Kiper Spanyol milik Manchester United, David de Gea, baru saja menunjukkan kepada dunia bagaimana kiper terbaik di dunia berperforma dalam sebuah pertandingan penting. Dalam laga melawan Arsenal, de Gea berhasil menjadi pahlawan kemenangan timnya. Tak tanggung-tanggung, mantan kiper Atletico Madrid tersebut menciptakan total 14 penyelamatan!
Jumlah penyelamatan ini menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah Liga Primer Inggris, bersanding dengan Tim Krul dan Vito Mannone. Berkali-kali, tembakan yang dilepaskan Alexandre Lacazette maupun Alexis Sanchez, ia mentahkan hingga lini depan Arsenal menjadi frustrasi dibuatnya. Pascalaga, ia dinobatkan menjadi man of the match, namun pujian tertinggi diberikan oleh sang manajer, Jose Mourinho.
The Special One menyebutkan bahwa penampilan de Gea adalah penampilan dari seorang kiper terbaik di dunia. Lantas, pertanyaan pun mencuat, apakah sudah waktunya bagi de Gea untuk menjadi pemenang dari penghargaan kiper terbaik di dunia?
Untuk memulai pembahasan ini, ada baiknya kita mengenal penghargaan kiper terbaik dunia sebelumnya. Ada dua versi dari penghargaan ini, yang pertama adalah penghargaan yang diberikan FIFA dalam tajuk FIFA Award yang telah berlangsung Oktober lalu. Kiper gaek Italia dan Juventus, Gianluigi Buffon, berhasil menjadi pemenang dari penghargaan ini.
Namun, ketika berbicara tentang gengsi, penghargaan kiper terbaik versi IFFHS (International Federation of Football History & Statistics) tentu lebih bergengsi. Penghargaan diberikan di tiap tahun dan penjurian dilakukan oleh staf ahli dari IFFHS dan berbagai jurnalis ternama di dunia. Menariknya, penghargaan Kiper Terbaik Dunia versi IFFHS akan diberikan di bulan Januari nanti, yang berarti de Gea tentunya memiliki peluang besar untuk memenangkannya.
Peluang kiper berusia 27 tahun ini tentunya besar, mengingat sang penguasa gelar ini yang telah menjadi pemenang selama empat tahun berturut-turut, Manuel Neuer, tengah mengalami cedera dan tak sering tampil. Meskipun begitu, bukan berarti saingan de Gea ringan.
Masih ada Buffon yang berhasil tampil solid bersama Juventus meskipun ia gagal membawa negaranya ke Piala Dunia. Lalu ada Keylor Navas, kiper Real Madrid asal Kosta Rika yang menempati posisi ketiga FIFA Award lalu. Selain itu, masih ada kiper Chelsea asal Belgia, Thibaut Courtois, yang menjadi runner-up versi IFFHS tahun 2014, dan kiper Internazionale Milano, Samir Handanovic, yang juga tampil cemerlang bersama klubnya. Pun masih ada nama-nama kiper top lain semisal Marc-Andre ter Stegen dan Jan Oblak, yang masing-masing konsisten di level atas bersama Barcelona dan Atletico Madrid
Meskipun begitu, de Gea seharusnya menjadi kandidat terdepan karena secara statistik, di tahun 2017 ini ia mampu tampil gemilang. Sepanjang musim 2017/2018 ini, di semua kompetisi baik bersama klub ataupun timnas, de Gea tercatat menciptakan clean sheets sebanyak 12 kali dari total 20 laga, terbanyak di antara pemain di lima liga top Eropa (Spanyol, Inggris, Prancis, Italia, dan Jerman).
Rekor de Gea ini hanya disamai oleh kiper timnas Jerman yang bermain di Barcelona, Marc-Andre ter Stegen, yang bermain lebih banyak satu kali daripada sang kiper Spanyol tersebut. Di level klub, de Gea menjadi raja dengan catatan sembilan clean sheets hanya dari 15 pertandingan.
Baca juga: Calon Kiper Legendaris Jerman, Marc-Andre ter Stegen
Jika berbicara menyoal clean sheet, kredit harus diberikan kepada de Gea karena secara kualitas, bek-bek klubnya tentu tak sekuat rival-rivalnya. Eric Bailly, Phil Jones, Chris Smalling, dan Victor Lindelof memang tergolong berkualitas, namun jika dibandingkan dengan bek-bek yang memperkuat Chelsea, Real Madrid, atau pun Juventus, rasanya mereka berempat masih kalah secara kualitas. Ini menunjukkan betapa berharganya keberadaan de Gea bagi MU.
Meskipun begitu, jika ditilik ke belakang, pemenang dari penghargaan kiper terbaik versi IFFHS adalah kiper-kiper yang mampu mendapatkan trofi mayor bersama klub dan negaranya. Sejak 10 tahun ke belakang, gelar ini memang hanya dikuasai oleh tiga kiper yakni Neuer, Buffon, dan Iker Casillas. Ketiganya adalah kiper yang bergelimang trofi, baik di level klub maupun internasional. Buffon berhasil menjadi penguasa Serie A bersama Juventus, dan masih mampu menjaga konsistensi performanya di usianya yang sudah uzur. Casillas adalah kiper yang mampu menjadi kapten dari negara yang menjadi juara di tiga kompetisi antarnegara terbesar secara berturut-turut bersama Spanyol, serta menjadi juara Liga Champions dan La Liga bersama Real Madrid. Begitu juga dengan Neuer, yang menjadi juara Piala Dunia bersama timnas Jerman dan trofi klub bersama Bayern München.
Tak dipungkiri memang secara skill ketiga kiper ini luar biasa hebat, namun pencapaiannya bersama tim masing-masing tentu menjadi pertimbangan penilai dari IFFHS untuk memberikan gelar kiper terbaik.
Bagi de Gea, gelarnya bersama tim yang ia bela tidak sementereng tiga kiper sebelumnya. Ia hanya sekali menjadi juara Liga Primer Inggris bersama MU dan trofi kontinental yang ia menangkan baru sebatas Liga Europa musim lalu. Bersama timnas Spanyol, terhitung baru di Piala Eropa 2016 ia menjadi pilihan utama, meski dapat dipastikan di turnamen-turnamen besar selanjutnya, dengan performanya yang sepert ini, ia akan menjadi pilihan utama.
Meskipun begitu, menurut opini pribadi penulis, de Gea tentu layak mendapatkan gelar kiper terbaik di dunia saat ini, mengingat bagaimana pentingnya peran yang ia mainkan bagi MU, serta kemampuannya yang komplet sebagai kiper.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket