Musim panas yang lalu, Olivier Giroud sempat berada dalam persimpangan jalan. Kedatangan Alexandre Lacazette mengancam eksistensinya. Namun, di sisi lain, cinta Giroud untuk Arsenal sudah terlalu besar. Dan pada akhirnya, ia memutuskan untuk bertahan. Sebuah keputusan yang akhirnya menjadi sebuah penyesalan?
Sebelumnya, Giroud menegaskan bahwa ia siap berjuang mempertahankan posisinya sebagai penyerang utama skuat Arsenal. Kedatangan Lacazette hanya akan memperkuat tim, bukan mengancam masa depannya. Dengan landasan pemikiran seperti itu, Giroud menolak semua tawaran yang masuk.
Sebetulnya, penyerang asal Prancis tersebut memang masih punya banyak peminat, baik dari dalam Inggris, maupun dari negara asalnya. Dari Prancis, Marseille dikabarkan sangat tertarik. Dari Inggris, setidaknya ada dua klub yang berminat, yaitu West Ham United dan Everton. Nama terakhir menjadi klub terdepan yang berpeluang mendapatkan tanda tangan Giroud.
Everton memang membutuhkan penyerang tengah setelah melepas Romelu Lukaku ke Manchester United. Dana penjualan Lukaku, sebagian, dialokasikan untuk meminang Giroud. Bahkan, nilai transfer sudah disepakati antara Everton dan Arsenal, yaitu sekitar 20 juta paun. Keputusan akhir di tangan si pemain.
Dan Giroud, setelah menimbang dengan matang, memutuskan untuk bersetia bersama Arsenal. Sebuah keputusan yang berbuah pujian, menggambarkan dedikasi dan makna cinta sejati. Namun sayang, keputusan tersebut nampaknya berdampak buruk untuk masa depan si pemain, terutama kelanjutan karier bersama timnas Ayam Jantan Prancis.
Hingga bulan Desember 2017, total menit bermain Giroud bersama Arsenal hanya 236 menit. Giroud hanya bermain penuh ketika Arsenal bertanding di ajang kompetisi Liga Europa atau Carabao Cup. Terbatasnya menit bermain berdampak pada kesempatannya memperkuat timnas Prancis di Piala Dunia 2018. Maklum, Giroud adalah pilihan pertama pelatih Prancis, Didier Deschamps.
Guy Stephans, asisten Deschamps di timnas Prancis, mengungkapkan keprihatinannya. Guy juga mengingat Giroud bahwa menit bermainnya terlalu sedikit. Maka, menyitir ucapan Guy, hengkang di bulan Januari adalah solusi terbaik apabila Giroud ingin mempertahankan posisinya sebagai juru gedor utama Prancis di Rusia 2018.
Guy sendiri paham bahwa segala keputusan ada di tangan Giroud. Oleh sebab itu, ia ingin Giroud menentukan sendiri solusi yang paling ideal untuk dirinya. L’Equipe, Koran harian Prancis, berpendapat bahwa Januari menawarkan jalan keluar bagi Giroud.
Hengkang adalah keputusan yang masuk akal lantaran Arsene Wenger tentu tak akan begitu saja mencadangkan Lacazette yang penampilannya semakin baik hanya demi menyenangkan hati Giroud.
Everton sendiri belum sepenuhnya mundur dari perburuan Giroud. Namun, pergantian pelatih dari Ronald Koeman ke Sam Allardyce bisa mengubah situasi. Bagi Everton, apabila mereka berminat, opsi pembelian permanen atau peminjaman selama enam bulan bisa menjadi opsi.
Mempertimbangkan semua situasi, apakah cinta Giroud untuk Arsenal akan bertepuk sebelah tangan? Jika sudah tak nyaman, memang jangan dipaksakan.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen