Serie A memang terkenal sebagai liga yang kaya akan keragaman taktik. Meskipun seringkali disebut membosankan, namun permainan sepak bola di Italia sebenarnya lebih kompleks dari yang terlihat. Lihat saja bagaimana Napoli milik Maurizio Sarri yang menampilkan sepak bola menyerang secara menawan, atau Internazionale Milano dan Luciano Spaletti yang mampu menerapkan taktik yang tepat guna dengan lawan yang sesuai.
Meskipun begitu, Serie A juga memiliki sisi gelap. Salah satunya adalah banyaknya kasus rasisme yang dilakukan suporter. Yang baru-baru ini terjadi adalah kasus anti-semitisme, kebencian terhadap kaum Yahudi, di laga antara Juventus melawan SPAL, AS Roma melawan Crotone, serta Lazio melawan Cagliari.
Kasus ini dimula dalam laga Lazio melawan Cagliari yang bertempat di Stadion Olimpico. Laga yang berlangsung di hari Minggu (23/10) ini dikotori oleh kelakuan rasis sebagian Laziale. Dilansir dari BBC, beberapa ultras Lazio yang sudah terkenal sering menyanyikan lagu bernada rasis, menempel stiker wajah Anne Frank, wanita Yahudi korban Holocaust yang dilakukan Nazi di Perang Dunia II, sembari mengenakan jersey rival sekota mereka, AS Roma. Tak hanya itu, mereka menyanyikan lagu dengan kandungan anti-semitisme seperti “semua pendukung Roma adalah Yahudi”.
Akibat dari kasus antisemitisme ini, semua laga Serie A yang diadakan di hari Rabu kemarin (25/10), dimulai dengan pembacaan beberapa bagian dari buku harian Anne Frank, sebuah catatan tentang betapa mengerikannya Holocaust yang dilakukan Nazi.
Hampir semua stadion yang menyelenggarakan pertandingan, sunyi senyap ketika potongan ini dibacakan, namun kata ‘hampir’ di sini menjadi kunci. Di laga Juventus melawan SPAL, beberapa Juventini terlihat memunggungi lapangan dan menyanyikan lagu kebangsaan Italia ketika penghormatan terhadap korban Holocaust ini dilakukan.
Tak hanya di Turin, Stadion Olimpico juga kembali menjadi saksi dari kelakuan buruk beberapa suporter, yang kali ini dilakukan oleh beberapa suporter Roma, yang notabene rival berat Lazio. Beberapa Romanisti kedapatan tengah menyanyikan chant untuk klub kesayangan mereka di saat mereka seharusnya mengheningkan cipta.
Patut disayangkan sebenarnya, karena klub-klub mereka sendiri secara aktif melakukan hal-hal baik untuk memerangi anti-semitisme. Lazio contohnya, yang melakukan pemanasan sambil mengenakan kaus bergambar wajah Anne Frank sebelum laga melawan Bologna, Rabu lalu. Dilansir dari Independent, Presiden Il Gialloblu, Claudio Lotito, bahkan berniat untuk menawarkan wisata ke lokasi kamp konsenstrasi Nazi di Auschwitz kepada suporternya untuk mengingatkan mereka betapa mengerikannya Holocaust yang dilakukan terhadap kaum Yahudi dulu.
Banyaknya kasus rasisme ini menjadi noda tersendiri di sepak bola Italia. Mari berharap kasus-kasus seperti ini tak terulang kembali di hari-hari selanjutnya.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket