Pra-musim Barcelona sempat dinilai tidak memuaskan saat kompetisi resmi dimulai. Bagaimana tidak? Ditinggal pemain yang berpengaruh dalam diri Neymar, pembelian-pembelian yang mengundang pertanyaan, serta perekrutan Ernesto Valverde sebagai manajer pengganti Luis Enrique yang mundur di akhir musim lalu.
Meskipun begitu, perlahan-lahan faktor-faktor tersebut yang diprediksi akan merugikan Los Cules ke depannya, ternyata berhasil dipatahkan. Kepergian Neymar ternyata tidak berdampak begitu banyak kepada ketajaman Barcelona. Pembelian-pembelian yang diragukan seperti misalnya Paulinho, ternyata mampu memberikan kontribusi yang cukup baik bagi tim.
Namun, hal itu semua mungkin tak dapat terjadi apabila Valverde tidak diangkat di pra-musim lalu. Manajer asal Spanyol inilah yang menjadi faktor utama Barcelona mampu tampil memukau sejauh ini.
Ketika Luis Enrique memutuskan untuk mundur di akhir musim lalu, beberapa nama sempat digadang-gadang untuk menjadi penerus legenda Barcelona tersebut. Kala itu, nama-nama seperti Jorge Sampaoli, Ronald Koeman, Giovanni van Bronckhorst, bahkan Arsene Wenger, sempat diisukan akan menjadi nakhoda tim Catalonia ini.
Namun, pada akhirnya, nama Valverde lah, yang sebelumnya menangani Athletico Bilbao, yang dipilih oleh Josep Bartomeu, Presiden Barcelona. Pilihan ini sempat disayangkan oleh banyak Cules, suporter Barcelona, mengingat profil Valverde dirasa kurang cocok untuk menukangi klub sekelas Barcelona. Manajer berusia 53 tahun ini memang tak pernah menangani klub yang benar-benar besar sebelum bergabung bersama Barcelona.
Baca juga: Berbagai Momen Terbaik dan Terburuk Dalam Karir Ernesto Valverde
Keraguan terhadap Valverde pun terbukti nyata ketika timnya dipermalukan oleh rival abadi mereka, Real Madrid, di ajang Piala Super Spanyol. Di laga yang berlangsung dalam dua leg tersebut, Blaugrana kalah dua kali berturut-turut dengan skor agregat 5-1. Wajar rasanya apabila publik Catalonia pun merasa pesimis dengan Valverde dan klub kesayangan mereka menyongsong kompetisi La Liga dimulai.
Namun, mantan manajer Olympiakos ini akhirnya berhasil membungkam kritik yang diberikan kepadanya di awal musim sejauh ini. Barcelona masih tak terkalahkan di semua kompetisi. Di La Liga, Barca kokoh di puncak klasemen dengan memenangkan sembilan dari sepuluh pertandingan yang mereka telah lakoni.
Rekor mereka di Liga Champions bahkan lebih baik lagi. Lionel Messi dan kawan-kawan berhasil menyapu bersih semua laga di Grup D, termasuk mengalahkan finalis tahun lalu yang juga berhasil mengalahkan mereka di babak perempat-final, Juventus.
Valverde berhasil membangun tim yang solid sekaligus menampilkan permainan sepak bola yang stabil dan yang paling penting, mampu menang. Namun, jangan katakan bahwa pekerjaannya mudah hanya karena ia memiliki sumber daya manusia yang luar biasa plus Messi di timnya. Valverde menemui banyak kendala kala menukangi tim ini, bahkan dapat dikatakan bahwa masalah yang menimpanya jauh lebih banyak ketimbang Enrique di musim lalu.
Masalah pertama yang ia hadapi adalah mandulnya penyerang andalan Barca, Luis Suarez, yang memang dikarenakan belum fitnya pemain asal Uruguay ini. Mantan pemain Liverpool tersebut menjalani tahun yang luar biasa musim lalu, namun musim ini, ia baru tampil tujuh kali di La Liga dan baru mencetak gol ke gawang lawan sebanyak tiga kali. Cedera lutut yang ia alami dilansir menjadi penyebabnya.
Namun, Valverde dengan cerdik mengompensasi belum fitnya pemain depan andalannya itu dengan menggeser Messi ke posisi Suarez. Akibatnya, Barca pun tetap tajam di depan gawang lawan.
Kendala kedua adalah cederanya rekrutan baru mereka yang digadang-gadang menjadi pengganti Neymar, Ousmane Dembele. Dembele mengalami cedera paha parah yang membuatnya absen sampai sekitar empat bulan. Cederanya pemuda Prancis ini tentu menjadi pukulan besar bagi Valverde dan Barcelona mengingat kualitas yang ia miliki untuk menyokong lini serang tim. Namun, Valverde yang sempat menjadi manajer Valencia ini, mampu membuat pemain seperti Gerard Deulofeu untuk step up dan tampil cukup baik untuk menggantikan peran Dembele.
Kendala ketiga adalah menyoal referendum Catalonia yang tentunya mengganggu fokus tim. Daerah tempat Barcelona berada ini tentu sedang berada di situasi yang tak kondusif usai adanya referendum tersebut. Banyak kekerasan yang terjadi di Catalonia, yang melibatkan banyak penduduk lokal serta kepolisian Spanyol.
Masalah kekerasan ini ditambah oleh masalah lain yang akan terjadi ketika Catalonia merdeka, seperti permasalahan di liga mana Barcelona akan bermain nantinya. Namun, Valverde yang terkenal kalem dan pintar bicara, tentu mampu menjaga fokus anak asuhnya. Bahkan, ketika Barcelona menjamu Las Palmas dalam jornada 5 La Liga yang dimainkan tanpa supprter menyusul kerusuhan yang terjadi di Catalonia, Barcelona mampu tampil lepas dan menang dengan skor 3-0.
Prestasi untuk membuat nyaman pemainnya ini tentu tak dapat dikesampingkan mengingat Barcelona adalah klub bertabur bintang yang juga mungkin memiliki ego tinggi.
Bagi Valverde, apa yang telah dilakukannya sejauh ini merupakan pencapaian yang memukau. Baginya, kritik-kritik yang menerpanya di awal kedatangannya dijadikan lecutan semangat untuk menjadi lebih baik lagi. Kekalahan atas Madrid ia jadikan pengalaman yang berharga untuk mengatur timnya dengan sempurna. Hanya ada satu kata yang tepat bagi Valverde: Salut!
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket