Pada pertandingan Liga Europa malam lalu antara Marseille melawan Vitoria Guimares di hari Jumat (2/11) kemarin, ada kejadian yang membuat miris. Bek kiri senior milik Marseille, Patrice Evra, terlibat perkelahian dengan suporter klubnya sendiri!
Mantan pemain Manchester United tersebut tertangkap kamera menendang salah seorang pendukung Marseille di pinggir lapangan. Disinyalir, penyebab perseteruan ini adalah tersulutnya Evra setelah diledek oleh sang suporter. Pemain berusia 36 tahun tersebut memang tengah mengalami form yang buruk di sepanjang musim ini. Meskipun perilaku suporter tersebut yang mengejek pemainnya sendiri tidak dapat dibenarkan, pemain dengan pengalaman seperti Evra tak seharusnya bereaksi seperti itu.
Akibatnya, Evra yang sudah masuk ke dalam daftar starting XI untuk laga itu, harus diberi kartu merah oleh sang wasit sebelum pertandingan dimulai. Bermain hanya dengan 10 pemain, Marseille harus takluk dari tuan rumah Vitoria.
Kisah Evra dengan suporter Marseille yang baru saja terjadi ini memang mencuri perhatian dunia sepak bola. Bagaimana bisa, dua kubu yang seharusnya memiliki ikatan positif, malah saling baku hantam menyakiti satu sama lain? Walaupun begitu, ternyata, Evra bukanlah pesepak bola pertama yang berkelahi dengan suporter klubnya sendiri.
Berikut ini, beberapa kesebelasan di dunia yang pernah terlibat dalam perseteruan bersama suporternya sendiri:
Legia Warsawa
Klub asal ibu kota Polandia ini memang terkenal memiliki ultras yang cukup keras. Di bulan Februari tahun ini, mereka terlibat dalam perkelahian dengan pendukung Ajax Amsterdam dalam perhelatan laga Liga Europa. Namun, mereka tak hanya keras terhadap lawan, hooligans Legia Warsawa juga ternyata garang terhadap pemain dari klub kesayangan mereka sendiri. Berdasarkan laporan dari The Sun, sekitar 50 ultras Legia Warsawa menyerang beberapa pemain, pelatih, dan staf klub di parkiran mobil di sekitar stadion klub, setelah mereka kalah dari seteru berat Lech Poznan dengan skor mencolok 3-0 awal Oktober lalu.
Sekelompok ultras ini dipimpin oleh seseorang yang dijuluki ‘Staruch’, mencegat bus yang mengangkut para pemain dan staf. Keputusan para pemain untuk turun dari bus sepertinya adalah keputusan yang salah, karena suporter yang beringas tersebut langsung memberi bogem mentah ke beberapa pemain dan pelatih, termasuk Aleksandar Vukovic, sang asisten manajer yang juga merupakan legenda klub. Kejadian mengerikan ini sempat mengundang polemik mengenai keamanan dan keselamatan pesepak bola di Polandia.
Corinthians
Penyerangan yang dilakukan suporter klub asal Brazil terhadap pemainnya sendiri ini terhitung sangat menyeramkan. Bak gangster dari favela yang sedang ingin tawuran, sekitar 100 suporter Corinthians menyatroni tempat latihan klub di Sao Paulo, setelah kekalahan telak mantan klub Alexandre Pato ini atas Santos dengan skor 5-1 di awal tahun 2014 lalu.
Laporan dari BBC menyatakan bahwa sekelompok suporter tersebut tak hanya datang dengan tangan kosong, melainkan juga membawa beberapa senjata tumpul seperti tongkat kayu. Perkelahian ini berlangsung dengan cukup seram, contohnya seperti yang dialami penyerang asak Peru, Paolo Guerrero, yang dicekik lehernya. Beberapa pemain juga harus mendapati bahwa uang dan telepon selulernya dirampok oleh kelompok suporter tersebut. Kejadian ini sempat menjadi noda akan isu keamanan jelang Piala Dunia 2014 yang diadakan di Brasil saat itu.
FK Vojvodina
Hooligans asal Serbia memang terkenal akan kekerasan dan kasus-kasus rasisme yang sering mereka lakukan. Namun, apa yang dilakukan oleh suporter klub Serbia, FK Vojvodina, tampak sudah sangat keterlaluan. Dilansir dari BBC, gelandang Vojvodina yang bernama Nikola Trujic, diserang oleh suporternya sendiri di terowongan menuju ruang ganti ketika laga Liga Europa melawan Ruzomberok di Slovakia bulan Juli lalu.
Malangnya, Trujic tidak hanya diserang oleh satu orang, melainkan ia dikeroyok oleh beberapa suporter. Berdasarkan penuturan gelandang berusia 25 tahun ini, ia dicekik lalu ditinju kepalanya hingga terluka. Lagi-lagi, menjadi pertanyaan mengapa bisa terowongan ruang ganti yang harusnya steril oleh suporter, dapat terinvasi oleh sekelompok orang yang kemudian menyerang pesepak bola yang membela klubnya sendiri.
Maccabi Haifa
Israel saat ini masih menjadi negara yang lekat dengan konflik, terutama dengan negara tetangga mereka yang juga masih dapat dikatakan sebagai saudara kandung, Palestina. Konflik Israel-Palestina ini seringkali terbawa ke lapangan hijau, salah satunya terjadi dalam laga persahabatan antara klub Israel, Maccabi Haifa, dan klub Prancis, Lille di tahun 2014.
Beberapa suporter Maccabi yang ternyata juga adalah para simpatisan yang gemar melancarkan protes terkait invasi yang dilakukan Israel terhadap Palestina, menyerbu lapangan jelang pertandingan persahabatan tersebut berakhir. Para hooligans tersebut yang disinyalir kebanyakan adalah imigran dari Turki, membawa bendera dan spanduk bertuliskan dukungan terhadap Palestina.
Sayangnya, aksi mereka berubah menjadi anarkis setelah beberapa pemain Maccabi terlihat diserang oleh orang-orang ini. Akhirnya, pertandingan dihentikan oleh sang wasit dan pemain Maccabi harus digiring keluar dengan perlindungan polisi satu jam setelah pertandingan usai. Akibatnya, UEFA menyatakan bahwa klub Israel dilarang untuk menjadi tuan rumah pertandingan tingkat benua setelah banyaknya konflik yang terjadi.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket