Eropa Inggris

Richarlison, Tertuduh Kekalahan Arsenal Diincar Sanksi Akibat Diving?

Salah satu momen yang mengubah peruntungan Arsenal di kandang Watford adalah ketika Richarlison dijatuhkan Hector Bellerin. Penalti dihadiahkan untuk tuan rumah dan dapat diselesaikan dengan apik oleh Troy Deeney. Namun, dari video terlihat bahwa pemain asal Brasil tersebut melakukan simulasi. Sanksi larangan bermain tengah mengincar dirinya?

Arsene Wenger melabeli penalti Watford sebagai sebuah skandal. Dan skuat Arsenal tentu tak bisa melakukan sesuatu apabila kekalahan mereka dilandasi oleh kecurangan. Memang, setelah gol penalti tersebut, suasana stadion berubah. Watford lebih gencar menyerang, sedangkan Arsenal justru semakin bertahan.

Perubahan suasana membuat Watford berani keluar menyerang. Tekanan demi tekanan dirancang, sementara Arsenal kehilangan akal keluar dari situasi tidak menguntungkan tersebut. Tak bisa mengatasi tekanan, Arsenal akhirnya kebobolan di paruh akhir pertandingan. The Gunners membuang keunggulan dan akhirnya kalah.

Semua berawal dari penalti kontroversial yang dihadiahkan oleh Neil Swarbrick, wasit yang memimpin pertandingan, kepada Watford. Setelah melihat kembali tayangan ulang, tuduhan Richarlison yang melakukan simulasi semakin menguat. Keith Hackett, mantan wasit profesional, dalam sebuah kolom di Telegraph, menegaskan pentingnya menjatuhkan sanksi kepada Richarlison.

“Yang kita lihat dari laga Watford melawan Arsenal adalah seorang wasit berpengalaman, Neil Swarbrick, yang tengah berada dalam performa bagus musim ini, bisa ditipu oleh seorang pemain. Richarlison melakukan simulasi dengan menjatuhkan diri, dan bagi saya, ini saatnya seorang pemain di Liga Primer Inggris dihukum dengan aturan retrospektif setelah melakukan kecurangan,” ungkap Hackett.

Mantan wasit berusia 73 tahun tersebut memandang bahwa kecurangan Richarlison harus mendapatkan hukuman karena aksinya memengaruhi hasil laga. Sebuah aksi tidak terpuji yang membuat satu pihak dirugikan.

“Dia melakukan simulasi menjatuhkan diri dan memberi dampak yang menentukan kepada hasil pertandingan. Hasil akhir laga menjadi berubah karena sebuah keputusan tidak benar terkait penalti,” tegasnya. Hackett juga menambahkan bahwa sanksi bagi Richarlison akan menjadi contoh, menjadi pengingat bahwa tindakan tidak sportif tidak punya tempat di sepak bola.

Memang, aksi simulasi dengan menjatuhkan diri untuk mendapatkan penalti bukan perbuatan yang jantan. Namun, drama-drama seperti ini yang membuat sepak bola begitu memikat. Memang, untuk pihak yang kalah karena kecurangan lawan, aksi simulasi adalah penyakit dan sumber rasa sakit.

Yang diutarakan oleh Keith Hackett ada benarnya. Bagi tim rival, kekalahan Arsenal karena aksi simulasi menjatuhkan diri adalah bahan candaan. Namun ketika merasakan sendiri kecurangan tersebut, para perisak ini tentu akan berteriak sama kencangnya untuk menuntut keadilan. Dan biasanya, di masa depan, hal ini akan terjadi.

Sepak bola boleh punya drama, namun bukan kecurangan, yang bahkan bisa dikategorikan sebuah kejahatan. Kejahatan perbuatan yang tidak menyenangkan!

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen