Dunia Lainnya

Tentang Urgensi di Balik Aksi Buka Baju saat Berselebrasi Cetak Gol

Dalam tajuk Derby Della Maddoninna lalu, kapten Internazionale Milano, Mauro Icardi, menggila dengan tiga golnya yang mengandaskan harapan AC Milan untuk menyelamatkan poin. Icardi menjadi penentu kemenangan La Beneamata dengan eksekusi penaltinya yang sempurna di pengujung akhir laga.

Dilanda euforia, sang kapten pun melepas bajunya, dan mengimitasi selebrasi yang pernah dilakukan koleganya di timnas Argentina, Lionel Messi, yaitu melepas baju dan memegangnya di tangannya untuk memamerkan nama yang tertera di belakang baju tersebut. Kesenangan tersebut pun mendapat bayarannya, tak lama setelah selebrasi berakhir, Icardi langsung mendapat kartu kuning dari sang pengadil. Lantas, apakah memang setimpal, mendapat kartu kuning untuk berselebrasi dengan melepas jersey?

Pemandangan pesepak bola melepas bajunya kala berselebrasi sebenarnya adalah sesuatu yang jamak dan tak jarang terjadi. Bisa dikatakan, ada beberapa penyebab dan jenis dari pesepak bola yang melepas bajunya kala berselebrasi.

Kemungkinan pertama adalah membuncahnya hormon dopamin, endorfin, dan serotonin dalam tubuh, tiga hormon yang menyebabkan perasaan bahagia. Gol yang dicetak pemain tersebut mungkin amat penting, seperti contohnya gol penentu kemenangan yang dicetak Icardi, sehingga sang pemain merasakan kebahagiaan yang tak terhingga, hingga tanpa sadar melepas bajunya.

Kemungkinan kedua adalah sang pemain ingin menyampaikan pesan-pesan tertentu yang dituliskan di balik bajunya sesaat setelah mencetak gol. Hal ini pernah dilakukan oleh banyak pemain, seperti layaknya Andres Iniesta yang memberi penghargaan kepada mendiang Dani Jarque saat mencetak gol di final Piala Dunia 2010, atau Samir Nasri yang menyampaikan pesan “Eid Mubarak” atau Selamat Idul Fitri, di baju dalamnya ketika masih memperkuat Manchester City.

Apabila hal yang dilakukan Nasri dan Iniesta mungkin masih mengundang simpati saat diberi kartu, ada juga pemain yang tidak bijak saat melakukan selebrasi  seperti ini, seperti contohnya Mario Balotelli dengan “Why Always Me”-nya atau Dimitar Berbatov yang menuliskan “Keep Calm and Pass Me The Ball” di balik seragam Fulham miliknya.

Yang menjadi masalah adalah, FIFA telah jelas-jelas melarang para pesepak bola untuk melepas bajunya ketika berselebrasi. Di Laws of The Game FIFA nomor 12, tertuang jelas bahwa pesepak bola yang membuka bajunya ketika melakukan selebrasi selepas mencetak gol, atau dalam artian ketika pertandingan masih berlangsung, akan langsung mendapatkan kartu kuning.

Di pasal yang mulai berlaku di tahun 2004 tersebut, juga disebutkan detail-detail peraturannya, seperti pemain tetap mendapat hukuman meskipun hanya menyangkutkan kaosnya di kepala tanpa membuka seutuhnya, atau meskipun sang pemain menutup kepalanya dengan bajunya.

Menurut situs resminya, FIFA menegaskan bahwa melepas baju seragam saat melakukan selebrasi selepas mencetak gol adalah hal yang tidak perlu, dan pemain harus menghindari hal-hal berlebihan kala berselebrasi.

Banyak pemain yang sudah berusaha untuk mengakali peraturan ini, termasuk dengan cara menyangkutkan kaos di kepala seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Cara yang lebih ekstrem pernah dilakukan pemain asal Prancis yang bernama Eric Hassli, kala merumput di Major League Soccer bersama klub Vancouver Whitecaps.

Dalam laga tersebut, Hassli diusir wasit karena menerima kartu kuning kedua seusai melepas seragamnya sesudah mencetak gol, meskipun Hassli memakai seragam klubnya juga di balik seragam yang sudah ia lepas! Namun, peraturan FIFA tersebut tak bisa diakali dengan cara yang sebenarnya cerdas tersebut, dan wasit tetap memberikan Hassli kartu kuning.

Kembali ke pertanyaan di awal, apakah setimpal berselebrasi membuka baju dengan hukuman yang diterima? Rasanya, jawabannya tidak. Sepak bola adalah permainan tim, lantas apakah si pemain yang berselebrasi memikirkan timnya kala berselebrasi telanjang dada? Kartu kuning yang diterima si pemain, selain merugikan dirinya sendiri, tentu juga merugikan timnya. Hanya karena hal yang, seperti disebutkan FIFA terasa tidak perlu dan tidak penting, si pemain dan timnya merugi. Perdebatan mungkin masih dapat dilakukan ketika si pemain menyampaikan pesan yang bermakna penting kala melepas bajunya.

Baca juga: Deretan Pemain yang Bernasib Buruk Akibat Selebrasi Gol Berlebihan

Meskipun begitu, rasanya sulit untuk menolerir tindakan yang dilakukan Icardi, Balotelli, atau pemain-pemain yang memamerkan otot perutnya yang sixpack seusai mencetak gol. Hal itu seolah menunjukkan sang pemain bersikap egois dan tidak dewasa, hanya terlarut dalam euforia tanpa memikirkan diri sendiri dan juga timnya.

Masalahnya adalah bukan persoalan tentang membuka seragamnya itu sendiri, melainkan adanya peraturan yang sudah mengatur hal itu. Faedah dari peraturan ini, jika diperdebatkan, mungkin tidak ada habisnya, namun peraturan tetaplah peraturan. Ada sanksi yang didapat jika melanggar, dan tentunya sanksi ini merugikan si pelanggar dan juga timnya.

Apakah sulit untuk sekedar menahan diri untuk tidak membuka baju di depan 50 ribu penonton usai mencetak gol? Sulit atau tidak, berhentilah untuk membuka bajumu saat berselebrasi, para pesepak bola!

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket