Dunia Amerika Latin

Ganso: Kisah Tentang Ekspektasi yang Tidak (Pernah) Tercapai

Ada masa di mana Paulo Henrique “Ganso” disebut-sebut sebagai pemain dengan bakat yang luar biasa. Di usia 17 tahun, ia sudah menjadi pemain utama di klubnya saai itu, Santos.

Kemudian ia menerima kontrak di mana klausul pelepasannya mencapai angka 50 juta euro meskipun kala itu belum berusia 20 tahun. Seterusnya, Ganso menerima banyak hal dalam level pemain. Mulai dari penghargaan personal, trofi, hingga panggilan ke timnas Brasil, serta diminati tim-tim besar Eropa.

Berbeda dengan kebanyakan gelandang serang asal Brasil yang memakai prinsip Jogo Bonito, di mana ada tenaga, kecepatan, dan kreativitas di dalamnya, permainan Ganso lebih mirip dengan gelandang legendaris Argentina, yaitu Juan Roman Riquelme. Ganso memainkan momentum. Ia memang terlihat lama untuk melakukan pergerakan atau melepaskan umpan. Permainan Ganso mirip dengan cerutu yang mesti dinikmati pelan-pelan.

Permainan Ganso kala itu menunjukan bahwa ia merupakan calon bintang di masa mendatang. Akan tetap,  tahun 2012 mengubah karier seorang Ganso. Dari yang sepertinya ditakdirkan akan sesuatu yang besar, berubah secara drastis menjadi bukan siapa-siapa. Selalu dibandingkan dengan Neymar, rekan setim Ganso kala itu, ternyata memberikan pengaruh yang sangat besar.

Neymar, yang berusia lebih muda tersebut, lebih disukai publik sepak bola Brasil karena bermain di posisi penyerang, dan juga bisa bersikap sangat bagus kepada media dan penggemar. Sementara Ganso, gaya bermainnya di lapangan, sedikitnya menunjukan seperti apa karakter pemain kelahiran Ananindeua ini. Ia merupakan sosok yang agak tertutup dan pendiam.

Keadaan dipersulit karena ia menderita cedera ligamen yang sudah dialaminya sejak tahun 2011. Semakin sulit lagi karena pada tahun 2012 tersebut, muncul gelandang serang yang kemudian membuat kariernya padam. Gelandang serang yang dianggap lebih cocok dengan permainan Neymar yang meledak-ledak, dan sesuai dengan filosofi Jogo Bonito. Pemain tersebut adalah Oscar. Cabang sepak bola di Olimpiade 2012 London menjadi ajang perkenalan Oscar, sekaligus momentum meredupnya karier seorang Paulo Henrique Ganso.

Tawaran untuk memperkuat Barcelona yang sebelumnya digembar-gemborkan oleh media, kemudian tidak kunjung tiba mengingat penampilan Ganso yang mulai menurun dan cedera panjang yang dialaminya. Dari pemain yang ditakdirkan untuk bermain di tim besar Eropa, justru kini dihadapkan kemungkinan tidak akan meninggalkan Brasil sepanjang kariernya. Sementara di waktu yang sama, Oscar bergabung bersama tim raksasa asal Inggris, Chelsea.

Ganso yang sebelumnya pendiam, justru kini mulai sering terlibat masalah dengan para penggemar Santos. Bahkan ketika isu kepindahannnya ke tim rival, Corinthians, mengemuka, Ganso memilih untuk bungkam dan sama sekali tidak melakukan klrafikasi.

Tindakan inilah yang kemudian membuat para penggemar Santos murka. Semakin murka, karena nyatanya Ganso justru hengkang tim rival bebuyutan Santos yang lain, Sao Paulo. Kabarnya, bahkan hingga saat ini, para penggemar Santos masih belum bisa memaafkan Ganso.

Kini Ganso yang sebelumnya disebut-sebut akan menjadi pemain besar, masih mencoba untuk mencapai ekspektasi yang sebelumnya sempat dibebankan kepadanya. Setelah diisukan akah hijrah ke Eropa pada usia 17 tahun, barulah sekitar satu dekade kemudian, Ganso mendapatkan kesempatan bermain di Eropa bersama Sevilla.

Tahun 2016 lalu, Ganso yang saat ini sudah berusia 27 tahun, mendarat di Sevilla dengan mahar transfer hanya 10 juta euro. Nilai yang jauh sekali ketimbang nilai klausul pelepasannya ketika masih berusia belasan tahun.

Semoga bisa kembali terbang tinggi dan selamat ulang tahun, Ganso!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia