Chelsea punya banyak pemain muda potensial. Namun sayang, The Blues tak pernah benar-benar punya proyek yang nyata untuk para pemain muda ini. Meski sudah berganti-ganti pelatih, tuntutan untuk selalu “berprestasi” membuat klub tak selalu berani memberi menit bermain kepada bocah akademi mereka sendiri. Maka, Ruben Loftus-Cheek mengambil inisiatif.
Banyak pemain muda Chelsea “dengan mudah” mengikuti keinginan klub dengan mengirim mereka ke Belanda bersama Vitesse. Tak banyak yang dengan berani memilih bertahan di Liga Primer Inggris untuk bergabung dengan tim semenjana. Namun, Ruben berkata lain. Ia dengan berani mencari pintu keluar dari Stamford Bridge untuk bergabung dengan Crystal Palace.
Ruben tentu paham bahwa bergabung dengan Palace akan membuatnya berhadapan langsung dengan liga yang berat. Yang bagi banyak pemain muda, bisa menjadi pertaruhan yang berisiko. Namun ternyata ia pemuda dengan nyali. Meski saat ini masih dengan status pinjaman, Ruben sedang menikmati buah keberaniannya.
Baca juga: Menimbang Kebijakan Peminjaman Pemain Chelsea ke Vitesse, Efektifkah?
“Saya pergi dari Chelsea untuk mendapatkan menit bermain. Pengalaman, kebugaran, hal-hal itu yang saya dapatkan dengan bermain di Liga Primer Inggris setiap minggu. Hal-hal itulah yang saya cari,” tegas Ruben kepada The Independent. Ruben sudah mengambil sikap dan inilah contoh bagus untuk banyak pemain muda yang bernaung di bawah asuhan tim-tim besar.
Saat ini, Palace berada di posisi paling bawah Liga Primer Inggris. Dari 11 penampilan, Palace hanya mampu mengumpulkan empat angka. Telak, mereka menjadi salah satu kandidat degradasi musim ini. Namun, hebatnya, Ruben tak terbawa oleh performa tim. Ia sangat menonjol, selalu berinisiatif meminta bola, mendistribusikannya.
Sebuah pertunjukan penuh nyali yang membawa Ruben masuk ke timnas Inggris. Dan memang tidak mengecewakan, panggung debutnya bersama timnas Inggris dimanfaatkan dengan baik. Melawan juara dunia, Jerman, Ruben membuktikan bahwa Chelsea sudah mengambil keputusan yang salah dengan tak memberinya kesempatan musim ini.
Menjelang usia matang, 21 tahun, pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate mendukung keputusan Ruben untuk bermain bersama Palace. Southgate memandang para pemain senior Chelsea akan menghambat perkembangan Ruben. Pun tentu saja, setelah memboyong Tiemoue Bakayoko, Chelsea tak akan dengan mudah menyediakan menit bermain untuk Ruben.
“Ia berhasil berjuang melewati masa-masa sulit bersama Chelsea, berlatih bersama para pemain senior yang menyadari bakat Ruben. Apakah para pemain senior itu mencoba mencegah Ruben naik ke tim utama? Ya, saya rasa para pemain senior tersebut merasakan ancaman dari sosok Ruben,” ungkap Southgate kepada ESPN FC.
Bagi Southgate, Ruben akan sangat penting bagi timnas Inggris, terutama untuk laga-laga penting. Menurutnya, “Kelebihannya adalah menerima bola di belakang lini gelandang lawan, lalu berlari menuju gawang, dan melewati beberapa pemain. Ia bisa mempertahankan bola di bawah tekanan lawan, yang mana sebuah kemampuan yang sangat baik untuk dikuasai.”
Southgate sendiri pernah mengungkapkan bahwa timnas Inggris membutuhkan suntikan kreativtas, terutama dari lini tengah. Menanjaknya performa Ruben bisa jadi akan menjadi jawaban akan kegelisahan mantan pemain Middlesbrough tersebut. Dan untuk ke depan, bisa jadi Chelsea akan mengubah kebijakan mereka terbaik pemain muda.
