Dunia Amerika Latin

Hikayat Manusia Setengah Dewa Bernama Diego Maradona

Semua orang sudah tahu kisah hidup Diego Armando Maradona. Bahkan orang-orang yang belum lahir di dunia pada tahun 1986 pun sudah akrab dengan cerita ‘gol tangan tuhan’ dan gol solo run-nya yang membuahkan Piala Dunia 1986 bagi Argentina. Mungkin seratus tahun dari sekarang, penghuni planet ini masih akan membicarakan seorang fenomena bernama Maradona.

Para pemilihan pemain terbaik abad ke-20 yang diadakan oleh FIFA pada tahun 2000, Maradona secara kontroversial terpilih sebagai satu dari dua pemain selain legenda Brasil, Pelé. Hasil ini sampai sekarang menjadi kontroversi, karena banyak yang mencibir hasil penghargaan dari jajak pendapat itu. Para pemilih yang berusia relatif muda kemungkinan besar memilih Maradona, karena masa-masa ketika Pelé bermain sudah lama berlalu dan tak terdokumentasikan dengan baik.

Bagaimanapun juga, tak seorang pun menyangkal jika Maradona dikatakan sebagai insan sepak bola paling sensasional yang pernah ada Bumi. Pelé memang pemain hebat, tapi Maradona lebih banyak dibicarakan karena selalu lekat dengan kontroversi. Di luar semua kehebatannya di atas lapangan, kehidupan Maradona juga sangat penuh warna di luar lapangan. Warna yang dimaksud tak selamanya positif, termasuk keterlibatannya dalam penggunaan doping dalam pertandingan antara Napoli dan Bari pada tahun 1990, dan di Piala Dunia 1994.

Meski membela enam klub berbeda sepanjang kariernya, jalan hidup pria kelahiran 30 Oktober 1960 ini bisa dipersingkat menjadi tiga bagian berbeda, yaitu Boca Juniors, Barcelona, dan Napoli. Ia memang pernah juga tercatat membela Argentinos Juniors, Newell’s Old Boys, dan Sevilla. Namun, tiga klub pertama adalah yang paling melekat dalam cerita hidup Maradona sampai sekarang.

Maradona menjalani debut profesionalnya untuk Argentinos Juniors pada tanggal 20 Oktober 1976, hanya 10 hari setelah ulang tahunnya yang ke-16. Pada tahun 1981, ia pindah ke salah satu klub terbesar Argentina, Boca Juniors. Dalam kebersamaannya yang singkat dengan Boca Juniors, pemain bertubuh mungil ini merasakan gelar juara liga pertama sepanjang kariernya.

Baca juga: Nasib Para Penerus Diego Maradona

Penampilan impresif di Boca menarik minat Barcelona, yang rela membayar sekitar 5 juta euro untuk memboyong sang pemain ke Spanyol. Tepat setelah Piala Dunia 1982, Maradona pun pindah ke klub Catalonia tersebut. Dua tahun yang dihabiskannya di Barcelona tidaklah buruk, tapi juga tidak spektakuler. Bersama Barcelona, Maradona gagal menjuarai Liga Spanyol dan harus puas hanya dengan gelar juara Copa del Rey 1983.

Tanpa diduga, dua tahun kemudian ia memutuskan untuk pindah ke klub Italia dengan reputasi tak seberapa besar dan kuat, yaitu Napoli. Di klub inilah puncak karier pemain fenomenal tersebut. Dipimpin oleh Maradona, Napoli dua kali menjuarai Serie A Italia, yaitu pada musim 1986/1987 dan 1989/1990. Selain prestasi di level klub, ia juga memimpin Argentina menjuarai Piala Dunia 1986.

Setelah Napoli, barulah karier klubnya memuat Sevilla, Newell’s Old Boys, dan akhirnya kembali ke Boca Juniors. Klub terakhir adalah tempat Maradona mengakhiri karier bermain profesionalnya pada tanggal 30 Oktober 1997, atau tepat pada ulang tahunnya ke-37.

Sepanjang kariernya, Maradona bermain di empat Piala Dunia, dan tampil membela tim nasional Argentina hingga tahun 1994. Selama berseragam biru-putih, ia mencetak 34 gol dalam 91 penampilan.

Setelah kariernya yang luar biasa di lapangan hijau, Maradona berusaha keras melanjutkan kariernya di lapangan sepak bola. Namun, ternyata menjalankan tugas sebagai pelatih terbukti sulit baginya. Semua pengalaman melatihnya, dari klub amatir di Mandiyú de Corrientes, Racing Club de Avellaneda hingga Al-Wasl di Uni Emirat Arab, tak membuahkan satu gelar juara pun. Masa baktinya sebagai pelatih kepala tim nasional Argentina pun terbilang gagal, meskipun ia membawa La Albiceleste hingga perempat-final Piala Dunia 2010.

Sampai sekarang, rakyat Argentina masih melihat Maradona sebagai sosok manusia setengah dewa. Sebuah gereja di kota Rosario, Argentina, dipersembahkan untuk memuja sang legenda. Dalam skala yang lebih kecil, sebuah ruang pemujaan bagi Maradona juga masih ada sampai sekarang di kota Napoli. Maradona memang istimewa.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.