Eropa Jerman

Bastian Schweinsteiger, Karier Gemilang dan Hidup yang Sempurna dengan Sang Istri

Perebutan tempat ketiga Piala Dunia 2006 di Stadion Gottlieb-Daimler, Stuttgart. Tuan rumah Jerman berhadapan dengan Portugal. Laga ini tidak kalah seru dengan laga final yang digelar sehari setelahnya. Karena pada babak empat besar, baik Jerman maupun Portugal tidak kalah telak dari tim yang kemudian melaju ke final, Italia dan Prancis.

Sementara Portugal masih memainkan tim terbaik mereka, Jerman justru memberikan kesempatan bermain kepada para pemain yang sebelumnya belum sempat berlaga. Salah satunya adalah kiper legendaris, Oliver Kahn, yang sepanjang turnamen mesti memberikan tempatnya kepada Jens Lehmann.

Penjaga gawang Portugal, Ricardo, bisa terus menghentikan serangan-serangan Jerman. Hingga akhirnya gawangnya bobol pada menit ke 56 oleh gelandang muda Jerman berambut pirang. Sebuah pergerakan dari sisi kiri penyerangan, kemudian diakhiri oleh tembakan keras yang kemudian membuat Ricardo tidak berdaya.

Gelandang muda ini kemudian melakukannya lagi melalui sebuah eksekusi tendangan bebas. Namun gol tersebut dihitung sebagai gol bunuh diri karena memang ada sedikit deflect dari Armando Petit dalam prosesnya. Ia pun kembali mencetak gol dengan proses yang hampir sama dengan gol pertama. Lagi-lagi tembakan keras dari luar kotak penalti yang membuat Ricardo mesti memungut bola dari gawangnya sendiri.

Gelandang muda berambut pirang tersebut bernama Bastian Schweinsteiger. Sejak pertandingan tersebut, namanya terus menggema hingga seluruh pelosok Bumi.

Bastian Schweinsteiger

 

Sempat menekuni olahraga ski, kemudian menjelma jadi gelandang hebat

Bastian Schweinsteiger memulai karier sepak bolanya dengan cukup rumit. Pada suatu masa, ia mesti memilih antara olahraga ski atau sepak bola yang kemudian akan terus ditekuninya. Bastian kemudian memilih sepak bola sebagai karier olahraga yang kemudian ditempuhnya.

Sudah berkeyakinan teguh untuk memilih sepak bola sebagai jalan hidupnya, Bastian kemudian menemukan jalan terjal. Apalagi cap sebagai pemberontak dan sulit diatur sudah melekat padanya sejak usia muda. Bastian memulai segala sesuatunya dengan sulit. Para pelatihnya saat itu kesulitan untuk menempatkan Bastian sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Bastian sempat bermain di beberapa posisi sebelum kemudian tersohor sebagai gelandang hebat. Ia bermain di posisi bek kiri pada karier-karier awalnya di Bayern München. Hingga kemudian berpindah ke posisi gelandang kiri. Meskipun ia bermain tidak terlalu bagus di sana hingga Felix Magath, pelatih Bayern kala itu, bahkan sampai mengirim Bastian kembali ke tim cadangan. Adalah Louis van Gaal, yang kemudian menempatkan Bastian di posisi sentral yang kemudian membuat kariernya meroket.

Hampir satu lusin gelar berhasil diberikan Bastian kepada Bayern sejak ia bermain di posisi gelandang. Termasuk kesuksesan meraih trofi Liga Champions pada tahun 2013. Posisi baru ini juga membuat Bastian menjadi legenda di sepak bola Jerman. Setelah hanya berhasil meraih tempat ketiga selama dua edisi beruntun, Bastian kemudian sukses membawa Jerman menjadi juara dunia untuk keempat kalinya pada tahun 2014 lalu.

Setelah hingar-bingar karier di Jerman bersama tim Bavaria, Bastian kemudian memilih hijrah ke Inggris untuk memperkuat tim favorit masa kecilnya, Manchester United. Sayang di sana ia hanya bertahan satu setengah musim saja karena cedera yang terus mendera. Sejak Maret 2017 lalu, ia hijrah ke Major League Soccer (MLS) dan bergabung dengan Chicago Fire.

Bastian tampak menikmati senja kariernya di MLS. Bisa banyak menikmati waktu bersama sang istri, wanita rupawan bernama Ana Ivanovic, di gemerlapnya kota Chicago. Boleh jadi ia akan mengikuti jejak rekan lamanya Philip Lahm yang akan pensiun sebelum usia 34 tahun. Dan 1 Agustus setiap tahunnya akan selalu diingat sebagai hari lahir dari gelandang hebat bernama Bastian Schweinsteiger.

Ois guade zu deim geburdstog, Bastian!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia