Jika diibaratkan sebagai sebuah lomba lari maraton yang panjang, liga-liga top Eropa kini sudah akan memasuki seperempat jalan. Masing-masing kesebelasan Ligue 1 Prancis (Ligue 1) telah memainkan sembilan pertandingan dari 38 pertandingan yang akan mereka jalankan semusim, sementara masing-masing klub Liga Primer Inggris (EPL), Bundesliga, Serie A Italia (Serie A) dan La Liga Santander (La Liga) telah memainkan delapan pertandingan. Sampai sejauh ini, liga manakah yang paling kompetitif?
Berbicara mengenai tingkat kompetitif sebuah liga, ada beberapa analisa kuantitatif yang dapat dilakukan. Umumnya digunakan distribusi poin dan gol yang dibuat oleh masing-masing kesebelasan yang berkompetisi. Semakin kecil rentang jarak poin dan torehan gol antara tim peringkat teratas dan terbawah, maka secara kuantitatif, dapat diambil kesimpulan liga mana yang paling kompetitif.
Dilihat dari distribusi poin, untuk sementara, Bundesliga Jerman akan muncul sebagai yang paling kompetitif. Borussia Dortmund sebagai pemimpin klasemen sementara mengumpulkan 19 poin, sementara FC Koln yang menduduki peringkat terbawah mengumpulkan satu poin. Di kompetisi liga Serie A Italia, EPL, Ligue 1 dan La Liga, masing-masing tim pemuncak klasemen telah mengumpulkan lebih dari 20 poin.
Sementara peringkat terakhir dari masing-masing liga ini, Benevento (Serie A) belum mendapatkan poin sama sekali, Crystal Palace (EPL) baru memperoleh tiga poin mereka setelah pekan lalu menundukkan Chelsea, Metz (Ligue 1) juga baru mengumpulkan tiga poin, sementara Malaga (La Liga) mengumpulkan satu poin.
Mengacu pada rentang gol, berturut-turut sebuah kesebelasan Serie A paling banyak mencetak 26 gol dan paling sedikit mencetak dua gol, EPL (29-2), La Liga (24-3), Bundesliga (23-3), dan Ligue 1 (29-4).
Yang tidak kalah penting dari menganalisa data adalah menempatkannya pada konteks. Dalam hal ini, menilai tingkat kompetitif liga tidak bisa dilakukan dengan hanya melihat klasemen secara keseluruhan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, kita perlu memecah klasemen menjadi beberapa bagian.
Karena kompetisi masih panjang, maka masih terlalu dini melihat tingkat kompetitif perebutan gelar. Namun jika melihat tingkat kompetitif papan atas (peringkat 1-5), ternyata rentang poin kesebelasan-kesebelasan Bundesliga muncul sebagai yang paling rendah.
Borussia Dortmund yang menduduki peringkat pertama hanya unggul lima angka saja dari Borussia Mönchengladbach yang menduduki peringkat kelima. Dengan catatan, Bundesliga memiliki 18 peserta kompetisi, berbanding 20 peserta dengan liga top Eropa lainnya.
Sementara dalam liga top lainnya, mulai tercipta rentang jarak yang cukup jauh. Di EPL misalnya, Manchester City telah mengungguli Chelsea di peringkat kelima dengan jarak sembilan angka. Hal sama dialami Napoli, yang meraih poin sempurna, memimpin sembilan angka dari AS Roma di peringkat kelima, dengan catatan Roma memiliki tabungan satu pertandingan.
Bundesliga paling kompetitif
Dari uraian di atas, sementara ini dapat disimpulkan bahwa Bundesliga merupakan yang paling kompetitif. Hal ini kemudian diperkuat dengan kekalahan Dortmund dari tamunya, RB Leipzig di Signal Iduna Park, sekaligus mengakhiri rekor tak terkalahkan mereka di kandang yang telah bertahan dalam 41 pertandingan.
Kompetitifnya Bundesliga ternyata bukanlah cerita baru. Meski liga ini kerap mendapat plesetan sebagai Bayernliga karena dominasi kental dari klub asal Bavaria ini, namun terdapat faktor-faktor lain di luar poin klasemen yang memperkuat Bundesliga sebagai liga yang kompetitif.
Dilihat dari rataan penonton yang hadir seperti dikutip dari www.90min.com, Dortmund kembali muncul sebagai yang tertinggi dengan 79 ribu penonton per pertandingan selama musim 2016/2017. Sementara Bayern Munchen dengan rataan 75 ribu penonton dan Schalke 04 dengan rataan 60 ribu penonton muncul di 10 besar.
Di samping itu, kondisi finansial yang relatif stabil diperkuat dengan regulasi kepemilikan 50+1 dengan Bayer Leverkusen, Vfl Wolfsburg, dan TSG Hoffenheim sebagai pengecualian, menjadikan klub-klub Bundesliga tidak memiliki masalah keuangan meski tidak diguyur pendapatan hak siar yang gila-gilaan plus dengan kepemilikan yang terjaga dari pihak luar Jerman.
Belum lagi berbicara tentang pembinaan pemain muda yang menjadikan negara ini seolah tidak habis menelurkan bakat besar pemain. Sebagai output, kita kemudian bisa melihat sendiri kedigdayaan tim nasional Jerman belakangan ini.
Kejutan dari Serie B Italia
Sedikit menjauhi hiruk-pikuk liga top Eropa, sungguh menarik rasanya jika kita melihat klasemen sementara kompetisi Serie B Italia. Kompetisi panjang di mana sebuah tim memainkan 42 pertandingan dalam semusim ini akan menempatkan dua tim teratas untuk promosi ke Serie A dan enam kesebelasan lain ke babak play-off.
Sejauh ini, Serie B telah memainkan sembilan laga. Empoli untuk sementara menduduki puncak klasemen dengan 17 poin, namun secara mengejutkan, mereka hanya unggul 10 angka dari Cesena yang berada di peringkat terakhir. Lebih luar biasa lagi, peringkat pertama hingga 14 hanya dipisahkan dengan lima angka saja. Artinya, dalam satu pertandingan saja, posisi klasemen dapat berubah dengan drastis.
Namun menarik ditunggu, sampai kapan kondisi ini akan bertahan, dan apakah kompetisi ini akan meloloskan nama-nama familiar era 1990-an macam Perugia, Parma, Venezia, atau Bari ke kompetisi Serie A Italia pada musim depan.
Author: Aditya Nugroho (@aditchenko)