Duel dua tim papan atas, Bhayangkara FC dan PSM Makassar, berakhir dengan kemenangan 0-2 untuk tim tamu. Dua gol PSM tercipta lewat skema tendangan sudut yang tak mampu diamankan para pemain Bhayangkara.
Salah satu pertandingan yang sangat menentukan perburuan gelar juara Go-Jek Traveloka Liga 1 ini, anehnya tak disiarkan oleh stasiun televisi pemegang hak siar Liga 1. Padahal, permainan menyerang sudah dipertontonkan masing-masing kubu sejak awal babak pertama. Sayang, tak satu pun pemain berhasil membobol gawang lawan mereka di babak pertama.
Memasuki babak kedua, tim tamu mencuri gol pada menit ke-48. Gol tim Juku Eja dicetak playmaker jangkung, Wiljan Pluim. Umpan sepak pojok Zulham Zamrun berhasil diteruskan dengan sebuah sontekan pelan yang tak dapat dihalau para pemain belakang Bhayangkara dan menembus gawang Awan Setho.
Hanya berselang dua menit, Awan harus kembali memungut bola di gawangnya. Lagi-lagi, sepak pojok Zulham menyulitkan para barisan pertahanan Bhayangkara. Kemelut di depan gawang sukses dimanfaatkan M. Rahmat menjadi gol.
Tertinggal dua gol, pelatih Bhayangkara FC, Simon McMenemy, sepertinya baru teringat ia memiliki dua pemain berbakat Indonesia di bangku cadangan. Ia lalu memasukkan Ilham Udin Armaiyn dan Evan Dimas untuk menggantikan Wahyu Subo Seto dan Guy Junior pada menit ke-55. Namun, rapatnya lini pertahanan PSM tak mampu ditembus para pemain Bhayangkara.
Saking frustrasinya, tuan rumah akhirnya harus bermain dengan sepuluh pemain pada lima menit terakhir pertandingan. Kapten kesebelasan mereka, Indra Kahfi, diusir wasit akibat pelanggaran keras terhadap gelandang PSM, Marc Klok. Hingga peluit akhir pertandingan dibunyikan, kedudukan 0-2 bagi PSM pun bertahan.
Kemenangan ini pun membuka lebar-lebar kesempatan PSM untuk keluar sebagai kampiun Liga 1. Optimisme kini menyelimuti klub kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan tersebut, mengingat empat dari tiga pertandingan sisa, akan dilaksanakan di kandang mereka, Stadion Mattoanging, Makassar. Saat ini, Hamka Hamzah dan kawan-kawan hanya terpaut satu poin dari Bhayangkara FC yang masih menghuni puncak klasemen.
Di sisi lain, kemenangan ini juga sekaligus menjadi kado ulang tahun untuk provinsi Sulawesi Selatan yang ke-348. Sejak belangsungnya Liga Indonesia untuk pertama kali pada tahun 1994, PSM Makassar memang menjadi satu-satunya wakil provinsi tersebut di kasta teratas.
Salah satu klub lokal lain, Persim Maros, sempat merintis jalan untuk berlaga di kasta tertinggi pada musim 2003/2004, tapi tersandung di babak play-off. Alhasil, PSM menjadi satu-satunya harapan bukan hanya bagi mereka yang berdomisili di Sulawesi Selatan, melainkan juga para perantau asal Sulawesi Selatan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Jika nanti PSM mampu keluar sebagai kampiun Liga 1, tentu saja akan menjadi persembahan yang manis bagi warga Sulawesi Selatan yang telah menunggu selama tujuh belas tahun.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.