Nasional Bola

Choirul Huda yang Terhenti di Angka 18, 38, 24, dan 44

Pengabdian itu terhenti di angka 18 dan 38. Selama 18 tahun lamanya Choirul Huda mengabdi pada Persela Lamongan, hingga Tuhan memanggilnya di usia yang ke-38, ketika seragam Persela masih membalut badannya. Di menit ke-44, ia mengakhiri karier panjangnya bersama Laskar Joko Tingkir, di penampilannya yang ke-24 musim ini

Sebuah umpan panjang yang dilepaskan pemain Semen Padang ke jantung pertahanan Persela coba ia amankan dengan maju meninggalkan sarangnya. Namun nahas, Choirul Huda justru berbenturan dengan bek anyar Persela di putaran kedua, Ramon Rodriguez, yang membuatnya kesulitan bernapas hingga kehilangan kesadaran dan harus dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Pertandingan itu sendiri kembali dilanjutkan dengan masuknya Ferdiansyah untuk menggantikan Choirul Huda. Para pemain beserta ofisial tim kemudian langsung menuju rumah sakit usai laga yang dimenangkan tuan rumah dengan skor 2-0 itu untuk menjenguk Choirul Huda, tapi yang mereka dapatkan di sana adalah berita duka atas meninggalnya sang kapten.

Isak tangis pun langsung merebak di Rumah Sakit dr. Soegiri, yang jaraknya sekitar dua kilometer dari Stadion Surajaya. Seluruh penggawa Persela pun tak kuasa menahan air mata, setelah melihat badan sang kapten terbujur kaku tak bernyawa. Choirul Huda telah berpulang pada Sang Pencipta. Seorang kapten, legenda, dan panutan di dalam maupun luar lapangan.

Di laga kontra Semen Padang kemarin, Choirul Huda sendiri di luar dugaan kembali dipercaya Aji Santoso untuk tampil mengawal gawang Persela. Sang kapten memang sempat menunjukkan performa yang kurang meyakinkan belakangan ini, dan posisinya tergeser oleh Ferdiansyah sejak melawat ke Stadion Kanjuruhan, kandang Arema FC, di pekan ke-24 lalu.

Tampaknya, Tuhan memang menginginkan Choirul Huda untuk kembali ke pangkuan-Nya sore kemarin. Seperti yang diungkapkan oleh bek sayap Persela, Samsul Arifin, saat itu sang kiper tampak sangat tenang dan sedikit berbeda dari biasanya. Sebelum pertandingan, Choirul Huda juga meminta kaos kaki dan perlengkapan lain yang baru pada bagian perlengkapan tim Persela, yang ternyata menjadi permintaan terakhirnya, seperti dilansir dari Kompas.

Kabar meninggalnya Choirul Huda tidak hanya menjadi duka Persela, tapi juga menjadi pukulan telak bagi sepak bola nasional. Pasalnya, bulan Oktober ini sepak bola Indonesia diwarnai dengan beragam insiden kekerasan, mulai dari pertikaian antarpemain di lapangan hingga kerusuhan antarsuporter, dan kini kita semua harus rela melepas salah satu pemain senior dengan loyalitas yang benar-benar tanpa batas.

Beban di pundak Ferdiansyah dan Ramon Rodriguez

Selama 18 tahun berseragam Persela, posisi Choirul Huda tak tergantikan di bawah mistar gawang. Akan tetapi, performa pemain setinggi 183 sentimeter itu sempat menurun di putaran kedua musim ini, dan statusnya sebagai kiper utama digantikan oleh Ferdiansyah.

Kejadian itu bermula di laga kontra Arema FC (16/9) lalu. Kegagalan menghalau tendangan bebas Esteban Vizcarra berbuah gol bagi tuan rumah dan Persela pun takluk 0-2 di Stadion Kanjuruhan. Aji Santoso kemudian menarik keluar Choirul Huda dan memasukkan Ferdiansyah dengan alasan Huda tidak cukup fokus untuk menggagalkan gol kedua Arema.

Sejak saat itu, posisi Choirul Huda tergeser oleh Ferdiansyah. Penampilan apiknya di sisa waktu saat melawan Arema FC berbuah posisi inti di laga-laga selanjutnya kontra PS TNI, Sriwijaya FC, Persegres Gresik United, dan Persipura Jayapura. Dari lima penampilannya tersebut, Ferdi hanya kebobolan lima kali. Angka yang cukup rendah bagi tim sekelas Persela yang berkutat di papan bawah.

Kini, setelah wafatnya Choirul Huda, Ferdi bisa dipastikan akan kembali mengisi pos inti penjaga gawang Persela. Dengan lima pertandingan tersisa, ia diharapkan dapat mengulang performa apiknya demi menjauhkan Laskar Joko Tingkir dari zona degradasi. Sebuah tugas yang sebenarnya tidak berat, tapi juga tidak ringan karena ia berstatus sebagai suksesor salah satu kiper terbaik di liga Indonesia.

Sementara itu, Ramon Rodriguez juga akan mendapat beban mental yang berat di sisa musim, karena sang kiper berpulang setelah mengalami benturan dengan bek berusia 29 tahun ini. Kita tentu tidak bisa menyalahkan Ramon karena insiden tersebut datang secara tak terduga, tetapi ia bisa sangat terbebani akibat lututnya yang secara tidak langsung “turut andil” dalam terenggutnya nyawa Choirul Huda di atas lapangan.

Di sisa musim ini, ban kapten kemungkinan besar akan kembali melilit di lengan Jose Coelho. Dengan lima pekan tersisa, ia akan memimpin rekan-rekannya untuk menaikkan peringkat Persela sebagai hadiah atas dedikasi sepanjang masa Choirul Huda.

Selamat jalan, kapten Choirul Huda. Namamu akan selalu hidup dalam sanubari kami, para pencinta sepak bola nasional.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.