Eropa Inggris

Phil Folden: Nuansa Cerah Langit Biru Manchester City

Sejak dana besar mengalir dari Qatar, Manchester City menjelma menjadi salah satu kekuatan yang perlu diperhitungkan. Kekuatan kapital membuat Citizens dengan enteng berbelanja pemain mahal. Selain sangat aktif di bursa transfer, City tak melupakan akademi mereka. Terutama setelah kedatangan Pep Guardiola.

Manajer asal Spanyol tersebut menjadikan lulusan akademi sebaai dasar kesuksesan Barcelona memasuki zaman keemasan. Mulai dari Victor Valdes, Sergio Busquets, Andres Iniesta, Pedro Rodriguez, dan tentunya, Lionel Messi. Konsep yang sama ingin ia terapkan bersama Manchester City. Perlahan, talenta muda mereka berkembang dengan sangat apik.

Mulai dari Ed Francis, Jadon Sancho, Brahim Diaz, Tosin Adarabioyo,hingga yang paling baru, Phil Folden.

Folden baru berusia 16 tahun 193 hari ketika ia sudah merasakan panasnya Liga Champions. Desember tahun lalu, ketika City melawan Celtic FC, Folden dibawa Pep Guardiola. Ia duduk di bangku cadangan dan merasakan langsung pengalaman yang tak akan ia lupakan. Pengalaman itu, meski hanya sejenak, membentuk Folden dengan cepat.

Memasuki pra-musim 2017/2018, ketika City menjalani tur ke Amerika Serikat, Guardiola memasukukkan namanya ke dalam daftar pemain yang dibawa. Dan tak mengecewakan, Folden tampil penuh percaya diri. Ketenangannya dalam bermain untuk remaja 17 tahun sangat luar biasa. Ia menyerap menit bermain sebagai pengalaman yang memacu perkembangannya.

Setiap menit bermain adalah daya, pelajaran penting untuk masa depannya.

 

Mengenal Folden

Remaja Generasi Z ini lahir pada tanggal 18 Mei 2000. Pemain dengan kaki dominan kaki kiri ini bisa bermain sebagai gelandang sentral, gelandang serang atau pemain sayap. Baik fisik, maupun cara bermain Folden membuat suporter City seperti melihat dua David Silva di atas lapangan. Pemain mungil nan kreatif.

Selain kecepatan, kekuatan utama Folden adalah teknik mengumpan dan menggiring bola. Sentuhan bolanya terlihat sangat alami. Dan ditunjang ketenangan yang memang menjadi salah satu kurikulum di Etihad Campus, meski masih berusia 17 tahun, Folden sudah menunjukkan kedewasaan di atas lapangan.

Tingkat kedewasaan itu terlihat ketika ia dengan fasih bermain umpan pendek, melepaskanya dengan akurat dan tak boros dalam menggiring bola. Sebagai pemain muda, ketika mendapatkan kesempatan bermain di pra-musim, salah satu penyakit bawaan adalah keinginan untuk pamer. Namun Folden bisa meredam egonya dan bermain sesuai instruksi.

Komparasinya dengan David Silva memang cukup berdasar. Ia pandai menempatkan diri, memudahkan rekannya mengalirkan bola, sangat kreatif, dan punya dasar visi yang kuat. Apabila ada kesempatan menggiring bola dan melakukan sejumlah trik, Folden melakukannya dengan sebuah tujuan. Kembali, ia tak melakukannya karena ingin pamer semata.

Folden adalah pemain kreatif yang lebih suka bermain di belakang penyerang. Kemampuannya duel satu lawan satu sangat kuat, kontrol bolanya lembut, dan disokong low center of gravity, ia begitu dinamis mengubah arah dengan cepat. Dasar visi yang kuat membuat seleksi umpan Folden menjadi lebih tajam. Umpan terobosannya matang dan mudah dikejar kawan.

Tak hanya sisi kreatif yang menonjol, Folden bisa menyelesaikan peluang yang ia dapatkan. Kembali, ketenangan yang terlihat membuatnya dapat dengan baik menempatkan bola ke tempat yang sulit digapai kiper. Kelebihan lain yang bisa dimaksimalkan adalah kebiasaan Folden mengambil bola mati.

Namun tentu, meski punya dasar yang kuat untuk menjadi pemain hebat, Folden tetap punya kelemahan. Salah satu yang terlihat oleh mata adalah fisiknya belum kokoh. Lantaran ia banyak menggunakan perpindahan arah untuk mengecoh lawan, Folden harus memperbaiki bangunan fisiknya. Tujuannya supaya gerakan eksplosif tak melukai dirinya sendiri atau terlalu mudah dijatuhkan lawan dengan tubrukan badan.

Previous
Page 1 / 2