Eropa Jerman

Nuri Sahin yang Tak Sanggup Berpaling dari Dortmund

Nuri Sahin memang tidak seramai Marco Reus atau Mario Götze dalam urusan pemberitaan media. Meskipun begitu, perannya cukup sentral dalam tim Borussia Dortmund. Pemain berkebangsaan Turki ini adalah paket lengkap. Piawai dalam membangunn serangan dan tangguh dalam pertahanan. Kontribusinya untuk Dortmund sudah teruji sejak lama.

Nuri Sahin adalah seorang yang gila sepak bola. Gol yang diciptakan Georghe Hagi untuk Romania pada Piala Dunia 1994 adalah alasan dirinya mencintai olahraga ini. Saat itu usianya masih enam tahun. Pada tahun yang sama, ia mengawali karier sepak bola bersama RSV Meinerzhagen. Selama tujuh tahun ia menimba ilmu di sana hingga akademi Borussia Dortmund merekrutnya pada 2001.

Dortmund memiliki sebuah tradisi. Mereka mengizinkan beberapa pemain dari akademinya untuk menjadi anak gawang dalam beberapa pertandingan resmi tim senior. Sahin harus menunggu hingga dua tahun untuk mendapatkan kesempatan tersebut. Momen yang luar biasa bagi Sahin karena malam itu ia tidak sekadar menjadi anak gawang. Ia menjadi anak gawang dalam laga besar yang mempertemukan Borussia Dortmund dan Real Madrid dalam Liga Champions Eropa.

Kedua tim menampilkan permainan terbaiknya malam itu. Sahin tidak sanggup menahan kegembiraannya. Sahin sadar bahwa ia tidak akan diizinkan untuk masuk ke lapangan usai pertandingan. Namun ia tidak peduli. Ia harus masuk dan bertemu dengan Ronaldo Nazario secara langsung. Dari laga tersebut, mimpinya mulai terkonstruksi.

”Suatu hari, saya akan bermain untuk Dortmund. Tetapi, apapun yang terjadi, saya juga akan bermain untuk Real Madrid,” ucap Nuri Sahin seperti dikutip playerstribune.

Pada 2005, ia memulai debut pertamanya di Bundesliga bersama Dortmund. Saat itu usianya baru 16 tahun. Menjadikan ia sebagai pemain termuda di Bundesliga sepanjang sejarah. Pertandingan pertamanya di Bundesliga adalah bertamu melawan Wolfsburg pada 6 Agustus 2005. Kala itu ia bermain penuh selama 90 menit. Meskipun pertandingan terebut berakhir seri, penampilan Sahin banyak dipuji. Arsene Wenger menyebutnya sebagai talenta terbesar di bawah usia 18 tahun.

Namun, pertandingan kandang pertamanya bersama Dortmund-lah yang menempa cintanya bersama tim ini. Kala itu, Sahin harus berhadapan dengan sang rival, Schalke. Pandangan pertamanya langsung tertuju ke selatan Signal Iduna Parak, Südtribüne.

Tribun yang kerap dijuluki Yellow Wall tersebut menarik perhatiannya. Puluhan ribu suporter Dortmund berdiri tanpa lelah meneriakkan dukungannya sepanjang pertandingan. Pemandangan yang akan selalu berkesan di mata Sahin. Ia menggambarkannya ibarat Monalisa ,sebuah karya seni yang besar.

Pada 2011, gelar juara Bundesliga pertama ia raih bersama Dortmund. Tak lama setelahnya, ia mendapat kabar dari agennya bahwa Real Madrid tertarik untuk membawanya ke Santiago Bernabeu. Kabar tersebut memutar kembali memorinya saat menjadi anak gawang berpuluh tahun silam. Kabar yang membuatnya bimbang. Cintanya kepada Dortmund telah menguat. Ia ingin menolak, tapi di satu sisi ia juga tidak ingin melewatkan kesempatan ini.

Di tengah kebimbangannya, pelatih Dortmund saat itu, Jürgen Klopp, mengatakan sesuatu yang menguatkan keyakinannya.

“Nuri, ini adalah pilihanmu. Tetapi jika kamu pergi, kamu harus mengetahui, saya akan selalu berada di sisimu. Saya akan menjadi temanmu selamanya,” ujar Klopp kepada Nuri Sahin.

“Jika saya tetap tinggal, saya akan (selalu) memikirkan kehidupan di Madrid. Saya akan bermain di Dortmund secara fisik, tetapi secara mental, saya akan tersesat. Saya tidak bisa menjalani kehidupan seperti itu,” keluh Sahin.

Sahin kemudian melanjutkan bahwa ia hanya menjalani kehidupan sekali dan tidak ingin menyesali keputusan setiap keputusan yang ia ambil. Klopp memahami alasan Sahin dan mengatakan kepadanya untuk mengikuti kata hatinya.

Sahin telah menguatkan hatinya. Setelah percakapan tersebut, ia hijrah ke Madrid. Mimpinya saat masih di akademi telah terwujud sepenuhnya. Perjalanannya bersama Madrid bisa dibilang kurang baik. Awal kedatangannya ke Madrid, ia sudah harus berkutat dengan cedera. Ia baru memulai debutnya bersama Madrid enam bulan kemudian saat Madrid menekuk Osasuna dengan skor 7-1. Sepanjang ia bersama Madrid, ia hanya sanggup menyumbang satu gol dan satu asis.

Di tengah absennya selama enam bulan di Madrid, Dortmund menghubunginya. Dortmund menanyakan apakah dia tertarik untuk kembali pulang ke Dortmund. Ia tidak datang ke Madrid hanya untuk kembali ke Dortmund. Maka kemudian Real Madrid sepakat untuk meminjamkan Sahin ke Liverpool. Sahin masih ingin mengembalikan penampilannya ke levelnya dahulu.

Bersama Liverpool, ia kembali ke level permainannya yang dulu sempat hilang. Meskipun tampil cukup baik bersama Liverpool, Sahin merasakan ada yang hilang dari dalam dirinya. Ia mulai merindukan Dortmund. Ia rindu bermain dihadapan Yellow Wall. Ia rindu bermain bersama klub yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri. Maka, pada 2013, ia kembali ke Dortmund dengan status pinjaman. Setahun berselang, ia mengesahkan kepindahannya ke Dortmund dengan nilai transfer sebesar tujuh juta euro.

Sahin dicadangkan pada pertandingan pertama setelah kepulangannya ke Dortmund. Sempat ada keraguan dalam diri Sahin saat kembali ke Dortmund. Ia ragu suporter Dortmund masih akan menerima dia setelah kepergiannya ke Madrid. Ia takut kepergiannya waktu itu melukai perasaan para suporter. Sahin tengah melakukan pemanasan di sisi lapangan saat Klopp memanggilnya kemudian.

“Nuri, tutup matamu. Bisakah kamu mendengarnya?” ujar Klopp kepada Sahin.

Sahin menutup matanya lalu memalingkan wajahnya ke tribun selatan. Dari Yellow Wall ia mendengar namanya dielu-elukan oleh suporter. Ketakutannya pudar dalam sekejap. Sahin dan Klopp tertawa. Klopp mendorongnya masuk ke lapangan. Keriuhan meledak seketika saat ia masuk ke lapangan. Sahin sadar bahwa cinta suporter Dortmund kepadanya telah berkembang menjadi sebuah ikatan yang tidak bisa rusak.

Dari Dortmund, Sahin tumbuh dan berkembang bersama cinta dari suporter. Dan hanya kepada Dortmund-lah, Nuri Sahin akan kembali pulang.

Selamat ulang tahun, Nuri Sahin.

Author: Arif Dimas (@esoensamid)