Tahukah Anda jika mutiara berasal dari respons bertahan hidup kerang? Ketika sebutir pasir masuk menyentuh bagian yang disebut mantel atau pelindung organ dalam, kerang akan mengeluarkan cairan yang disebut nacre. Seiring waktu, seperti pemain muda berbakat Manchester City, nacre tumbuh menjadi sebutir mutiara yang bersinar.
Butuh waktu, baik mutiara maupun seorang pemain muda untuk tumbuh dan berkembang. Butuh perhatian, dan penanganan yang spesifik supaya bakat si pemain muda bersinar di masa depan. Atas pemahaman hal sederhana tersebut, City memperkuat akademi, memproduksi pemain-pemain muda berbakat.
Seiring waktu, mutiara akan memisahkan diri dari “induknya”. Kilaunya mandiri, menonjol sendirian. The Citizens punya dua pemain muda, yang perlahan hendak “memisahkan diri dari induknya”. Bukan dalam artinya berpisah dengan jarak, namun berdiri sendiri, mengukir nama atas usahanya sendiri.
Mereka adalah Phil Folden dan Joel Latibeaudiere, seorang gelandang serang kreatif, dan seorang bek tengah yang tangguh. Baik Folden maupun Latibeaudiere merupakan dua penampil terbaik di gelaran Piala Dunia U-17 yang tempo hari berhasil dijuarai timnas Inggris. Kedua pemain ini menjadi andalan di lini masing-masing.
Seiring perkembangan, ketika kilau mereka semakin megah, City akan memetik buah manis dari usaha yang disebut Etihad Campus.
Etihad Campus
Ketika membeli Manchester City tahun 2008, salah satu yang Sheikh Mansour lakukan adalah merekrut Mark Allen sebagai Direktur Akademi. Proyeksi yang mereka tetapkan di Etihad Campus adalah dalam 10 tahun, pemain muda yang mereka produksi, langsung bisa digunakan pelatih tim utama.
Salah satu kurikulum yang diterapkan secara intensif adalah membangun ketenangan pemain. Kurikulum ini secara khusus ditekankan oleh Mark Allen. Direktur Akademi yang didapuk sejak tahun 2008 ini menegaskan bahwa ketenangan membantu pemain muda nyaman dengan bola, tidak panik, dan bisa mengeluarkan kemampuannya.
Ketenangan juga membantu pemain memindai situasi, mengukur dengan akurat. Membiasakan pemain berpikir dengan cepat juga membantu mereka membangun mental. Karena pada akhirnya, selain pemahaman taktik, semua pembelajaran mengerucut kepada kesiapan di pemain menyambut panggung yang sebenarnya.
Dan hasilnya memang konkret. Manchester City U-18 tiga kali mencapai final FA Youth Cup, pada tahun 2015, 2016, dan 2017. Akademi City memberi si pemain sebuah fondasi dan kesempatan sekali dalam seumur hidup untuk bermimpi besar. Dan hasil akhir tentu diserahkan kepada masing-masing individu.
Joel Latibeaudiere
Latibeaudiere adalah bek modern yang saat ini tengah menjadi salah satu komoditi panas. Ia sangat nyaman dengan bola dan punya teknik mengumpan yang baik. Pembacaan situasi pemain berusia 17 tahun ini yang akan membuatnya menjadi salah satu bek terbaik di Inggris. Penempatan posisi dari hasil memindai situasi, membuat keberadaan Latibeaudiere di lapangan begitu terasa.
Ia punya kecepatan, yang membantu Latibeaudiere menyapu bersih semua bola terobosan ketika gagal dihalau rekan atau gelandang bertahan. Sejak lebih belia lagi, agresivitas Latibeaudiere pun sudah terasa. Ia dapat dengan lugas dan akurat melakukan body charge yang mendekati pelanggaran. Namun, ia punya pengukuran situasi, sehingga pelanggaran tidak terjadi.
Dengan tinggi 180 sentimeter, Latibeaudiere bukan bek tengah dengan fisik yang menjulang. Namun, daya pegas Latibeaudiere bisa diandalkan. Selama gelaran Piala Dunia U-17, hampir semua duel udara bisa ia menangi. Selain bercorak bek modern, Latibeaudiere tidak melupakan teknik yang paling dasar seorang bek tengah.
Selain tenik melompat, teknik tekel Latibeaudiere juga sangat baik. Latibeaudiere baru akan menjulurkan kaki ketika ia yakin bisa mengambil bola. Jika situasi tidak mendukung untuk melakukan tekel, Latibeaudiere akan menggunakan kekuatan badannya untuk mengganggu progresi lawan.
Phil Folden
Selain kecepatan, kekuatan utama Folden adalah teknik mengumpan dan menggiring bola. Sentuhan bolanya terlihat sangat alami. Dan ditunjang ketenangan yang memang menjadi salah satu kurikulum di Etihad Campus, meski masih berusia 17 tahun, Folden sudah menunjukkan kedewasaan di atas lapangan.
Tingkat kedewasaan terlihat ketika ia dengan fasih bermain umpan pendek, melepaskanya dengan akurat dan tak boros menggiring bola. Komparasinya dengan David Silva memang cukup berdasar. Folden pandai menempatkan diri, memudahkan rekannya mengalirkan bola, sangat kreatif, dan punya dasar visi yang kuat.
Folden adalah pemain kreatif yang lebih suka bermain di belakang penyerang atau di sisi kanan lapangan. Kemampuannya duel satu lawan satu sangat kuat, kontrol bolanya lembut, dan disokong low center of gravity, ia begitu dinamis mengubah arah dengan cepat. Dasar visi yang kuat membuat seleksi umpan Folden menjadi lebih tajam. Umpan terobosannya matang dan mudah dikejar kawan.
https://www.youtube.com/watch?v=d9Ag2g9trlY
Tak hanya sisi kreatif yang menonjol, Folden bisa menyelesaikan peluang yang ia dapatkan. Kembali, ketenangan yang terlihat membuatnya dapat dengan baik menempatkan bola ke tempat yang sulit digapai kiper.
Prospek
City punya dua bek tengah senior dalam diri Vincent Kompany (31) dan Nicolas Otamendi (29). Setidaknya, keduanya masih bisa bermain tiga tahun lagi. Jangka waktu yang akan sangat sesuai dengan perkembangan Latibeaudiere. Tepat di usia 20 tahun nanti, Pep Guardiola sudah akan siap menggunakan Latibeaudiere sebagai pemain tim utama.
Sementara itu, di posisi Folden masih ada David Silva (31) dan Bernardo Silva (23). Dalam waktu tiga tahun ke depan, Folden akan bersaing ketat dengan Bernardo untuk memperebutkan satu tempat sebagai pengganti Silva. Dengan kemampuannya, Folden bahkan berpeluang bermain bersama Bernardo. Kemampuan Folden dan Bernardo untuk bermain dari sisi lapangan memungkinkan kedunya bermain bersama.
Baik Latibeaudiere maupun Folden hanya dua dari beberapa pemain muda potensi yang masih dalam proses “dibungkus cairan nacre. Seiring waktu, bukan tidak mungkin, mutiara-mutira itu yang akan menghasi tim utama City. Untuk saat ini, Latibeaudiere dan Folden adalah dua mutiara di dalam cangkang emas Manchester City.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen