Musim ke-12 Liga Indonesia pada tahun 2006 bisa dibilang merupakan kompetisi yang sangat bersahabat bagi tim kuda hitam, salah duanya adalah Persekabpas Pasuruan dan Persmin Minahasa. Keduanya bukan tim besar di wilayah masing-masing, tapi berhasil melaju hingga babak semifinal.
Di babak reguler, Persmin lebih perkasa dari Persekabpas. Bermodal dua pilar asing, Jorge Toledo dan Daniel Campos, kemudian disokong bek sarat pengalaman, Djet Donald La’ala, dan diperkuat Miro Baldo Bento di lini depan, Manguni Makasiouw berhasil keluar sebagai pemuncak klasemen Wilayah Dua.
Di laga pertama saja, Persmin sudah membuat kejutan dengan mengalahkan PSM Makassar. Pertahanan kuat memang menjadi andalan skuat Djoko Malis untuk mengalahkan para lawannya. Walaupun hanya mencetak 37 gol di babak reguler (terminim kedua di empat besar klasemen bersama Persiba Balikpapan), Persmin hanya kemasukan 26 kali.
Sebaliknya di kubu Persekabpas, anak asuh Subangkit justru sangat mendewakan permainan ofensif. Kreativitas Zah Rahan, ditopang dengan kecepatan Siswanto dan Kasan Soleh, membuat kerja Alfredo Figueroa menjadi lebih mudah di lini depan. Untuk sektor pertahanan, Laskar Sakera memasang Uilian Souza dan Francisco Rotuno sebagai double pivot, menemani Murphy Kumonple, Jordy Kartiko, dan Heri Ismanto di lini belakang.
Di Ligina XII, Persekabpas tergabung di Wilayah Satu. Mereka berhasil melaju ke babak 8 besar setelah finis di peringkat keempat, di bawah Arema Malang, Persija Jakarta, dan PSIS Semarang. Total 35 gol mereka ceploskan di babak reguler, alias terbanyak kedua di grup tersebut setelah Arema.
Sebelum bersua di laga kedua babak 8 besar Grup Timur, Persekabpas berada di posisi yang lebih menguntungkan. Di pertandingan pertama mereka berhasil mengalahkan Persija dengan skor 3-1, sedangkan Persmin bermain imbang 2-2 dengan PSM Makassar. Namun, ketika keduanya diadu, Persmin justru tancap gas lebih dulu.
Jelang pertandingan
Dari materi pemain, kedua tim tidak mengubah susunan winning team mereka. Di kubu Persmin, Djet Donald La’ala dan Etoga Romaric tetap menjaga jantung pertahanan, kemudian Jorge Toledo, Daniel Campos, dan Eugene Gray bahu-membahu di lini serang.
Serupa dengan Persmin, Persekabpas juga mempertahankan materi pemain terbaik mereka, terutama di sisi sayap yang dihuni Siswanto dan Kasan Soleh. Zah Rahan tetap ditugaskan sebagai pemain nomor 10, sedangkan Alfredo Figueroa bertarung sendirian di depan sebagai penyerang tunggal.
Selain kesamaan dalam mempertahankan susunan pemain outfield, kedua pelatih juga sama-sama mengganti kiper mereka di pertandingan ini. Hendra Pandeynuwu kali ini dipercaya mengawal gawang Persmin untuk menggantikan Sukirmanto, sedangkan gawang Persekabpas dijaga oleh Ronny Tri Prasnanto yang menggantikan Ahmad Nurosadi yang sering membuat blunder.
Strategi yang diusung kedua pelatih di laga ini juga tidak berubah. Djoko Malis selaku arsitek tim Persmin menginstruksikan anak asuhnya untuk menunggu bola sambil mencari celah saat melancarkan serangan balik. Di kubu lawan, Subangkit yang menakhodai Persekabpas tetap mengusung permainan ofensif dengan formasi 3-6-1.
Laga yang digelar pada sore hari ini pun dimulai, dan suporter kedua tim serta pemirsa layar kaca di rumah tentu sangat antusias menyaksikan duel dua kuda hitam dari dua wilayah ini. Gaya bermain kedua tim yang bertolak belakang juga membuat pertandingan ini semakin nikmat untuk disaksikan.