Eropa Inggris

Ada Apa dengan Chelsea?

Sulit untuk mengatakan bahwa Chelsea mengawali musim 2017/2018 dengan baik-baik saja. Di Liga Primer Inggris, hingga pekan kesepuluh, The Blues hanya mengumpulkan 19 poin setelah kalah tiga kali dan seri satu kali, dan kini tertinggal sembilan poin dari pemimpin klasemen sementara, Manchester City.

Argumen bahwa skuat asuhan Antonio Conte ini cenderung mengawali musim dengan buruk sempat mengemuka. Memang, musim lalu, dari 10 laga di liga, Chelsea juga kalah dua kali dan seri satu kali, namun di akhir musim, mereka menjadi juara. Meskipun begitu, sulit rasanya untuk membela argumen tersebut karena Chelsea kalah musim lalu dari klub seperti Liverpool dan Arsenal, sedangkan musim ini David Luiz dan kolega bahkan harus takluk di tangan klub seperti Burnley dan Crystal Palace.

Di Liga Champions, nasib si Biru dari London ini masih cukup baik, meski faktor bobroknya Atletico Madrid cukup membantu mereka untuk duduk nyaman di peringkat kedua. Walaupun begitu, kekalahan menyakitkan dari AS Roma dengan skor mencolok 3-0, tentu tak bisa dipandang sebelah mata. Beberapa hasil yang tak menyenangkan ini bahkan membuat Conte dirumorkan untuk segera digantikan.

Baca juga: Antonio Conte Tak Gentar dengan Kata Pemecatan

Musim ini adalah musim pertama Conte menangani Chelsea di Liga Champions. Sayangnya, ini menjadi salah satu faktor mengapa The Pensioners mengalami kesulitan musim ini. Chelsea mengarungi musim lalu dengan nyaman, karena memang sumber daya yang mereka miliki jauh lebih dari cukup untuk sekadar bermain di kompetisi lokal saja.

Musim ini, meskipun harus berkompetisi di Liga Champions dan bermain dua kali dalam seminggu, perbekalan yang disiapkan tidak lebih banyak ketimbang musim lalu. Kedalaman skuat Chelsea terlihat tak cukup untuk mengatasi kepadatan jadwal ini. Sebagai contoh, di lini depan, pembelian Alvaro Morata hanya sekadar penambalan perginya Diego Costa yang memiliki isu dengan Conte, dan Tammy Abraham yang dapat menjadi opsi ketiga (atau bahkan kedua mengingat performanya saat ini) malah dipinjamkan ke Swansea City.

Praktis jawara Liga Champions musim 2011/2012 ini hanya memiliki Morata dan Michy Batshuayi sebagai pilihan di posisi penyerang. Masalah kedalaman skuat ini diperparah dengan fakta bahwa anak buah Conte tampak tak siap dan bugar untuk bermain dua kali dalam satu minggu. Ini terlihat kala lini pertahanan The Blues dibuat kocar-kacir oleh kecepatan Stephan El Shaarawy dan Diego Perotti dalam laga melawan Roma, Rabu kemarin.

Jika Conte dan tim mampu menyiapkan perbekalan lebih untuk mengarungi musim ini yang lebih berat ketimbang tahun lalu, bukan tidak mungkin start Chelsea akan lebih baik.

Persoalan kedalaman skuat tidak hanya menyoal kuantitas pemain namun juga kualitas. Meskipun begitu, memang sulit jika satu tim ditinggal cedera pemain seperti N’Golo Kante. Kante, yang menderita cedera hamstring kala menjalani tugas kenegaraan bersama Prancis, terbukti memang merupakan bagian yang tak tergantikan dari skema Conte.

Sebelum pemain terbaik Liga Primer Inggris musim lalu ini cedera di awal Oktober lalu, Chelsea hanya kebobolan tiga gol di enam laga di semua kompetisi, dan hanya kalah satu kali melawan City. Tanpa keberadaan Kante di enam laga selanjutnya, Chelsea harus takluk dari Crystal Palace dan Roma, plus kemasukan 11 gol.

Peran sentral Kante sebagai perusak serangan lawan sekaligus penambal apabila lini belakang Chelsea kecolongan tampaknya memang sulit untuk digantikan oleh siapapun yang ada di skuat jawara Liga Primer Inggris musim lalu ini.

Satu pemain yang mungkin dapat mengompensasi absennya Kante adalah Nemanja Matic. Sayang beribu sayang, jangkar kelas dunia asal Serbia ini telah dilego Chelsea ke rival berat mereka, Manchester United. Duet Matic-Kante musim lalu dapat dibilang menjadi faktor terbesar dominannya Chelsea musim lalu di liga domestik, dan apabila salah satu dari mereka absen, kualitas mereka yang di atas rata-rata masih dapat mengompensasi satu sama lain.

Keputusan Chelsea untuk menjual Matic tampak menjadi keputusan yang buruk meskipun sang pemain telah hampir berusia kepala tiga dan dibeli dengan biaya hampir 40 juta paun. Phil Neville, dilansir dari FourFourTwo, menyatakan bahwa kehilangan Matic adalah penyebab terbesar kemunduran Chelsea musim ini, dan orang yang menjual pemain jangkung tersebut layak mendapatkan pemecatan.

Tiemoue Bakayoko yang diakusisi dari AS Monaco untuk menggantikan Matic sebenarnya tampil cukup baik, namun pemain muda asal Prancis tersebut tentunya belum berada di level yang sama dengan pendahulunya. Kini, Matic menjadi bagian integral dari skema Jose Mourinho di United, dan apabila ia berhasil menjuarai Liga Primer Inggris di akhir musim nanti, dapat dipastikan duka Chelsea akan bertambah dalam.

Meskipun begitu, jangan terburu-buru memvonis Chelsea keluar dari peta persaingan. Namun, Conte tentu memiliki banyak tugas untuk membuktikan bahwa ia masih layak untuk menangani Chelsea hingga beberapa musim ke depan.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket