Eropa Inggris

Berempati terhadap Alex Oxlade-Chamberlain

Berempati, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah memahami perasaan dan pikiran orang lain. Biasanya, kita akan berempati pada satu orang apabila ia mengalami suatu kejadian yang buruk, yang berujung pada kekesalan atau kesedihan. Dengan melakukan ini, kita mampu untuk bersikap semestinya terhadap orang tersebut. Entah menghiburnya, menenangkannya, atau berbuat apapun agar orang tersebut kembali bahagia.

Melalui tulisan ini, penulis ingin mengajak Tribes untuk berempati terhadap gelandang muda milik Inggris, Alex Oxlade-Chamberlain. Pemain milik Liverpool ini sepertinya butuh orang yang mampu untuk memahami apa yang ia rasakan akhir-akhir ini setelah bergabung bersama Liverpool.

Alasan pertama mengapa sebaiknya kita berempati terhadap pemuda berusia 24 tahun ini adalah, ia tak kunjung bermain di posisi yang ia inginkan ketika memutuskan untuk bergabung bersama Liverpool. Chambo mengakui bahwa ia mengidolakan legenda The Reds, Steven Gerrard, dan bertekad untuk mengikuti jejaknya sebagai jendral lapangan tengah.

Oleh karena itu, ia lebih memilih untuk bergabung bersama Liverpool, meskipun kabarnya, gaji yang ia terima lebih kecil dari yang Arsenal sodorkan untuk memperpanjang kontraknya, dan yang Chelsea tawarkan untuk merekrutnya.

Di bawah asuhan Jürgen Klopp, Chamberlain merasa diproyeksikan untuk menjadi gelandang tengah, bukan lagi sebagai sayap kanan (atau pemain serbaguna) seperti di Arsenal, dan wingback kanan seperti yang Chelsea tawarkan. Namun sayangnya, sejauh ini, Chamberlain masih terus menerus diturunkan sebagai sayap, dan juga tidak kunjung mendapat tempat di tim utama.

Memang, salah sebenarnya berada di dirinya sendiri. Ia tak kunjung tampil dengan baik, hingga hanya diberi rating 6,03 oleh WhoScored selama tampil bagi Liverpool. Namun, bisa saja, penyebab buruknya permainan Chamberlain disebabkan karena ia diturunkan di posisi yang salah? Tentu sedih bukan, dijanjikan sesuatu tapi tak ditepati? Mungkin Chamberlain saat ini sedang sedih, hingga tak kunjung tampil baik bersama klub barunya.

Berikutnya, kita mesti mempunyai empati terhadap Chamberlain karena ia mungkin merasa malu akibat ucapannya tentang Arsenal kala ia baru saja pindah ke Liverpool, beberapa saat sesudah Liverpool mempermalukan Arsenal dengan skor 4-0.

Saat itu, mantan pemain Southampton ini berujar bahwa klubnya (Liverpool) melakukan pertandingan melawan yang baik Arsenal, dan siap untuk membawa form baik tersebut ke pertandingan selanjutnya. Ironisnya, Chambo adalah bagian dari skuat The Gunners yang ditelanjangi habis-habisan oleh Sadio Mane dan kolega pada saat itu.

Yang lebih menyedihkannya lagi, seusai pertandingan itu, Arsenal memperbaiki penampilannya, dan Liverpool malah anjlok tanpa ada yang bisa ia perbuat untuk membantu klubnya ini. Kini, Arsenal sudah berada di atas Liverpool di klasemen Liga Primer Inggris. Mungkin saja, saat itu, pemain yang sebenarnya mampu bermain di berbagai posisi ini ingin mengambil hati para Kopites, sebutan dari supporter Liverpool. Atau mungkin saja, ia hanya ingin meledek para Gooners. Cobalah pikirkan motif dari ucapan Chamberlain tersebut, dan kalian akan memahami dan memaklumi tindakannya.

Alasan selanjutnya adalah, Chambo terlihat frustrasi di laga timnas Inggris melawan Slovenia dalam babak lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2018. Kala digantikan di menit 64, pemain bernomor punggung 21 di Liverpool ini terlihat kesal, hingga tertangkap kamera menendang botol air minum yang ada di dekatnya.

Chambo memang tidak tampil bagus di laga itu. Beberapa kali ia kehilangan bola, dan operannya tidak mengenai sasaran. Ia diberi nilai empat oleh BBC, yang juga mengatakan bahwa kesempatan Chambo bersama Inggris mulai menipis. Ia juga mendapatkan kritikan dari mantan pemain Arsenal, Paul Merson.

Dilansir dari Metro, Merse, sapaan akrab Merson, mengatakan bahwa Chambo sangat beruntung bisa masuk ke timnas Inggris, dan ia tak akan masuk ke skuat di zaman Merson bermain. Sayangnya, sepertinya Merson dalam keadaan sadar saat mengatakan ini. Belum lagi, hujatan yang diterima Chambo dari wargamaya di Twitter. Meskipun begitu, cobalah pahami kekesalan anak dari Neville Chamberlain, mantan pesepak bola Inggris ini, saat menendang botol minum.

Ia bisa saja kesal terhadap Gareth Southgate, yang masih saja memasang dirinya sebagai starter meski tahu bahwa ia sedang berada dalam form yang buruk. Atau mungkin terhadap rekan-rekan setimnya, yang tampil tidak lebih baik dari dirinya. Cobalah pahami itu, dan tentu kalian akan menyesal telah mengeluarkan cuitan yang menghina Chamberlain.

Mungkin, Chamberlain tak membutuhkan empati dari kita. Toh, ia sudah punya Perrie Edwards, pacar cantiknya yang selalu menemani dirinya ketika sedang bertanding. Meskipun begitu, tak ada salahnya untuk mencoba memahami apa yang terjadi pada Chamberlain saat ini. Berempatilah, dan mungkin kalian akan tertawa terbahak-bahak, karena memang itu rasanya perlakuan yang pantas diterima Chamberlain.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket