Kalimat itu selalu mewarnai linimasa para pendukung AC Milan, setidaknya dalam tiga pertandingan terakhir I Rossoneri di Serie A. Belum apa-apa, keraguan sudah diapungkan, kesangsian sudah diucapkan, dan parahnya justru menjadi kenyataan.
Tak perlu terlalu panjang merunut ke belakang, di giornata 14 akhir pekan kemarin saja, setidaknya ada empat peluang emas yang dilewatkan Nikola Kalinić saat melawan Torino. Hal mana yang membuatnya mendapat cemoohan para penonton di stadion, di rumah, dan di manapun Milanisti berada, ketika ia ditarik keluar pada menit ke-77.
Kalinić, ketika namanya langsung mendunia ketika didatangkan Milan, hampir semua Milanisti yang baik hati mengernyitkan dahi. Siapa dia? Bisa apa dia? Tapi, Vincenzo Montella menenangkan keadaan bahwa mantan anak asuhnya itu adalah pemain yang ia butuhkan.
Jika melihat rekam jejak Kalinić semasa bermain di Fiorentina, ia sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi penyerang tajam. Dalam beberapa kesempatan, penyerang asal Kroasia ini bisa mencetak gol di situasi sulit, dan sangat berbahaya saat mendapat bola tap-in.
Tap-in adalah situasi di mana seorang pemain mendapat bola matang dan tinggal menceploskannya ke gawang lawan lewat satu sentuhan. Terdengar sederhana dan mudah, tapi jika pemain tersebut tidak memiliki penempatan posisi yang bagus dan naluri golnya kelas menengah ke bawah, ia hanya akan berputar-putar di kotak penalti lawan tanpa berkontribusi apapun.
Video di bawah ini memperlihatkan beberapa gol Kalinić saat berseragam Fiorentina. Terlihat bahwa ia memiliki penyelesaian akhir yang bagus, dan tidak malu untuk menjebol gawang tim-tim besar Serie A.
Lalu mengapa musim ini performanya jeblok? Ada tiga kemungkinan, jika didasarkan pada kondisi Milan saat ini.
Pertama, sejak awal musim Montella mengatakan bahwa ia sangat membutuhkan Kalinić. Ditambah fakta bahwa Kalinić merupakan mantan anak didiknya di Fiorentina, Tribes pasti paham kan apa yang saya maksud?
Pelatih manapun pasti memiliki ideologi masing-masing yang akan kukuh mereka gunakan hingga benar-benar terbukti tidak membuahkan hasil. Montella, dengan segala nostalgianya bersama Kalinić, mungkin masih percaya bahwa sang penyerang akan segera nyetel dengan klub barunya, dan menjadi pemburu gol yang ganas di kotak penalti lawan.
Sayangnya, hingga 14 pekan Serie A berjalan, hanya tiga gol yang sanggup dicetak pemain setinggi 187 sentimeter ini. Dua gol saat Milan menjamu Udinese, dan satu gol saat Il Diavolo Rosso berpesta empat gol di kandang Chievo.
Kedua, Montella mungkin ingin memberikan menit bermain yang merata pada para penyerangnya. Jika dilihat dari pembagian “jatah tampil” antara André Silva di Liga Europa dan Kalinić di Serie A, ada indikasi bahwa sang allenatore berusaha meminimalisir kegelisahan pemain akibat jarang diturunkan.
Oleh sebab itu, dimainkannya Kalinić di laga kontra Torino mungkin karena efek dari tidak dimainkannya ia di tengah pekan. Kalinić yang masih bugar diharapkan dapat menjadi pendulang gol, menemani André Silva yang bermain penuh tiga hari sebelumnya.
Baca juga: Apa yang Dicari AC Milan dari Nikola Kalinić?
Situasi tersebut juga berlaku saat Kalinić dimainkan melawan Sassuolo, Genoa, dan Roma. Sedikit perkecualian terjadi untuk penampilan Kalinić saat mencetak gol debutnya di Milan, karena tiga hari sebelumnya bermain 62 menit melawan Austria Vienna.
Lantas mengapa tidak digantikan dengan Patrick Cutrone? Menurut saya, itu dikarenakan performa Cutrone sendiri yang menurun drastis sejak Milan dibantai Lazio 1-4.
Dengan slot maksimal tiga pemain untuk formasi di lini depan, praktis hanya tersisa dua tempat untuk diperebutkan, karena satu posisi mutlak menjadi milik Suso. Namun sulitnya, ada tiga penyerang berebut tempat di sektor itu. Pilihan yang tidak mudah ditentukan.
Alasan ketiga, bisa juga disebabkan tim baru Kalinić yang berisi pemain-pemain yang baru pertama kalinya bermain bersama. Chemistry tak kunjung terbentuk, yang membuat kekompakan tak kunjung muncul. Hasilnya, sering terjadi salah paham seperti umpan tarik Kalinić pada André Silva di babak kedua melawan Torino.
Tampuk kepelatihan Milan kini resmi dipegang oleh Gennaro Gattuso. Dengan dipecatnya Montella, Milanisti yang baik hati tentu berharap agar “keadilan” dapat tercipta di lini depan Setan Merah dari Italia ini.
Cadangkan yang mandul, mainkan yang terbukti manjur!
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.