Football is nothing without supporters.
Kalimat tersebut merupakan kalimat yang sangat populer di dunia sepak bola negara manapun. Memang benar, sepak bola bukan apa-apa tanpa suporter. Dalam sepak bola, suporter dimaknai bukan sekadar kumpulan orang yang datang menonton pertandingan, bernyanyi di tribun, atau membuat koreografi. Suporter sudah menjadi bagian penting dari sepak bola itu sendiri.
Suporter adalah pemain kedua belas yang kehadirannya selalu dibutuhkan. Suporter adalah pemain kedua belas yang menjadi pembakar semangat juang 11 pemain lain di lapangan. Dan idealnya memang demikian, suporter menjadi pemain kedua belas yang selalu mengawal tim kebanggan. Namun, apakah ada suporter yang berdiri sendiri tanpa tim yang mereka jagokan? Apakah ada suporter yang tidak menjadi pemain kedua belas bagi 11 pemain di lapangan?
Jawabannya, ada. Ialah Kebumen Militan Suporter atau yang biasa dikenal dengan Bumi Mania.
Bumi Mania merupakan kelompok suporter Persak Kebumen, sebuah kesebelasan dari wilayah Jawa Tengah bagian selatan yang namanya barangkali masih terasa asing di telinga pencinta sepak bola nasioal. Bumi Mania merupakan satu-satunya kelompok suporter Persak yang terbesar dan menyebar di berbagai wilayah Kabupaten Kebumen. Bumi Mania berdiri sejak 28 Oktober 2012.
Sama halnya dengan kelompok suporter lain, seperti Bonek Persebaya, Bumi Mania juga memiliki salam. Jika Bonek memiliki “Salam Satu Nyali. Wani!”, Bumi Mania memiliki “Salam Ngapak Tapi Sopan (Sangataso)”. Hal ini menunjukkan bahwa Bumi Mania menjunjung semangat kedaerahan mereka.
Baca juga: Bonek: Semakin Baik, Semakin Diuji
Sebab, Persak merupakan kesebelasan dari Kebumen yang notabene menjadi bagian dari wilayah yang bahasanya beraliran ngapak. Indikasinya adalah penggunaan kata “inyong” atau “nyong” yang jamak digunakan masyarakat Kebumen untuk menyebut “aku” atau “saya”.
Menurut Aditya Wahyu Febrianto, salah satu aktivis Bumi Mania, secara garis besar, awal mula berdirinya Bumi Mania adalah sebagai wadah informasi mengenai kondisi sepak bola Kebumen. Saat itu, Adit mencari informasi tentang sepak bola Kebumen tetapi di mesin pencari Google tetapi tidak ditemukan. Akhirnya, ia menemukan salah satu grup atau fanpage di Facebook. Ia mencoba menghubungi sang admin, tetapi gagal. Namun, akhirnya mereka bertemu.
Bersama dengan pendukung Persak yang lain, Prabu dan Roy, Adit mulai berbincang-bincang tentang bagaimana kondisi sepak bola Kebumen. Namun, ketiganya buta akan informasi tersebut. Roy dan Prabu sendiri berada di luar kota. Akhirnya, Adit pun memutuskan untuk mencari tahu sendiri informasi tentang sepak bola Kebumen. Kebetulan Adit menemukan fanpage pendukung Persak dan mencoba menghubungi sang admin. Namun, ternyata mereka sama-sama buta akan informasi tenang sepak bola Kebumen.
Akhirnya, mereka berkumpul untuk mencari informasi. Mereka mendatangi kantor PSSI Kebumen, tetapi kantornya kosong. Mereka mencoba beberapa kali tetapi, tetap tidak ada informasi yang didapat. Akhirnya, mereka pun menghubungi KONI Kebumen.
Mereka juga mendapat info mengenai pengurus PSSI Kebumen. Bahkan, mereka sempat menghubungi hingga mendatangi rumahnya, tetapi tidak ada respons. Ketika melakukan demo, respon juga tetap tidak didapatkan kelompok suporter ini.
Bumi Mania: Lima tahun yang hampa
Bersamaan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2017 kemarin, Bumi Mania juga merayakan usianya yang ke-5 tahun. Memang masih seumur jagung, tetapi untuk suporter tim sekelas Persak, lima tahun Bumi Mania adalah pertanda baik. Setidaknya, eksistensi Bumi Mania hingga tahun kelima mengindikasikan bahwa sepak bola Kebumen masih dihargai sekaligus diharapkan kehadirannya.
Hanya saja, lima tahun Bumi Mania adalah lima tahun yang sedikit banyak terasa hampa. Bagaimana tidak, kehadiran mereka tidak selalu dibersamai kehadiran Persak. Bumi Mania hidup, tetapi Persak setengah tak bernyawa.
