Timbul dan tenggelam kiprah Denmark di Piala Dunia. Kini, mereka kembali tampil di pentas akbar sepak bola dunia itu, setelah mengandaskan perlawanan Republik Irlandia di babak play-off. Sempat imbang tanpa gol di leg pertama yang digelar di kandang, Denmark langsung mengamuk di pertemuan kedua dengan berpesta lima gol di Dublin.
Puja-puji langsung mengiringi keberhasilan Denmark melaju ke Rusia 2018, terutama untuk Christian Eriksen yang menjadi pahlawan dengan trigolnya kemarin malam.
Eriksen memang berhasil membawa Denmark meledak lagi dengan produktivitas tinggi, seperti julukan yang disematkan pada tim ini pada Piala Eropa 1984, yang berlanjut kesuksesan di Piala Dunia 1986 di fase grup. Namun, tetap saja ada yang kurang dari tim ini, yang mengiringi kekuatan utama mereka.
Dilihat dari tabel klasemen Kualifikasi Piala Dunia 2018 Grup E zona Eropa, Denmark merupakan tim dengan jumlah kebobolan terminim. Dari 10 laga, mereka hanya kemasukan 8 kali dan memasukkan 20 gol. Ketangguhan lini belakang ini tak lepas dari duet Simon Kjær dan Andreas Bjelland di jantung pertahanan.
Dibantu dengan ketangkasan Kasper Schmeichel di bawah mistar, dan performa Andreas Christensen yang belakangan mulai menanjak, jadilah Denmark masa kini yang kokoh dalam bertahan.
Kemudian di lini tengah, bercokol otak permainan bernama Christian Eriksen yang kualitasnya tak perlu diragukan lagi. Akan tetapi, krisis penyerang tajam menjadi lubang terbesar di tim berseragam merah ini, yang belum dapat tertutup hingga pertandingan terbarunya.
Meski menang 5-1 melawan Republik Irlandia, Denmark “terbantu” dengan kesalahan Martin O’Neill dalam meracik taktik, sehingga menghasilkan ruang bagi Eriksen untuk bergerak bebas. Apabila Eriksen dimatikan, Denmark akan langsung kesulitan, seperti yang terjadi di leg pertama.
Komposisi penyerang yang dimiliki Denmark saat ini memang sangat menyedihkan. Nicolai Jørgensen hanya penyerang kelas dua yang tidak terlalu tajam di Feyenoord musim ini, kemudian Nicklas Bendtner yang lebih tenar sebagai aktor meme media sosial juga masih diandalkan.
Denmark memang masih memiliki Kasper Dolberg di lini depan, tapi ia belum cukup pengalaman di tim senior. Selebihnya, hanya nama-nama semenjana seperti Martin Braithwaite yang bermain di Middlesbrough, dan Andreas Cornelius penyerang Atalanta.
Dengan segala potensinya, Denmark memang berpeluang cukup besar untuk menjadi penjegal langkah tim-tim raksasa. Terbukti dengan fakta mereka tergabung di pot 2. Namun, minimnya opsi di lini serang mereka bisa menghambat tim Dinamit untuk melaju lebih jauh, seperti di Piala Dunia 2010.
Saat itu Denmark hanya bertumpu pada tiga pemain gaek di lini depan, yakni Deniss Rommedahl, John Dahl Tomasson, dan Martin Jørgensen. Hasilnya, di partai penentuan melawan Jepang, tim Dinamit takluk 1-3 dan harus mengangkat koper lebih cepat.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.