Nasional Bola

Sepak Bola Indonesia: Mendung yang Terkungkung

Tak perlu lagi bertanya panjang lebar dan sebesar apa gairah bangsa Indonesia pada sepak bola. Puja-puji akan potensi selalu ada pada gimmick setiap tulisan tentang sepak bola Indonesia. Pemaparan pada gairah dan kebesaran nama sepak bola tak usah lagi dipertanyakan. Yang lebih penting untuk dipermasalahkan adalah, “Mengapa terus menerus berada di papan bawah sepak bola dunia?” (Anthony Sutton dalam buku “Sepakbola The Indonesian Way Of Life”)

Luka lantaran Timnas U-22 gagal meraih emas SEA Games 2017 Malaysia belum sempurna kering, tetapi luka yang baru sudah menggerogoti lagi. Kali ini luka datang dari sang adik, Timnas U-19, yang tengah berkompetisi di Piala AFF U-18 Myanmar. Alasan di balik kedua luka itu pun serupa, yaitu tersungkur di babak semifinal.

Padahal besar harapan kami, bangsa Indonesia, akan gelar juara yang diraih Timnas U-19 di Piala AFF U-18 ini. Sebab, kami terlampau lelah dijejali harapan, terlampau bosan dihantam kerinduan. Ya, kami rindu juara. Ketika Timnas U-22 sudah gagal meraih emas, kepada Timnas U-19 pun kami berharap gelar juara dibawa pulang.

Melihat permainan yang disajikan Timnas U-19 di Piala AFF U-18 ini, kami sebenarnya cukup yakin gelar juara tak lagi sekadar angan-angan. Di laga pembuka melawan Myanmar, Timnas U-19 mencatat kemenangan dengan skor 2-1. Kemudian di laga melawan Filipina, Rachmat Irianto dan kolega menang telak dengan skor 9-0. Meski kemudian takluk dari Vietnam dengan skor 0-3, Timnas U-19 kembali menunjukan tajinya ketika melawan Brunei Darussalam. Di laga itu, Timnas U-19 sukses menggulung Brunei Darussalam dengan skor meyakinkan, 8-0.

Terlepas dari soal lawan yang sebanding atau tidak, saya pikir kemenangan besar yang ditunjukan Timnas U-19 saat melawan Filipina dan Brunei Darussalam sudah menunjukkan bukti bahwa anak asuh Indra Sjafri ini bermental juara. Mereka tidak cepat merasa puas hingga akhirnya berhasil mengakhiri pertandingan dengan kemenangan telak, clean sheet pula.

Ketika melawan Thailand di laga semifinal pun Timnas U-19 konsisten menunjukkan permainan cantiknya. Timnas U-19 mampu menggempur pertahanan Thailand. Peluang demi peluang pun didapatkan Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan. Bahkan ketika Timnas U-19 harus bermain dengan 10 pemain lantaran Saddil Ramdani diusir wasit keluar lapangan setelah menyikut salah satu pemain Thailand. Hanya saja, peluang-peluang itu berakhir sia-sia. Tidak ada satu gol pun yang tercipta. Memang, kualitas kiper Thailand tidak boleh diragukan.

Skor kacamata yang tidak berubah hingga akhir babak kedua akhirnya berujung pada adu penalti sebagai penentuan. Di adu penalti itulah permainan apik Timnas U-19 sepanjang 2×45 menit tidak ada artinya lagi. Kualitas penjaga gawang Thailand yang cenderung lebih baik membuat Indonesia harus gigit jari. Indonesia kalah lagi…

Keunggulan  3-2 Thailand dalam adu penalti menjadi bukti.

Previous
Page 1 / 2