Sebagus itukah Ruben?
Boleh dibilang, sejak ia berusia 16 tahun, sudah banyak yang memperkirakan bahwa Ruben akan menjadi salah satu aset timnas Inggris.
Saat ini, ketika berusia 21 tahun, tinggi badan Ruben sudah mencapai 191 sentimeter. Tentu cukup tinggi untuk ukuran pemain yang biasa bermain sebagai gelandang sentral atau gelandang bertahan. Artinya, keberadaannya sangat terasa di lini tengah. Dan perlu menjadi catatan, meski cukup tinggi, corak permainan Ruben justru bukan gelandang ortodok.
Seperti yang ditegaskan Southgate, Ruben sangat baik ketika menerima bola di belakang garis lini gelandang lawan. Ruang di antara lini tersebut bisa ia manfaatkan demi progresi tim, baik dengan umpan, atau penetrasi menggunakan giringan bola. Dan tentu saja, situasi semacam ini membutuhkan pemain dengan spesifikasi tertentu.
Ia harus punya kontrol bola yang sangat baik. Tanpa kontrol yang baik, pemain akan dengan mudah kehilangan penguasaan bola. Kedua, ia harus punya teknik mempertahankan bola dari tekanan. Baik dengan memanfaatkan postur tubuh, atau teknik olah bola untuk melewati lawan dengan mulus.
Tingkat pressing resistance Ruben tergolong langka untuk pemain berdarah Inggris, selain Adam Lallana dan Jack Wilshere. Video debut Ruben bersama timnas Inggris di bawah ini adalah materi bagus untuk analisis kemampuan. Perhatikan:
https://www.youtube.com/watch?v=D4BrsZqgYjk
Kedua kaki Ruben bisa dimanfaatkan sama baiknya. Ia sangat percaya diri bahkan ketika menerima bola di ruang yang kurang menguntungkan. Kepercayaan diri ini penting terutama untuk pemain muda.
Maksudnya begini: pemain muda yang debut untuk negara, akan dimaklumi ketika membuat kesalahan. Namun, tentu saja, karena si pemain adalah manusia, ia pasti memikirkan kesalahan tersebut sepanjang waktu. Dan hal ini bisa menjadi penyakit di masa depan karena secara tidak langsung memengaruhi mental dan keyakinan diri.
Namun, kelemahan ini tidak terlihat dari sosok Ruben, setidaknya hingga saat ini. Keyakinan diri yang didukung olah bola yang baik mengingatkan kita akan sosok Moussa Dembele, pemain Tottenham Hotspur, yang juga berfisik besar namun sangat lihai mempertahankan bola.
Ruben sangat baik ketika tim yang ia bela berprogres dengan mayoritas umpan pendek. Ia cukup jeli mengukur kekuatan sentuhan sepatu kepada permukaan bola ketika menerima umpan vertikal. Dengan kontrol yang baik, ia bisa bermain satu sentuhan dengan laju bola yang cepat.
Dengan atribut positif seperti dijelaskan di atas, akan sangat baik apabila Ruben menghabiskan satu musim penuh bersama Palace. Andaikan akhirnya nanti tak bisa menyelamatkan Palace dari jurang degradasi, Ruben akan belajar banyak hal penting, yaitu melawan kekecewaan dan keharusan untuk selalu bangkit.
Tanpa dua hal itu, pemain muda akan sulit berkembang, kecuali dia ternyata Lionel Messi. Namun yang pasti, Ruben sudah menunjukkan nyali besar untuk memilih Palace sebagai tempat belajar. Ia juga punya cojone ketika merasakan debut bersama timnas Inggris yang meladeni lini tengah Jerman.
Bisa mempertahankan itu semua, masa depan Ruben akan tanpa batas.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen