Eropa Inggris

Gareth Southgate, Pertaruhan Besar Si Pendobrak Tradisi Timnas Inggris

Berkat segala mitos dan tradisinya, tim nasional Inggris mungkin merupakan sekumpulan yang paling kompleks di dunia sepak bola. Sekecil apapun hal yang terjadi di The Three Lions, biasanya bocor dan jadi santapan empuk media Negeri Ratu Elizabeth yang terkenal ganas.

Bukti teranyar jelas terpampang saat Sam Allardyce yang baru memimpin satu pertandingan Inggris, harus terdepak dari posisinya akibat skandal memalukan. Guna mengisi posisi manajer, Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) menunjuk Gareth Southgate sebagai caretaker.

Penunjukkan Southgate langsung menuai kritikan mengingat pengalamannya yang masih minim di dunia kepelatihan. Gagal bawa Middlesbrough bertahan di Liga Primer Inggris hingga posisi juru kunci saat memimpin timnas Inggris U-21 di Piala Eropa U-21 2015, jadi dua di antara beberapa pencapaian minor karier manajerialnya. Namun setelah empat pertandingan sebagai caretaker, salah satunya saat imbang 2-2 melawan Spanyol, Southgate resmi naik pangkat jadi manajer tetap.

Imbasnya jelas, banyak media yang tak hanya mengkritisi, tapi mencecar keputusan FA menunjuk Southgate sebagai manajer dengan durasi kontrak empat tahun, yang artinya akan membawa timnas Inggris pada ajang sebesar Piala Dunia 2018 di Rusia nanti. Kerinduan besar suporter The Three Lions kini dipertaruhkan di pundak sosok caretaker pertama yang ditahbiskan jadi manajer, yang juga belum banyak makan asam garam sebagai pelatih khususnya level antarnegara.

Akan tetapi Southgate bukannya tak sadar. Dia lantas melakukan beberapa keputusan revolusioner yang kelak akan mengubah paradigma baik media maupun masyarakat Inggris. Akhir pekan lalu, misalnya. Saat banyak pihak mempertanyakan keputusan akan kapten anyar seiring pensiunnya Wayne Rooney dari sepak bola internasional, manajer yang hari ini tepat berusia 47 tahun itu memilih tak ambil pusing dan mendobrak tradisi.

Previous
Page 1 / 2