Masing-masing satu gol yang dibukukan oleh Irfan Jaya dan Rishadi Fauzi pada dua laga yang sudah dijalani Persebaya Surabaya di babak 8 besar Liga 2 yakni kontra PSIS Semarang (15/11) dan PSPS Riau (18/11), sukses mengamankan enam poin dan membuat kaki tim kebanggaan Bonek ini telah sampai di babak semifinal.
Hasil-hasil tersebut membuat Persebaya untuk sementara duduk di posisi teratas Grup Y dengan gagahnya, serta unggul tiga poin dari dua rival yang telah saya sebutkan di paragraf pertama. Pencapaian ini jelas patut disyukuri oleh seluruh elemen, baik manajemen, para pemain, staf pelatih, dan tentu saja kalangan suporter, karena impian untuk naik kasta ke Liga 1 per musim depan semakin mendekat.
Andai di partai terakhir babak 8 besar Liga 2 Grup Y melawan PS Mojokerto Putra nanti (21/11), pelatih Angel Alfredo Vera memilih untuk menurunkan penggawanya yang selama ini lebih akrab dengan bangku cadangan, rasanya juga tidak masalah. Hal semacam ini begitu lumrah dilakukan oleh kesebelasan-kesebelasan level dunia yang sudah berhasil mengamankan posisinya di sebuah fase krusial dengan alasan utama memberi kesempatan para pemain inti buat beristirahat sejenak sekaligus menjaga kondisi fisik mereka.
Walau begitu, saya masih kurang sepakat bila kesuksesan Persebaya mencapai babak semifinal Liga 2 musim ini diklaim membuat satu kaki mereka telah menjejak Liga 1. Alasannya sederhana saja, perjuangan yang mesti dilakoni oleh tim ini masih begitu panjang dan penuh risiko. Masih ada banyak hal yang kudu diwaspadai oleh Bajul Ijo bila tak ingin tergelincir di babak-babak penting yang dapat menentukan masa depan mereka.
Menghindari perasaan jemawa
Adalah benar bahwa Persebaya sudah mengamankan satu tiket di babak semifinal dan merayakan keberhasilan tersebut tentu sah-sah saja. Namun harus diingat, tak boleh ada perasan jemawa yang mencuat dari pihak manajemen, pelatih, pemain hingga Bonek terkait kondisi ini. Tak peduli mereka tengah merasakan kebahagiaan macam apa sekarang.
Pasalnya, perasaan seperti ini pula yang kerapkali jadi bumerang dan mengganggu kondusivitas serta psikologi sebuah tim. Tetap berlatih keras serta memandang partai berikutnya dengan serius dan mentalitas yang kuat jadi suatu hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Persebaya harus ingat, jatah promosi ke Liga 1 hanya diberikan kepada tiga tim, kecuali kalau ada perubahan regulasi baru yang dikemukakan PSSI dan PT. Liga Indonesia Baru (LIB) di kemudian hari, sedangkan klub yang mendapat kesempatan menjejak laga semifinal ada empat.
Ini artinya, akan muncul satu kesebelasan yang bakal jadi pesakitan akibat gagal beroleh satu tiket promosi yang tersedia, entah dengan menggamit status kampiun Liga 2, runner-up ataupun finis sebagai peringkat ketiga. Diakui atau tidak, probabilitas Persebaya untuk jadi klub pesakitan tersebut jelas masih ada, bukan?
Tanpa bermaksud menakut-nakuti, tapi menyiapkan segalanya dengan sikap yang tepat adalah kunci yang akan memengaruhi langkah Persebaya di sisa musim ini.
Membenahi kekurangan
Lolos ke semifinal dan mungkin saja berpeluang masuk ke babak final jelas sebuah torehan yang membahagiakan. Akan tetapi, situasi macam itu tak selayaknya membuat Persebaya lupa untuk terus berbenah supaya performa mereka membaik dari waktu ke waktu serta makin konsisten.
Dua kemenangan yang digapai Bajul Ijo di babak 8 besar Liga 2 Grup Y sejauh ini memang sinyal yang begitu positif. Setidaknya, Rendi Irwan dan kolega telah memperlihatkan level kompetitif dan kualitas mereka yang sebenar-benarnya kepada khalayak. Namun hal itu tak lantas bikin mereka jadi kubu yang memiliki superioritas absolut sehingga tak bisa ditumbangkan.
Terlihat setangguh dan sesolid apapun permainan Bajul Ijo, sejumlah kelemahan masih tetap tampak dari tim ini. Misalnya saja ketergantungan pada sosok Misbakhus Solikin dan Muhammad Hidayat yang menjadi otak permainan dari lini tengah.
Bukan bermaksud mengecilkan peran gelandang-gelandang yang lain, namun ketiadaan salah satu atau bahkan kedua nama itu sekaligus, membuat Persebaya sering bermain dengan kreativitas yang minim. Alhasil, mereka pun kepayahan dalam usaha membongkar lini pertahanan lawan.
Bermain ofensif dengan menaikkan garis pertahanan yang begitu tinggi memang sudah menjadi pakem andalan Angel Alfredo Vera selama melatih Persebaya. Terhitung menarik karena tak banyak kesebelasan lokal yang memainkan pola seperti ini.
Namun seperti klub-klub lain yang menekankan gaya macam ini, pertahanan Persebaya juga masih terlihat rapuh serta mudah diekspose oleh tim lawan, khususnya yang pandai memanfaatkan ruang yang tersedia dan memiliki pemain yang cepat plus berteknik tinggi di lini depan.
Segala kekurangan yang dimiliki Bajul Ijo tersebut sudah barang tentu masuk ke dalam analisis tim-tim lawan. Jika tak waspada dan terus berupaya membenahinya, bukan perkara sulit bagi tim-tim semisal Martapura FC dan PSMS Medan (calon lawan Persebaya di babak semifinal) untuk mengeksploitasinya serta membenamkan Persebaya dalam duka.
Keberhasilan lolos ke babak semifinal merupakan hal yang luar biasa menyenangkan. Namun merayakannya secara berlebihan bukanlah hal yang pantas untuk dilakukan. Sebaliknya, pencapaian ini harus menjadi pelecut bagi Persebaya untuk terus menempa diri agar performa mereka bisa semakin meningkat sehingga bisa memenangi laga terakhir di babak 8 besar Liga 2 serta mempunyai persiapan yang lebih baik guna bertarung di semifinal.
Sebab itulah satu-satunya cara yang tersedia supaya ambisi dan mimpi Persebaya untuk kembali ke berkiprah di kompetisi elite sepak bola nasional bisa diraih dengan brilian.
#SalamSatuNyali #Wani
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional