terutama setelah ia berada di usia pertengahan tiga puluhan. Kecepatan mereka sudah menurun. Tetapi pengalaman dan intelegensia mereka semakin meningkat seiring usia. Boleh jadi posisi gelandang serang adalah salah satu opsi lain yang mesti dipertimbangkan oleh Atep.

Tapi yang mesti disadari betul oleh Atep adalah ia bukan lagi pemain yang sama dengan dirinya di sepuluh tahun lalu, di waktu di mana ia sendiran mengobrak-abrik pertahanan Laos, Singapura, dan Vietnam. Kini sudah banyak bek sayap yang berusia lebih muda yang bisa mengejar dirinya. Trik step over-nya sudah banyak diketahui dan terbaca oleh lawan.

Dan yang terpenting, banyak pemain sayap lain yang berusia lebih muda dan lebih segar. Maka boleh jadi perubahan posisi adalah yang dibutuhkan oleh seorang Lord Atep agar bisa terus kompetitif.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia