Nasional Bola

Song For Pride: Cinta Bonek yang Tertuang dalam Kata

Kredit: IDN TImes

Song For Pride: Bukan anthem biasa

Kendati belum pernah merasakan bagaimana getaran Song For Pride di stadion, saya sudah merasakan getaran di hati saya. Lewat streaming YouTube, saya menemukan kedalaman rasa dalam ‘lagu kebangsaan’ Persebaya itu. Song For Pride bukan sekadar anthem. Song For Pride adalah keromantisan. Tentu tak heran bila tak sedikit orang yang merinding ketika turut menyanyikan atau hanya sekadar mendengarkan lagu tersebut.

Lirik Song For Pride pun boleh dikata sebagai sebuah cerita yang menggambarkan romantika Bonek dan Persebaya. Dua larik pertama dalam lagu tersebut adalah permulaan kembalinya Persebaya ke dunia sepak bola nasional. Setelah bertahun-tahun tak berjumpa karena Persebaya tidak diakui PSSI, Bonek dan Persebaya akhirnya dipertemukan kembali meski hanya di Liga 2.

Sementara larik demi larik setelahnya adalah wujud cinta Bonek untuk Persebaya yang tidak bisa diragukan lagi. Tentu sudah menjadi rahasia publik jika Bonek merupakan suporter dengan tingkat kefanatikan yang luar biasa. Ke mana pun Persebaya pergi, Bonek pasti mengikuti.

Bahkan ketika pertandingan Persebaya harus digelar tanpa penonton. Seperti ketika melawan Persatu Tuban di Stadion Lokajaya, misalnya. Saat itu tak sedikit Bonek yang turut melawat ke Tuban meski tak sampai masuk stadion.

Saking fanatiknya Bonek pada Persebaya, laga Persebaya melawan PSIM yang digelar di Stadion Gelora Bung Tomo pun menjadi laga dengan penonton terbanyak. Tercatat sebanyak 45 ribu lebih penonton hadir di laga tersebut. Hitungan tersebut tidak sebatas di Liga 2. Sebab, kenyataannya jumlah penonton Persebaya melawan PSIM mengalahkan jumlah penonton laga klasik Persib melawan Persija yang hanya dihadiri 36.545 penonton.

Kefanatikan Bonek juga digambarkan Antony Sutton dalam bukunya yang berjudul “Sepakbola The Indonesian Way Of Life”. Sutton menuliskan bahwa hidup Bonek adalah sepak bola. Bagi mereka, setiap kesempatan adalah sepak bola dan sepak bola adalah Persebaya. Persebaya adalah simbol kebesaran dari kota terbesar kedua di Indonesia. Para Bonek bisa berkelana dengan modal pas-pasan demi timnya, berkelahi di jalan demi harga dirinya, dan melakukan apapun demi timnya.

Saya sejalan dengan apa yang dikatakan Sutton. Namun, saya menggarisbawahi kalimat “berkelahi di jalan demi harga dirinya”. Sebab saya menilai perilaku tersebut sudah tidak relevan dengan kondisi Bonek saat ini. Bonek sudah dewasa, Bonek bukan ‘anak nakal’ lagi seperti yang mayoritas orang kenal jauh-jauh hari.

Karakter Bonek saat ini adalah apa yang digambarkan dalam lirik Song For Pride. Bonek adalah pengawal Persebaya yang penuh semangat dan tak pernah lelah. Bonek adalah kekasih setia Persebaya yang rela mengorbankan segalanya. Bonek pula yang selalu berdoa dan percaya bahwa Persebaya bisa taklukan lawannya. Ya, Bonek adalah pendukung setia Persebaya.

Dan segala rasa cinta Bonek itu tertuang dalam anthem Persebaya. Saya yakin, ketika menyanyikan Song For Pride, sejatinya Bonek tengah bermain kata tentang apa yang mereka lakukan untuk Persebaya. Saya bisa merasakan keromantisan itu di dalamnya.

Author: Riri Rahayuningsih (@ririrahayu_)
Mahasiswi komunikasi yang mencintai sepak bola dalam negeri