Harus diakui bahwa Singapura adalah negara yang memicu naturalisasi menjadi marak di kancah sepak bola Asia Tenggara. Setelah kemunculan generasi Agu Casmir, Itimi Dickson, dan Aleksandr Duric di timnas Singapura pada Piala Tiger (kini Piala AFF) 2004, negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara kemudian terdorong untuk melakukannya juga.
Malaysia mendaftarkan beberapa pemain keturunan asing untuk timnas mereka. Salah satu yang paling heboh tentunya adalah Francisco “Kiko” Insa yang sempat bermain di Indonesia bersama Arema FC dan Bali United. Filipina juga melakukannya di mana nama-nama seperti Younghusband bersaudara (Phil dan James) dan Neil Etheridge yang merupakan kelahiran Inggris, kemudian dipanggil untuk memperkuat timnas negara tersebut.
Soal naturalisasi tentu yang paling gemerlap adalah Indonesia. Ada kalanya bahkan, sampai muncul beberapa gerbong dan generasi kedatangan pemain keturunan atau pemain yang diberikan kewarganegaraan oleh Indonesia. Mulai dari generasi pertama, yaitu Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales, berlanjut ke era Kim Kurniawan, Greg Nwokolo, Raphael Maitimo, dan seterusnya.
Fenomena tersebut nyatanya tidak lepas dari tim terkuat di wilayah Asia Tenggara saat ini, Thailand. Boleh jadi, karena mereka melihat para pesaing mulai berkembang lebih baik. Akhirnya, Thailand kemudian melakukan hal yang sama seperti kebanyakan negara Asia Tenggara lain, yaitu memanggil para pemain keturunan.
Charyl Chappuis adalah yang paling perdana dipanggil. Chappuis yang besar di Swiss, bahkan sempat memperkuat timnas negara tersebut di kelompok remaja, kemudian diberikan kesempatan untuk tampil bersama timnas Thailand sejak tahun 2013 lalu. Pada laga terakhir timnas Thailand melawan Kenya, ada satu pemain keturunan lain yang tampil, yaitu Manuel Bihr.
Berbeda dengan Chappuis yang hanya berasal dari negara yang sepak bolanya tidak terlalu mencolok, Manuel Bihr merupakan keturunan asal Jerman, negara yang sudah terkenal menjadi salah satu kekuatan tradisional di sepak bola internasional. Hebatnya lagi, Birh juga sudah sempat bermain di ajang Bundesliga.
Bihr lahir pada 17 September 1993 di Herrenberg, Jerman, dari seorang ibu berdarah Thailand. Ia merupakan produk akademi Stuttgart yang mendapatkan debut Bundesliganya bersama Nürnberg. Bergabung ke tim cadangan pada usia 20 tahun, Bihr pada awalnya dianggap memiliki potensi besar.
Namun, kesulitan untuk promosi ke tim utama di tahun-tahun selanjutnya membuat Bihr kemudian hengkang. Ia hanya sempat tampil delapan kali untuk Nürnberg di ajang Bundesliga. Setelah tiga musim, Bihr kemudian hengkang ke tim level kedua kompetisi, Stuttgart Kickers.
Bihr berposisi natural sebagai bek tengah, tetapi ia bisa bermain sebagai bek kiri atau gelandang bertahan. Anda bisa bayangkan sendiri bagaimana pemain dengan pengalaman internasional, namun masih berusia belia seperti Bihr, dipadukan dengan bek-bek tangguh Thailand lain seperti Tanaboon Kesarat, Koravit Namwiset, dan sang wonderkid lain, Kevin Deeromram, tentu akan menjadi lini pertahanan yang sangat tangguh.
Maka, yang dilakukan oleh Thailand saat ini semata-mata adalah cara mereka beradaptasi mengingat para pesaing mereka mulai berbenah dan meningkatkan kemampuan mereka.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia