Turun Minum Serba-Serbi

Merekonstruksi Nomor 10 Ideal Bersama Francesco Totti

Sepak bola Italia punya romantisme tertentu dengan nomor punggung. Salah satunya adalah nomor punggung 10, yang identik dengan kejaiban, penuh kreasi, dan kebahagiaan. Pemain yang menyandang nomor 10 selalu penuh teknik, imajinatif, dan bisa mengubah hasil pertandingan dengan satu permainan yang bisa membuat penonton menahan napas.

Pemain dengan nomor punggung 10 bermain di belakang penyerang. Ia seperti dirigen orkestra, mengarahkan laku sebuah tim, terutama dalam sebuah proses menyerang. Oleh sebab itu, ada juga yang menyebut pemain nomor punggung 10 sebagai seorang playmaker, seorang pemain yang memegang skenario sebuah tim.

Oleh sebab itu, sosok si nomor 10 selalu karismatik, punya rasa yang khas ketika penonton menyaksikan langsung di stadion, atau bernostalgia di masa depan. Ia yang menciptakan kebahagian, dengan keindahan yang dirancang seiring pertandingan berjalan. Dan tak jarang, satu umpan terobosannya adalah sebuah keajaiban.

Namun tak jarang, si nomor 10 ini juga menuntaskan sebuah proses menyerang. Ia dianggap punya kemampuan istimewa untuk mempertahankan bola, melewati lawan dengan gerak anggun seperti seorang penari Srimpi dari Kraton Yogyakarta, lalu melepaskan tembakan akurat dengan bola yang seperti hidup, menghindari tangan kiper lawan.

Si nomor punggung 10 adalah sosok pemain yang ideal. Bahkan tak jarang, nomor 10 dipensiunkan, setelah si pemain pensiun. Sikap yang sama berlaku juga untuk “nomor punggung keramat” lainnya, terlebih di Italia, di mana pemain bertahan yang sangat lihai, sama berharganya seperti playmaker yang terasa artistokrat.

Italia memang lekat dengan romantisme seperti itu. Dan AS Roma, baru saja ditinggal pensiun salah satu “si nomor 10” yang paling ikonik di dunia. Ia tak hanya luar biasa di atas lapangan, Francesco Totti, juga dicintai karena kalimat-kalimatnya yang jenaka bermakna dalam, dan atas semua drama yang ia lakoni.

Sebuah berkah bagi generasi yang masih sempat menyaksikan Totti berlaga. Apalagi, mereka yang masih bisa dipukau oleh Totti yang berada di puncak permainannya. Salah satunya adalah ketika Roma menyabet Scudetto pada musim 2000/2001. Atau ketika Totti memproduksi salah satu gol paling indah sepanjang masa ke gawang Internazionale Milano.

Namun, bagi Totti yang sudah sesempurna itu merefleksikan “si nomor 10”, pemain seperti apa sebenarnya yang akan sangat ideal bermain sebagai pengatur serangan?

Legenda Roma dan Italia ini memilih beberapa pemain kaliber elite, para pemain terbaik di dunia, dengan sedikit rasa humor di dalamnya. Kita semua mengenal Totti, dan tanpa humor, ia tak sepenuhnya “Totti”. Maka, siapa saja mereka yang akan membentuk “si nomor 10” paling ideal?

Previous
Page 1 / 6