Eropa Italia

Mengapresiasi Danilo D’Ambrosio

Dalam rentang tahun 2000 hingga 2012, Internazionale Milano punya dua sosok bek kanan yang kemampuannya tak perlu diragukan lagi sehingga layak dimasukkan ke dalam barisan fullback terbaik di jagad raya. Mereka adalah Douglas Maicon dan sang kapten kesebelasan, Javier Zanetti.

Tapi seiring dilegonya nama pertama ke Manchester City serta makin uzurnya Zanetti, pihak manajemen sadar bahwa mereka butuh tenaga baru untuk mengisi pos bek kanan. Selain nama Jonathan Moreira, tersebutlah fullback berkewarganegaraan Italia kepunyaan Torino, Danilo D’Ambrosio.

Pemain kelahiran Naples 29 tahun lalu ini dicomot La Beneamata dengan mahar senilai 1,75 juta euro berikut peminjaman Matteo Colombi dan hak kepemilikan atas Marco Benassi sebesar 50 persen pada Januari 2014. Harga yang terbilang murah meriah walau saat itu D’Ambrosio jadi pilar utama skuat Il Toro di bawah asuhan Gian Piero Ventura.

Keputusan manajemen untuk merekrut D’Ambrosio didasari oleh kemampuan apik sang pemain serta kebutuhan taktik allenatore Inter saat itu, Walter Mazzarri. Seperti yang sama-sama kita ketahui, selain cakap berperan sebagai fullback dalam pola empat bek, D’Ambrosio juga fasih bermain sebagai wingback dalam formasi tiga bek kesukaan Mazzarri.

Meski bergabung di pertengahan musim namun kesempatan bermain yang diperoleh D’Ambrosio di periode awalnya bergabung dengan Inter justru cukup lumayan. Setidaknya, ada 12 partai (baik di Serie A maupun Piala Italia) yang dijalaninya saat itu.

Pada musim berikutnya yang diwarnai pencopotan Mazzarri dan kembalinya Roberto Mancini sebagai nakhoda Inter, posisi D’Ambrosio justru semakin aman dan nyaman di skuat utama. Kemampuan versatile D’Ambrosio untuk menyisir sayap kanan maupun kiri menjadikannya opsi cukup penting dalam berbagai taktik dan strategi yang dikembangkan Mancio, sapaan akrab Mancini.

Walau tak seagresif Maicon atau Zanetti dalam merangsek ke area pertahanan lawan guna membantu serangan, namun presensi D’Ambrosio dapat memberikan stabilitas yang lebih kokoh pada sektor belakang La Beneamata yang rapuh kala itu.

Hal tersebut bahkan semakin nyata terlihat kala Frank de Boer dan Stefano Pioli menduduki jabatan pelatih Inter di musim 2016/2017 kemarin. Dua figur pelatih berbeda paspor itu lebih sering memainkan D’Ambrosio sebagai fullback kanan Inter ketimbang pilihan lain semisal Yuto Nagatomo ataupun Davide Santon.

Baca juga: Mencintai Yuto Nagatomo Apa Adanya

Energi besar, kecepatan dan keseimbangan tubuh yang baik, membuat pemain bernomor punggung 33 ini jadi fullback yang mumpuni dalam pola permainan Inter di bawah besutan de Boer maupun Pioli. Diakui atau tidak, D’Ambrosio memang sanggup naik dan turun di koridor tepi permainan Inter secara konsisten sepanjang 90 menit laga untuk menjalankan tugasnya.

Walau terlihat ciamik, tapi kritik tak pernah lepas dari sosok D’Ambrosio selama berkostum biru-hitam. Utamanya terkait dengan kemampuannya melepas umpan silang untuk dimanfaatkan barisan tengah atau depan La Beneamata saat berada di kotak penalti lawan dalam fase penciptaan peluang.

Kritikan deras itu pula yang membuat D’Ambrosio dalam suatu wawancara sempat menyebut bahwa dirinya bukan seorang Maicon yang kualitas umpannya begitu apik dan membekas di benak Interisti. Terkesan kolokan, tapi bisa saja itu menjadi cara D’Ambrosio untuk melepaskan tekanan sekaligus meredam ekspektasi berlebih Interisti yang begitu sulit move on dari sosok Maicon.

Namun bersama de Boer dan Pioli juga, D’Ambrosio memperlihatkan peningkatan performa yang cukup signifikan. Kolaborasinya bersama Antonio Candreva di sayap kanan Inter terbilang prima, baik saat bertahan maupun menyerang.

D’Ambrosio semakin sukses merebut hati Interisti karena dalam situasi tertentu, ia juga bisa berperan sebagai bek tengah dengan performa yang cukup apik, mengalahkan bek tengah murni yang dimiliki Inter dalam wujud Andrea Ranocchia.

Saat Inter memutuskan buat mengontrak Luciano Spalletti sebagai allenatore baru di musim 2017/2018, posisi D’Ambrosio sebagai bek kanan La Beneamata malah tak tergeser. Dirinya menjadi bagian integral dalam skema yang dikembangkan Spalletti sejauh ini, serta berhasil menempatkan Inter duduk manis di peringkat dua klasemen sementara dan mencatat rekor belum terkalahkan.

Impresifnya lagi, berdasarkan statistik yang dihimpun via Transfermarkt, selain waktu bermain yang mencapai 1.165 menit dari 13 partai Serie A alias tak pernah absen, D’Ambrosio juga telah mencatat 1 gol dan 3 asis pada musim ini alias bek Inter yang paling produktif dalam fase menyerang selain Milan Skriniar (punya koleksi 2 gol).

Menariknya, dalam empat musim ke belakang di kancah Serie A, D’Ambrosio merupakan fullback yang paling konsisten menciptakan asis (dengan rekor tertinggi sebanyak tiga buah). Dilihat dengan kacamata apapun, statistik tersebut tidaklah buruk, bukan?

Secara keseluruhan, pria yang memiliki kembaran bernama Dario D’Ambrosio (kini membela Robur Siena) ini telah merumput di 118 pertandingan serta mencetak 9 gol dan 10 asis dalam seluruh kompetisi yang diikutinya bareng Inter.

Meski ada sejumlah kekurangan yang masih harus diperbaiki D’Ambrosio terkait kemampuan individu maupun kolektifnya, namun mengapresiasi penampilannya yang menanjak dalam kurun dua musim terakhir adalah sebuah hal yang lumrah.

Karena bagaimanapun juga, tanpa usaha, determinasi, semangat dan latihan keras yang dilakukan D’Ambrosio sepanjang waktu, polesan de Boer, Pioli ataupun Spalletti barangkali takkan memberi dampak signifikan kepadanya.

Proficiat, Danilo!

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional