Mesir, Nigeria, dan Tunisia adalah tiga perwakilan benua Afrika yang sudah memastikan tempat mereka di ajang Piala Dunia 2018. Trio tersebut berhasil keluar sebagai juara di grup mereka masing-masing pada babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Afrika ronde ketiga.
Namun seperti perhelatan Piala Dunia 1998, 2002, 2006, 2010 serta 2014, benua hitam kembali mendapat jatah lima partisipan di turnamen yang dihelat tahun depan. Artinya, masih ada dua tiket otomatis ke Rusia yang akan diperebutkan dalam lanjutan babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Afrika akhir pekan ini sampai pertengahan pekan depan.
Grup D yang dihuni oleh Afrika Selatan (Afsel), Burkina Faso, Cape Verde, dan Senegal menjadi salah satu kelompok yang belum memunculkan wakilnya ke Negeri Beruang Merah. Disadari atau tidak, persaingan di grup ini memang cukup ketat.
Selayaknya grup-grup yang lain, seluruh peserta di grup D pun harusnya sudah memainkan lima pertandingan di babak kualifikasi kali ini. Akan tetapi, sebuah polemik muncul di laga yang melibatkan Afsel melawan Senegal pada 12 November 2016 silam.
Awalnya, nilai penuh menjadi kepunyaan Afsel di laga tersebut usai memetik kemenangan dengan skor tipis 2-1. Namun lewat serangkaian penyelidikan dan bukti-bukti yang ditemukan oleh pihak penyidik yang bekerja sama dengan induk organisasi sepak bola dunia (FIFA) dan konfederasi sepak bola Afrika (CAF), hasil pertandingan tersebut secara sah dianulir.
Situasi itu membuat Afsel dan Senegal kembali ke posisi awal mereka di papan klasemen dengan masing-masing bermain sebanyak empat kali. Bafana Bafana ada di posisi buncit klasemen dengan koleksi empat angka, sementara Singa Teranga duduk manis di puncak lewat torehan delapan poin.
Wasit asal Ghana yang memimpin pertandingan tersebut, Joseph Lamptey, ditengarai menjadi figur yang memanipulasi jalannya laga karena memberikan penalti kepada Afrika Selatan, yang kemudian dieksekusi secara sempurna oleh Thulani Hlatshwayo.
Padahal dari tayangan ulang, saat itu bek Senegal, Kalidou Koulibaly, tidak melakukan handball di kotak terlarang karena bola menyentuh lututnya. Kejadian itu pula yang menimbulkan protes keras dari asosiasi sepak bola Senegal (FSF).
Akibat peristiwa tersebut, Lamptey dihukum oleh FIFA dengan dilarang berkecimpung seumur hidup dalam kancah sepak bola, baik dalam level nasional maupun internasional. Namun beberapa waktu yang lalu, Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), secara resmi telah mencabut sanksi Lamptey itu.
Terlepas dari sanksi yang diberikan kepada sang wasit, FIFA sendiri telah sepakat untuk menggelar partai ulang antara Afrika Selatan melawan Senegal. Alhasil, masing-masing negara akan bertemu sebanyak dua kali dalam kurun sepekan ke depan karena menurut jadwal asli yang telah dibuat sebelumnya, Afsel dan Senegal juga akan bertemu di pertandingan pamungkas Grup D babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Afrika ronde ketiga.
Dua pertemuan yang melibatkan kubu Bafana Bafana serta Singa Teranga ini sudah barang tentu memengaruhi kans keduanya lolos otomatis ke Rusia. Berbekal empat poin, dua kemenangan dari Senegal akan membuat Afsel melaju. Sebaliknya, satu hasil positif dari dua laga melawan Afsel nanti sudah lebih dari cukup untuk mengantar Senegal ke Piala Dunia 2018.
Maka jangan terkejut andai sepasang laga Afsel melawan Senegal nanti berlangsung dengan sangat ketat, keras dan mungkin juga panas. Karena masing-masing pihak tentu mengincar kesempatan berlaga di Piala Dunia 2018 mendatang.
Afsel terakhir kali mentas di Piala Dunia 2010 saat berstatus sebagai tuan rumah. Sementara Senegal bahkan lebih lawas lagi yakni di Piala Dunia 2002 yang lalu sekaligus menorehkan prestasi cukup hebat sebagai debutan dengan lolos ke perempat-final di bawah komando Bruno Metsu.
Lantas, kubu mana yang akan tertawa paling akhir usai memanggungkan dua laga krusial ini?
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional