Beberapa hari terakhir, pencinta sepak bola tanah air dibuat heboh. Nama pemain tim nasional Indonesia U-19, Egy Maulana Vikri, masuk daftar ‘Next Generation’ versi media luar negeri.
Daftar ‘Next Generation’ disusun oleh Guardian, media olahraga terkemuka Inggris untuk menyoroti pemain-pemain muda yang mereka anggap berkualitas di seluruh dunia. Daftar pertama dirilis pada tahun 2014 dengan berisikan 40 pemain bakat potensial dari negara-negara berbeda. Sejak tahun 2015 hingga sekarang, daftar tersebut diperluas menjadi 50 pemain.
Pertanyaannya, seberapa akuratkah daftar ini memprediksi keberhasilan para pemain di masa depan? Salah satu cara untuk menjawabnya tentu saja dengan melihat kiprah terkini para pemain yang pernah masuk daftar.
Menurut catatan saya, terdapat tiga nama alumni ‘Guardian Next Generation’ dengan perjalanan karier paling hebat, yaitu Ousmane Dembele (Barcelona), Cristian Pulisic (Borussia Dortmund), dan Gianluigi Donnarumma (AC Milan). Dembele, pemain termahal kedua di dunia saat ini, masuk daftar Next Generation 2014 sewaktu masih bermain di klub Liga Prancis, Rennes, sedangkan nama Pulisic dan Donnarumma dapat ditemukan pada daftar di tahun 2016 dan 2017. Kiprah ketiga pemain ini juga tak diragukan lagi bagi klub dan tim nasional negara masing-masing. Tinggal menunggu waktu saja sampai mereka memperoleh label pemain kelas dunia.
Selain ketiga nama yang tergolong paling berhasil di atas, ada juga nama-nama yang saat ini mulai menjadi pilihan utama di klub mereka masing-masing. Mereka adalah Jean-Kevin Augustin (Red Bull Leipzig) dan Youri Tielemans (AS Monaco) yang merupakan ‘alumni’ Next Generation 2014, lalu Fabian Benko (Bayern München), Manuel Locatelli (AC Milan), Enes Unal (Villarreal), dan Dominic Solanke (Liverpool) dari daftar tahun 2015.
Sisanya adalah para pemain yang sedang berkembang atau menunggu giliran untuk tampil di tim utama klub mereka masing-masing. Seperti halnya prediksi gim Football Manager, tidak semua pemain berstatus ‘wonderkid’ akan menjadi pemain besar di masa depan. Ini juga terjadi pada beberapa pemain yang masuk daftar Next Generation ini.
Ambil contoh pemain Spanyol bernama Julen Arellano yang digadang-gadang oleh daftar Guardian Next Generation 2014 sebagai calon penerus Jordi Alba di tim nasional Spanyol. Pada kenyataannya, sekarang Arellano terdampar di klub cadangan Osasuna, yaitu Osasuna B yang berkompetisi di kasta keempat Spanyol.
Begitu pula dengan pemain Inggris, Ryan Ledson, yang saat ini hanya bermain di Oxford United, peserta kasta ketiga Liga Inggris. Belum lagi Martin Odegaard yang tak kunjung mendapat tempat di tim utama Real Madrid dan kini bermain di Liga Belanda bersama Heerenveen.
Kesimpulannya, nama yang termasuk ke dalam daftar Next Generation baru merupakan awal dari segalanya. Para pemain muda tersebut tak boleh langsung merasa puas karena setelahnya, terdapat bermacam-macam faktor yang menentukan keberhasilan jalan panjang karier mereka.
Egy bukanlah pemain ASEAN pertama yang masuk ke dalam daftar bergengsi tersebut. Pada tahun 2014, terdapat nama pemain Singapura yang merupakan putra pemain legendaris Fandi Ahmad, yaitu Irfan bin Fandi Ahmad. Namun, karier pemain ini belum melangkah terlalu jauh, masih di Singapura bersama Home United. Sedangkan pada tahun 2016 lalu ada nama pemain muda Thailand, Sittichok Phaso. Pemain ini sekarang sedang mencoba peruntungan di J3 (kasta ketiga Liga Jepang) bersama Kagoshima United.
Dampak positif masuknya nama Egy dalam Guardian Next Generation 2017 sebaiknya cukup pada sisi publikasi lebih luas pemain masa depan Indonesia ini dan tidak lebih. Semoga saja ada klub luar negeri yang menawarkan Egy kesempatan menimba ilmu di negara lain.
Jalanmu masih panjang, Egy!
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.