Nasional Bola

Sampai Kapan Terus Berulah, Bonek?

Membaca judul di atas, para Bonek yang merupakan para pendukung Persebaya Surabaya, boleh memprotes saya jika menganggap itu sebagai framing, untuk sekali lagi menyudutkan posisi Bonek yang selama ini masih beken dengan tingkah badung dan urakannya.

Tapi patut diingat, saya tidak sedang menggeneralisasi nama Bonek di sini. Alasannya sederhana, karena sepengetahuan saya selama ini, Bonek tak pernah menyebut kata suci dengan label oknum jika ada hal-hal buruk yang bersinggungan dengan mereka. Bila ada yang melakukan penjarahan dan pemalakan dengan atribut Bonek, kelompok suporter Bajul Ijo ini akan dengan jantan tetap menyebutnya Bonek.

Kemarin (15/11), selepas laga PSIS Semarang kontra Persebaya di babak 8 besar Liga 2 Grup Y yang berhasil dimenangi Bajul Ijo, muncul sebuah kabar buruk. Seorang teknisi di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, lokasi pertandingan, menderita luka parah akibat serangan Bonek yang juga mencuri ponsel dan dompet korban.

Dilansir oleh viva, Wakapolrestabes Bandung, Gatot Sujono, juga membenarkan peristiwa tersebut. Melalui Gatot pula, pihak kepolisian telah mengonfirmasi bahwa mereka sedang berusaha mengejar para pelakunya dan ketika tulisan ini turun, pelakunya sudah diamankan di kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Bagi Bonek sendiri, munculnya kasus ini ke permukaan kembali mencoreng nama mereka di telinga pencinta sepak bola Indonesia. Upaya perbaikan ke arah yang lebih baik dan telah dicanangkan sejak bertahun-tahun lalu, kembali menemui hambatan besar dari dalam tubuh Bonek sendiri.

Kondisi ini membuat pihak-pihak yang sempat memercayai bahwa Bonek sudah berubah dan terus berusaha untuk menjadi kelompok suporter yang kreatif dan santun, kembali merasa was-was, meski sadar betul jika tak semua Bonek akan bertindak seperti itu. Saya pun yakin, di kalangan suporter yang lain, juga masih ada beberapa orang yang kerap mencederai nama sebuah kelompok suporternya akibat perilaku tak terpuji yang mereka perbuat.

Harus diakui jika proses edukasi terhadap suporter, dalam hal ini Bonek, memang sangat sulit untuk dilakukan. Butuh usaha yang sistematis dan kontinyu supaya mereka benar-benar jera dan memiliki pemikiran yang lebih baik setiap kali menyaksikan pertandingan Persebaya, baik kandang maupun tandang.

Bila tak memiliki dana cukup guna datang ke stadion, ada baiknya Bonek tinggal di rumah, menyaksikan laga via televisi atau berkumpul bersama kawan-kawan Bonek yang lain untuk nonton bareng. Toh, prosesi ibadah menyaksikan laga tim idola tetap terlaksana, bukan?

Jangan sok menyebut bahwa sensasi menonton pertandingan di televisi tidaklah sesakral di stadion, apalagi kalau modal yang dimiliki jauh dari kata cukup. Senang tidak, menyusahkan orang lain pasti. Mentalitas seperti inilah yang harus diperbaiki Bonek.

Tak perlu memaksakan kehendak dan mengatasnamakan kecintaan yang aslinya semu itu, untuk berangkat ke stadion serta menonton aksi-aksi Miswar Saputra dan kawan-kawan secara langsung. Terlebih hal itu dilakukan dengan cara memanjat pagar stadion atau mencuri dan memalak siapa saja, termasuk sesama Bonek, agar bisa menyaksikan pertandingan, baik dengan membeli tiket maupun tidak.

Saya pun takkan ragu untuk mengatakan bahwa pihak kepolisian, sangat boleh dan wajib menindak Bonek yang terus-terusan membuat ulah dalam setiap laga Persebaya. Hukum mereka dengan keras dan tegas agar mental urakan yang masih bersemayam di dalam kepala dan dadanya lenyap, jangan beri permakluman sedikitpun untuk Bonek dengan tindak tanduk seperti itu.

Baca juga: Bonek: Semakin Baik, Semakin Diuji

Sebab penyakit mental tersebut, harus terus digalakkan proses penghentiannya. Sekali saja terjadi pembiaran, maka di masa yang akan datang, para Bonek dengan mentalitas bobrok akan terus menciptakan masalah. Cita-cita guna mengubah wajah Bonek sebagai kelompok suporter yang cerdas, kreatif dan bisa dijadikan tauladan, akan menguap begitu saja.

Lebih menyedihkan lagi, pertanyaan “Sampai kapan terus berulah, Bonek?”, akan terus menggema dari waktu ke waktu, sejak dahulu, kini ataupun nanti. Yang rugi? Tentu Bonek yang telah belajar untuk menjadi lebih baik serta klub yang selama ini dicintai, Persebaya.

Sekali lagi, saya pun yakin, jika Persebaya sama sekali tidak membutuhkan Bonek dengan tipe seperti ini. Bahkan kalau boleh memilih, Bajul Ijo takkan sudi didukung oleh mereka yang mengaku sebagai Bonek namun tingkah lakunya biadab tak terperi.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional