Sore hari kemarin (2/9), tim nasional Indonesia melakoni sebuah laga uji coba menghadapi salah satu negara dari kawasan Oseania, Fiji. Pertandingan yang berakhir dengan kedudukan tanpa gol itu sendiri dihelat di Stadion Patriot Chandrabhaga yang terletak di Bekasi, Jawa Barat.
Menyaksikan laga Indonesia melawan Fiji melalui layar kaca, ketimbang menunggu-nunggu aksi dari para pemain Indonesia menggempur barisan pertahanan Fiji, pandangan mata saya justru tak henti-hentinya memerhatikan kondisi rumput dari stadion yang dibangun pada tahun 1980-an ini. Alasannya sederhana, lapangan yang digunakan untuk menggelar sebuah laga internasional macam ini kok buruk sekali ya?
Tanpa bermaksud mengejek kualitas dari stadion yang mendapat renovasi besar-besaran per tahun 2012 hingga 2014 lalu ini, namun kenyataannya kondisi lapangan memang begitu menyedihkan ketika digunakan pada laga kemarin.
Terus terang, saya terkejut tatkala menyaksikan rumput di Stadion Patriot tercabut dengan begitu mudahnya akibat tergerus tekel-tekel yang dilakukan para pemain. Sejumlah bagian yang ada di lapangan juga tampak gundul, entah akibat pertumbuhan rumput yang kurang optimal atau masalah lain. Di beberapa kesempatan, laju bola yang bergulir di atas lapangan juga terlihat kurang mulus. Sebuah bukti bahwa beberapa area lapangan kondisinya tidak rata.
Meski sudah termasuk sebagai stadion dengan level internasional, apa yang terlihat dari Stadion Patriot di laga uji coba Indonesia melawan Fiji kemarin adalah sebuah preseden buruk. Padahal, asosiasi sepak bola Indonesia (PSSI) memiliki banyak stadion alternatif untuk menggelar pertandingan kandang timnas Garuda, baik untuk laga persahabatan atau yang lain. Mulai dari Stadion Gelora Sriwijaya di kota Palembang, Stadion Gelora Bandung Lautan Api di Bandung, hingga Stadion Palaran di kota Samarinda.
Namun menyalahkan pihak pengelola Stadion Patriot akibat kejadian-kejadian di atas tentu tak bisa dibenarkan begitu saja. Pasalnya, di sepanjang musim ini, beban kerja stadion berkapasitas sekitar 30 ribu penonton ini memang sungguh berat.
Selain timnas Indonesia, tercatat ada dua kesebelasan di ajang Go-Jek Traveloka Liga 1, yakni Bhayangkara FC dan Persija Jakarta, yang menggunakan Stadion Patriot sebagai kandang mereka. Berkaca pada hal tersebut serta susunan jadwal bertanding, yang disusun oleh PT. Liga Indonesia Baru (PT. LIB), maka kita bisa sama-sama simpulkan bahwa kondisi rumput di Stadion Patriot memang buruk lantaran diinjak-injak secara kontinyu saban pekan. Padahal, proses perawatan rumput stadion agar tetap dalam kondisi optimal membutuhkan tempo yang tidak singkat.
Baca juga: 4 in 1 di Stadion Patriot
Dengan beban kerja yang sangat tinggi macam itu, tentu rumput di Stadion Patriot akan sulit berkembang dengan baik dan justru mudah rusak karena dipaksa untuk terus bekerja. Padahal, bagus atau tidaknya permainan sebuah tim di atas lapangan, salah satu faktor yang memengaruhinya adalah kondisi lapangan.
Tentu akan sangat sulit untuk mengharapkan aksi-aksi gemilang dari tim kesayangan jika kondisi lapangan yang digunakan buat memanggungkan laga juga tidak dalam kondisi ideal. Dengan padatnya jadwal Bhayangkara FC dan Persija, ada baiknya bila pertandingan-pertandingan timnas Indonesia selanjutnya tidak diselenggarakan di Stadion Patriot. Toh, masih ada cukup banyak venue lain yang bisa dijadikan opsi oleh PSSI sebagai tempat menyelenggarakan laga.
Beban berat yang dirasakan Stadion Patriot ini selayaknya menjadi perhatian dari pihak-pihak terkait. Karena jika hal ini terus terjadi dan diabaikan, kondisi lapangan di Stadion Patriot pasti akan segera hancur. Mencari alternatif kandang yang lain serta mengatur jadwal penggunaan stadion untuk pertandingan sepak bola dengan sebaik-baiknya bisa dijadikan sebuah opsi yang wajib untuk dilakukan demi ‘menyelamatkan’ Stadion Patriot.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional