Nasional Bola

Mempertanyakan Wakil Indonesia di Kompetisi Asia dan Persoalan Lisensi yang Belum Selesai

Kompetisi Go-Jek Traveloka Liga 1 sebentar lagi akan berakhir. Persaingan semakin ketat dan klub-klub di papan atas terus berusaha semaksimal mungkin untuk bertahan di posisi terbaik.

Klasemen terakhir menunjukkan Bhayangkara FC masih duduk manis di peringkat pertama dengan perolehan 59 poin. Disusul oleh Bali United dan PSM Makassar yang memperoleh poin sama (55, namun tim Pulau Dewata lebih unggul selisih gol). Tentunya, klub-klub yang berada di posisi teratas ini akan berjuang sebisa mungkin agar bisa bermain di kompetisi Asia (Liga Champions Asia dan Piala AFC).

Siapa yang tidak mau berkompetisi di level regional? Tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi tiap klub untuk bisa unjuk gigi di ajang Liga Champions Asia dan Piala AFC.

Tetapi, ternyata urusannya tidak semudah itu. Alasannya, ya apalagi jika tidak menyangkut kesiapan klub memenuhi lisensi yang ditetapkan AFC. Tentunya ada beberapa persyaratan, dari status kepemilikan atau legalitas, pembinaan usia dini, kesiapan stadion, dan beberapa poin penting lainnya.

Bhayangkara sendiri seandainya menjadi juara Liga 1, dikhawatirkan belum tentu bisa mewakili Indonesia di Liga Champions Asia. Ya, karena tim asuhan Simon McMenemy ini klub yang baru resmi berdiri tahun 2017. Sebelumnya, klub ini bernama Surabaya United, dan berganti-ganti menjadi banyak nama sebelum akhirnya resmi menjadi Bhayangkara FC.

Lalu, siapa wakil Indonesia di kompetisi regional tahun depan?

Penjelasan singkat terkait lisensi AFC

Ada lima aspek dari 49 kategori yang harus dipenuhi agar suatu klub bisa menjadi klub profesional. Apa saja?

  • Keuangan
  • Legalitas
  • Administrasi
  • infrastruktur
  • pembinaan usia dini

Di Indonesia, baru tiga klub yang menuntaskan lisensi sesuai persyaratan yang ditetapkan AFC; Persib Bandung, Persipura Jayapura, dan Arema FC. Memang ada kriteria-kriteria yang tidak bisa dipenuhi oleh seluruh klub. Ada yang hitungannya wajib, ada yang bisa dikomunikasikan, ada yang bisa dilewatkan. Aspek finansial dan legalitas tentunya tidak bisa ditawar.

Kesiapan sumber daya di dalam klub untuk memperoleh lisensi

Tentu banyak yang mempertanyakan kenapa menjelang kompetisi habis, baru pada sibuk mengurus ini itu terkait lisensi? Seberapa siap dan seberapa paham klub-klub peserta ini terkait syarat yang harus dipenuhi sebagai klub profesional?

Dihubungi Football Tribe Indonesia, COO PT. Liga Indonesia Baru (LIB), Tigor Shalom Boboy, menjelaskan soal pertemuan enam klub peringkat teratas saat ini (Bhayangkara, Madura United, PSM, Bali United,Persipura, dan Persija) pada Senin (16/10) lalu.

“Intinya lebih membahas perkembangan terkini dan apa yang bisa kami lakukan agar klub-klub itu bisa mendapatkan lisensi AFC,” ujarnya.

Tanggal 19 Oktober nantinya akan ada pertemuan lagi dengan perwakilan keenam klub tersebut. Pihak PSSI terus berkomunikasi dengan AFC agar bisa memberikan perkembangan terkini terkait kemajuan dan kemauan keras para klub tersebut memperoleh lisensi.

Baca juga: Klub Indonesia Memang Mesti Menolak Jatah Liga Champions Asia

Tigor menjelaskan bahwa AFC memang sudah mengingatkan di bulan September dengan mengirimkan formulir yang harus diisi terkait lisensi.

“Memang sayangnya, tidak semua klub juga paham ya pentingnya lisensi untuk menjadi klub profesional ini. Misalnya, ada formulir yang harusnya ditandatangani pemilik klub, tetapi malah ditandatangani manajer. Nah, tugas PSSI adalah memberikan pendampingan bagi para klub ini,” ujar pria Batak ini.

Terkait lisensi memang sudah ada sosialisasi juga sebelumnya. Tetapi, tidak semua klub juga paham pentingnya memenuhi syarat menjadi klub profesional.

“Ada juga yang berpendapat buat apa repot-repot ngurus toh belum tentu juara. Kan sayang sekali jika berpikirnya masih seperti ini. Kita punya potensi kok, jangan sampai kalah dengan klub-klub Myanmar dan negara-negara ASEAN yang level sepak bolanya masih di bawah Indonesia.”

Agar bisa berlaga di Liga Champions Asia dan Piala AFC, ada dua syarat dan keduanya wajib dipenuhi. Yang pertama adalah aspek sporting (peringkat terakhir klasemen) dan lisensi (syarat stadion, akademi untuk usia dini, badan hukum dan lain-lain). Jika salah satu tak terpenuhi, maka tidak bisa berlaga di kompetisi Asia.

“Misal syarat lisensi terpenuhi, tetapi peringkatnya papan tengah atau papan bawah, ya tidak bisa. Begitu juga sebaliknya,” ujar  Tigor.

Jika Bhayangkara FC gagal mendapatkan lisensi, maka digantikan dengan klub di peringkat di bawahnya. Seperti kita ketahui, Indonesia mendapat dua jatah di Piala AFC dan satu di Liga Champions Asia (via play-off) tahun 2018.

Indonesia masih mempunya waktu hingga 31 Oktober untuk segera mendapatkan lisensi AFC. Semoga ini menjadi pelajaran agar klub-klub sepak bola Indonesia bisa berbenah menjadi klub yang profesional untuk kemajuan sepak bola Indonesia.

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)