Pada musim kompetisi 2015/2016 silam, sebuah dongeng indah tercipta di ajang Liga Primer Inggris. Tanpa disangka-sangka, kesebelasan liliput bernama Leicester City yang saat itu ditukangi oleh Claudio Ranieri dan tak memiliki pemain bintang, justru keluar sebagai kampiun mengalahkan klub-klub papan atas yang dijejali pesepak bola top seperti Arsenal, Chelsea, Manchester City dan Manchester United.
Keberhasilan itu membuat Leicester kebanjiran puja-puji dari penikmat sepak bola dunia. Mereka dianggap layaknya pahlawan yang sanggup mendobrak hegemoni dari tim-tim tradisional, dan bermandikan uang yang terkadang menghadirkan rasa jemu.
Keajaiban yang sukses diukir Leicester ini sendiri disebut-sebut bakal jadi salah satu kisah paling heroik dalam kancah sepak bola. Cerita ini akan merasuk dengan begitu kuat di dalam memori.
Media-media seantero Bumi pun menyebut jika kisah gemilang yang dicatat The Foxes kala itu belum tentu bisa mereka atau klub kecil lainnya ulangi di Liga Primer Inggris dalam kurun dua dekade mendatang. Kalaupun bisa, sejumlah syarat mutlak seperti kerja keras, determinasi, keberuntungan, dan mukjizat wajib dimiliki terlebih dahulu.
Bergeser jauh ke selatan, tepatnya di Indonesia, ada satu klub yang sekarang tengah mengadu nasib buat mengulang kisah manis ala Leicester di Liga Primer Inggris tersebut. Mereka adalah kontestan Go-Jek Traveloka Liga 1, Bhayangkara FC.
Jelang bergulirnya musim kompetisi 2017, tim-tim seperti Arema FC, Persib Bandung, Persipura Jayapura, PSM Makassar, dan Sriwijaya FC kembali difavoritkan sebagai calon juara karena selama ini, merekalah yang cukup konsisten beredar di papan atas. Kubu Bhayangkara FC sendiri diramalkan Football Tribe Indonesia hanya akan menjadi kuda hitam yang berpotensi menyodok ke papan atas, tapi tidak menggenggam titel juara.
Berbekal amunisi pemain yang cukup berkualitas seperti Evan Dimas, Firman Utina, Ilham Udin, Indra Kahfi, Otavio Dutra, sampai Paulo Sergio, dapat merangsek ke papan atas dirasa oleh banyak pengamat sebagai pencapaian yang sudah kelewat luar biasa bagi klub berjuluk The Guardian ini. Namun kenyataannya, tim besutan Simon McMenemy ini justru sanggup menunjukkan performa yang lebih mentereng dan bak sedang bermimpi.
Dari tim berlabel kuda hitam, saat ini Evan dan kawan-kawan malah melejit jadi salah satu kandidat kuat juara. Bersaing dengan nama-nama seperti Bali United, Persipura, PSM, dan Madura United, kualitas Bhayangkara FC bahkan jauh mengungguli Persib yang musim ini tertatih-tatih di papan tengah walau punya bintang sekaliber Michael Essien di dalam tim.
Ada sejumlah faktor yang disebut-sebut sebagai kunci mengilapnya performa Bhayangkara FC musim ini. Selain mempunyai skuat berkualitas, berkemampuan merata dan pelatih bertangan dingin, situasi kondusif yang ada di tubuh tim juga diklaim memiliki pengaruh yang bagus.
Terus terang saja, ketimbang para rival yang sempat didera kasus tunggakan gaji hingga bongkar pasang skuat dan pelatih, situasi internal Bhayangkara FC memang cukup jauh dari masalah. Dengan kondisi nyaman seperti ini, jelas tidak sulit bagi para pemain dan pelatih untuk menunjukkan potensi terbaik yang mereka miliki.
Berkaca pada statistik laga yang telah dijalani The Guardian, bulan Agustus dan September kemarin menjadi kunci mengapa Bhayangkara FC bisa bertengger di puncak klasemen sementara dengan gagahnya via koleksi 56 poin, hasil dari 18 kemenangan, 2 hasil imbang dan 7 kekalahan.
Pasalnya, dari sepuluh pertandingan yang mereka lakoni di periode tersebut, tak sekalipun anak asuh McMenemy tersentuh kekalahan. Tim yang berkandang di Stadion Patriot Chandrabhaga ini sukses mencatatkan delapan kemenangan dan dua hasil seri. Lebih cemerlangnya lagi, dua dari delapan kemenangan itu ditorehkan atas sepasang rival langsung dalam perebutan gelar kampiun yakni Bali United dan Persipura.
Hasil minor terakhir yang diderita Bhayangkara FC terjadi saat bertemu Persija Jakarta (29/7) kemarin. Kala itu, sebiji gol Bruno Lopes memaksa skuat Bhayangkara FC pulang dengan kepala tertunduk.
Penampilan Bhayangkara FC juga semakin meningkat usai merekrut penyerang berkebangsaan Montenegro, Ilija Spasojević, pada awal Agustus kemarin. Kedatangan eks penggawa Persib itu benar-benar menambah daya gedor The Guardian di depan jala lawan yang sebelumnya cuma diisi oleh Dendi Sulistyawan dan Guy Junior.
Dengan umur kompetisi yang semakin pendek, hanya tersisa tujuh pekan, sepertinya cuma ada satu misi yang tengah diemban Evan dan kawan-kawan yakni menjadi kampiun Go-Jek Traveloka Liga 1 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub.
Terlebih, jadwal sisa seakan memihak Bhayangkara FC karena dari tujuh pertandingan itu, mereka hanya akan memainkan laga tandang sebanyak tiga kali sementara empat lainnya berstatus sebagai pertandingan kandang.
Lawan-lawan yang berpotensi menyulitkan klub yang dimiliki Kepolisian Republik Indonesia ini pun tinggal PSM, Madura United, dan Persija, sebab tim-tim lainnya semisal Persiba Balikpapan, Barito Putera, Persela Lamongan, dan Mitra Kutai Kartanegara, di atas kertas bisa ditundukkan.
Semakin dekatnya garis finis di ajang Go-Jek Traveloka Liga 1 tentu menyajikan ketegangan-ketegangan tersendiri. Bhayangkara FC pun kini ada pengujung mimpi mereka. Akankah itu berakhir dengan indah seperti kisah manis Leicester dahulu?
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional