Nasional Bola

Senjakala Karier Choirul Huda

68 penyelamatan memang berhasil dilakukannya sejauh ini yang membuat Choirul Huda menempati peringkat kelima kiper dengan jumlah penyelamatan terbanyak di Go-Jek Traveloka Liga 1. Namun, tujuh gol yang bersarang saat melawan Bali United dan Arema FC membuat sang kapten harus tergusur ke bangku cadangan.

Di usia yang telah menginjak 38 tahun, performa Choirul Huda sebenarnya masih stabil, setidaknya hingga paruh musim. Persela dibawanya hanya sekali kebobolan lebih dari dua gol, yakni saat kalah dari Bhayangkara FC dengan skor 1-3, dan selebihnya ia meraih lima clean sheets. Akan tetapi, semuanya berbanding terbalik di putaran kedua.

Cederanya sejumlah pemain inti dan kontribusi pemain baru yang tak maksimal, membuat Persela memulai putaran kedua Go-Jek Traveloka Liga 1 dengan sangat sangat buruk. Sengaja saya gunakan kata “sangat” dua kali, karena Persela benar-benar terpuruk dengan menderita lima kekalahan beruntun.

Di serangkaian hasil buruk seperti ini, sebuah tim akan sangat membutuhkan suntikan semangat dari sang kapten, dan sang kapten pula yang biasanya dapat membangkitkan daya juang rekan-rekannya dengan bermain spartan tanpa kenal lelah. Sayangnya, Choirul Huda justru menjadi salah satu aktor utama dalam keterpurukan Persela.

Lima kali ia harus memungut bola dari gawangnya saat melawan Bali United, dan ketika melakoni derbi Jawa Timur kontra Arema FC, Choirul Huda bermain sangat buruk yang membuatnya harus diganti dengan Ferdiansyah. Apesnya lagi, pelapisnya tersebut bermain sangat apik di Stadion Kanjuruhan dan membuat gawang Persela hanya bobol dua kali, yang terjadi hanya saat Choirul Huda yang berdiri di bawah mistar gawang.

Berkat penampilan bagusnya itu, Ferdiansyah kembali dipercaya mengawal gawang Persela saat menang 1-0 atas PS TNI, dan terus mempertahankan posisinya hingga pertandingan terakhir pekan lalu kontra Persipura. Dari lima laga yang dilakoninya (termasuk lawan Arema FC), Ferdi hanya kemasukan lima gol. Angka yang cukup rendah bagi tim sekelas Persela.

Apiknya performa Ferdiansyah memang menjadi berkah tersendiri bagi Persela, tapi di sisi lain bisa membuat Choirul Huda semakin terpinggirkan. Rentang karier seorang kiper memang bisa lebih lama dari para pemain outfield, tetapi jika di penghujung kariernya hanya dihabiskan sebagai pemain cadangan, tentu akan sangat mencoreng citra Choirul Huda yang merupakan legenda hidup Persela.

Di era sepak bola modern yang berkiblat pada prestasi dan materi, sangat sulit menemukan pemain yang bisa sangat loyal membela satu klub. Apalagi di Liga Indonesia yang para klub kontestannya seringkali merombak susunan pemain utamanya tiap musim. Namun, Choirul Huda adalah satu dari sedikit pemain yang keberadaannya di atas lapangan tak lekang oleh waktu.

Sejak meniti karier profesional pada tahun 1999, hanya ada satu seragam klub yang selalu membalut tubuh Choirul Huda, yakni Persela Lamongan. Sejak berstatus lajang hingga menjadi Pegawai Negeri Sipil dan memiliki bisnis cucian motor, nama Choirul Huda selalu tercantum dalam daftar susunan pemain Laskar Joko Tingkir.

Hampis 500 pertandingan telah dilakoninya bersama Persela. Bersama Cristian Gonzales, Bambang Pamungkas, serta Ismed Sofyan, Choirul Huda menjadi salah satu pemain yang masih tampil reguler musim ini, kendati usianya mendekati kepala empat. Akan tetapi, senja karier sepertinya mulai mendekati kiper setinggi 183 sentimeter ini.

Setelah laga kontra Arema FC, Aji Santoso melontarkan kritikan tajam pada Choirul Huda. Ia mengatakan bahwa sang pemain tidak cukup fokus sehingga berakibat pada gol kedua Singo Edan yang dicetak Esteban Vizcarra lewat tendangan bebas.

Choirul Huda sendiri kemudian menyatakan pembelaan bahwa ia tidak sepenuhnya salah dalam gol itu. Pandangan yang terhalang serta kualitas tendangan Vizcarra membuat bola sangat sulit dijangkau. Namun, pertanyaan besar tetap saja mengapung diantara para pencinta sepak bola nasional: apakah sudah saatnya Choirul Huda pensiun?

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.