Pertandingan itu terjadi pada 15 Februari 2004 di Stadion Highbury. Arsenal tertinggal 0-1 dari Chelsea di babak kelima Piala FA melalui gol Adrian Mutu di penghujung babak pertama. The Gunners, yang tampil tanpa bintangnya, Thierry Henry, karena cedera, berjuang dengan susah payah untuk mengubah skor.
Siapa yang menyangka, pahlawan mereka pada hari itu adalah pendatang baru dari Sevilla, José Antonio Reyes.
Reyes pada saat itu baru berusia 20 tahun. Ia baru berada di Inggris kurang dari dua bulan, dan manajer Arsenal, Arsene Wenger, langsung memainkannya di beberapa pertandingan penting. Termasuk ketika menghadapi Chelsea di Piala FA ini.
Sepuluh menit memasuki babak kedua, Reyes menerima umpan dari Edu di wilayah pertengahan Chelsea. Dengan bola di kaki kiri favoritnya, ia melepaskan sebuah tendangan 25 meter dari gawang lawan. Bola melayang melewati penjaga gawang Carlo Cudicini dan bersarang di pojok kanan atas gawang Chelsea. Arsenal sukses menyamakan kedudukan dan komentator terkenal John Motson melukiskan momen tersebut dengan mantap: “Reyes telah tiba di Highbury.”
Arsenal pada saat itu merasa beruntung bisa memenangkan persaingan memperebutkan Reyes dari klub-klub besar lainnya. Pemain kelahiran Utrera, 1 September 1983 ini sudah tampil untuk tim utama Sevilla pada usia 18 tahun. Konon, Wenger sudah bolak-balik ke Spanyol sebanyak empat puluh kali untuk mengamati pemain ini sebelum memutuskan untuk membelinya. Akhirnya, ketika jendela transfer dibuka pada bulan Januari 2004, Reyes tiba di Highbury dengan mahar 17 juta paun.
Kepindahannya ke Arsenal cukup membuat heboh para penggemar Sevilla. Ratusan Sevillistas berkumpul di depan Stadion Ramon Sanchez Pizjuan sambil meneriakkan ‘Reyes, Jangan pergi’ dan ‘Reyes, Kami mencintaimu!’. Namun, kesepakatan sudah terjalin dan anak emas Sevilla ini pun bergabung dengan The Gunners.
Enam bulan setelah kepindahannya ke London, Reyes menikmati perayaan gelar juara Liga Inggris. Gelar juara musim 2003/2004 itu adalah yang terakhir kalinya dinikmati The Gunners. Pemain berposisi sebagai penyerang sayap ini juga tampil di final Liga Champions 2006 yang nyaris dimenangi Arsenal. Namun, di luar semua kesuksesan itu, sang pemain malah dilanda homesick yang membuatnya ingin kembali ke Spanyol.
Real Madrid akhirnya menjadi jalan kembalinya Reyes ke Spanyol. Los Merengues menukarnya dengan penyerang Brasil, Julio Baptista, pada musim panas 2006. Meski sukses menjadi bagian skuat Real Madrid yang menjuarai La Liga 2006/2007, ia hanya bertahan semusim. Atletico Madrid akhirnya menjadi tujuan selanjutnya.
Meski tak lagi dianggap pemain papan atas oleh media-media sepak bola, Reyes masih terus dihinggapi berbagai gelar. Dua gelar juara Liga Europa diraihnya selama memperkuat Atletico Madrid dalam kurun waktu 2007 hingga 2012. Bahkan ketika dipinjamkan semusim ke Benfica pun, ia sukses memenangi Piala Liga Portugal 2008/2009.
Namun, lagi-lagi, nama besar Reyes seolah tak cukup untuk menjamin tempat di tim nasional Spanyol. Meski masuk skuat La Furia Roja untuk Piala Dunia 2006, ia tak kunjung terpilih untuk Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010. Gelimang gelar di setiap klub yang diperkuatnya ternyata tak menjamin panggilan timnas baginya.
Karier Reyes akhirnya berputar kembali ke klub yang membesarkannya. Pada musim panas 2012, ia kembali memperkuat Sevilla. Mental juara yang diasahnya dalam segudang pengalamannya membela berbagai klub berhasil ditularkan ke skuat Los Nervionenses. Tiga gelar juara Liga Europa tiga kali berturut-turut selama 2014 hingga 2016 tak lepas dari andilnya.
Selepas dari Sevilla, Reyes sempat memperkuat Espanyol pada musim kompetisi 2016/2017 lalu. Meski kali ini tak mempersembahkan satu trofi pun, ia terbilang cukup sukses mengomandani Los Pericos dalam salah satu musim terbaik mereka sepanjang sejarah, yaitu finis di posisi delapan. Manajemen Espanyol yang cenderung puas dengan kinerja Reyes ingin memperpanjang kontraknya setahun lagi. Namun, di luar dugaan, tawaran itu ditolak pemain yang telah mengoleksi 66 gol sepanjang kariernya ini.
Hingga ulang tahunnya yang ke-34 ini, Reyes masih berstatus tanpa klub. Mari kita tunggu ke mana sang mantan wonderkid ini akan berlabuh.
NB: Beberapa bagian artikel ini disadur dari “José Antonio Reyes: The Man Who Gave Us Too Few but Spectacular Moments of Genius” di These Football Times
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.