Persak mati suri. Kesebelasan kebanggan warga Kebumen ini sekarang tak lebih dari sekadar nama. Nama yang kosong, tidak ada apa-apa di dalamnya.
Persak memang jarang nampak. Bermain di Divisi Tiga Liga Indonesia Jawa Tengah pada 2008 untuk pertama kalinya, Persak kemudian vakum dari tahun 2009 hingga 2013. Kesebelasan yang berdiri pada tahun 1967 ini baru muncul kembali pada tahun 2015 sampai 2016. Persak juga sempat menyabet beberapa gelar juara, antar lain juara I Piala Bupati Banyumas serta menduduki posisi runner–up untuk turnamen Piala Bupati Banjarnegara, Piala Bupati Cilacap, dan Piala Bupati Purbalingga.
Sayang, di tahun 2017, Persak kembali menghilang. Persak tidak ikut satu kompetisi apapun. Ya, Persak kembali vakum. Hal tersebut sebenarnya juga tidak mengagetkan masyarakat Kebumen, khususnya Bumi Mania. Barangkali yang membuat kaget justru ketika Persak kembali muncul ke permukaan dan mengikuti kompetisi sepak bola nasional.
Akan tetapi, matinya Persak tidak diikuti matinya Bumi Mania. Bumi Mania tetap hidup. Nyetadion, yang merupakan kegiatan utama mereka, memang berhenti karena tidak ada pertandingan yang diikuti Persak. Namun, Bumi Mania masih melakukan kegiatan yang lain. Beberapa waktu lalu, beberapa anggota Bumi Mania juga sempat membentuk tim tarkam, Bumi Mania FC.
Tujuan diadakannya sepak bola tarkam ini tentu saja untuk menjaga silaturahmi antaranggota agar tetap terjalin. Di samping itu, Bumi Mania juga masih membuka Kebumen Fanshop. Hanya saja, sekarang sudah jarang memproduksi merchandise Bumi Mania.
Harapan Bumi Mania masih sama: Persak bangkit!
Masalah finansial dan kurangnya perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kebumen masih menjadi kunci utama dari permasalahan yang dialami Persak. Barangkali, bukan soal Pemkab yang enggan memajukan sepak bola, tetapi untuk kabupaten kecil seperti Kebumen, mengurusi masalah rakyat yang lain jauh lebih penting.
Namun, bukankah dengan sepak bola, gairah ekonomi juga bisa dibangkitkan? Setidaknya melalui sepak bola, sebuah daerah akan lebih dikenal dan memiliki daya tarik ataupun nilai jual. Entahlah….Masalah sepak bola di Kebumen saya pikir masih terlalu rumit untuk dibicarakan.
Dari tahun ke tahun, harapan Bumi Mania saya pikir masih sama, yaitu Persak bangkit dan mengikuti kompetisi sepak bola nasional. Sebagai faktor pendukung, Bumi Mania juga berharap Stadion Chandradimuka yang merupakan home base Persak direnovasi. Namun, tanpa donatur, Persak memang sulit untuk bangkit.
Dana memang menjadi masalah yang klise untuk sepak bola di kabupaten miskin seperti Kebumen, begitu yang dikatakan Adit.
Sampai saat ini, sepak bola Kebumen memang berada di antara kata ada dan tiada. Namun, berharap suatu saat Kebumen memiliki kesebelasan yang berpartisipasi dalam kompetisi sepak bola nasional bukan hal yang salah. Tidak ada salahnya memimpikan Kebumen menjadi kabupaten yang melek sepak bola.
Toh, masyarakat Kebumen juga banyak yang menggilai sepak bola. Buktinya, tak sedikit komunitas suporter sepak bola yang ada di Kebumen. Ada Viking Kebumen, Aremania Kebumen, Jakmania Kebumen, Eagle Boys (suporter PSS Sleman), dan barangkali masih ada komunitas lain yang belum saya ketahui.
Semoga saja Persak bangkit secepatnya agar nama Persak tidak hanya sekadar nama kesebelasan. Selain itu, juga agar kerinduan Bumi Mania pada sepak bola Kebumen segera sirna. Dan, bukankah supporter is nothing without football club? Suporter bukan apa-apa tanpa tim yang mereka dukung.
Semoga secepatnya Bumi Mania menjadi suporter yang berjalan mengawal kebanggan, bukan menjadi suporter yang berjalan sendirian. Tetap semangat, Bumi Mania! Salam Ngapak Tapi Sopan!
Author: Riri Rahayuningsih (@ririrahayu_)
Mahasiswi komunikasi yang mencintai sepak bola dalam negeri