Eropa Lainnya

Nihat Kahveci dan Kampung Halaman yang Kurang Nyaman

Berbicara tentang musim keemasan Real Sociedad pada 2002/2003, ingatan kita akan tertuju pada sosok penyerang mungil bernama Nihat Kahveci. Bertandem dengan juru gedor tinggi besar bernama Darko Kovačević, Nihat membawa Sociedad finis di peringkat kedua di bawah Real Madrid dengan selisih hanya dua poin.

Duetnya bareng Kovačević sempat dijuluki “Little and Large”, karena postur keduanya yang berbanding jauh. Sang tandem berbobot sekitar 80 kilogram, dan 12 sentimeter lebih tinggi dari Nihat.

Musim 2002/2003 memang menjadi salah satu musim yang tak terlupakan bagi Nihat. Di musim sebelumnya ia baru didatangkan dari Beşiktaş dan hanya mencetak sebiji gol dari 11 pertandingan, tapi ketajamannya meningkat pesat di musim kedua dengan torehan 23 gol dari 35 penampilan di La Liga.

Di akhir musim, Nihat menjadi penyerang tersubur kedua di bawah Roy Makaay. Jumlah golnya sama banyak Ronaldo Luís Nazário de Lima yakni 23 gol, alias 6 bola lebih sedikit dibanding sang top skor liga.

Gaya bermain Nihat yang unik, disinyalir membuat bek-bek La Liga cukup kelimpungan saat berhadapan dengan dirinya saat itu. Dengan postur hanya 175 sentimeter, Nihat tak gentar berdiri sendiri di tengah kotak penalti lawan. Memanfaatkan kecepatan lari jarak pendeknya, ia membombardir gawang lawan lewat akurasi tendangan yang mematikan.

Beberapa cuplikan gol Nihat di bawah ini memperlihatkan betapa penyerang asal Turki ini selalu menyimpan bahaya besar bagi lawan-lawannya, meskipun ia hanya berbadan kecil.

Selama lima musim berseragam Real Sociedad, Nihat menikmati masa-masa keemasannya dengan mengukir 58 gol dari 133 penampilan. Selain membawa timnya menjadi runner-up La Liga, ia juga sempat mendapat penghargaan Don Balón kategori pemain asing terbaik.

Kampung halaman yang kurang nyaman

Turki, meskipun timnasnya minim prestasi, memiliki liga yang cukup kompetitif dan dihuni cukup banyak pemain ternama. Namun, di dalam negeri, nama Nihat justru tak terlalu bersinar dibanding kariernya di Spanyol.

Setelah hengkang dari Villarreal, Nihat memutuskan mudik ke Beşiktaş karena merasa tak sanggup lagi berkompetisi di level atas. Cedera ACL yang dua kali membekapnya membuat kemampuannya menurun jauh. Terlebih, saat itu ia sudah berusia 30 tahun.

Kepulangannya ke Beşiktaş langsung disambut hangat oleh klub tersebut dan para suporternya, karena Nihat merupakan jebolan akademi Beşiktaş dan pernah menjadi pemain kunci selama lima musim, ketika kesebelasan asal Istanbul ini ditukangi John Toshack.

Sayangnya, Nihat yang kembali dari perantauan sudah tidak sama dengan Nihat yang dulu. Selama tiga musim berseragam hitam-putih ala tim ibu kota Turki, ia hanya mengemas 3 gol dari 34 penampilan. Cedera yang berulang kali kambuh benar-benar menggerogoti kemampuannya.

Beruntung, nama Nihat tetap harum di kalangan pencinta sepak bola Turki, karena ia termasuk dalam skuat yang menempati peringkat ketiga Piala Dunia 2002 dan Piala Konfederasi 2003. Selain itu, ia juga sempat membawa Turki menembus semifinal Piala Eropa 2008.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-38. Meski jalan kariernya tak bergelimang trofi, Nihat Kahveci tetap layak dilabeli sebagai salah satu anggota generasi emas Turki.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.