Maafkan saya yang menulis judul menggunakan Bahasa Inggris. Kesulitan menemukan kalimat yang tepat untuk menggambarkan sosok Thierry Henry, saya rasa, kalimat judul itu yang paling pas. “Record breaker, history maker.” Henry, seorang pemecah rekor, dan pemantik sejarah, bagi Arsenal, bagi penikmat sepak bola.
Bagi saya, salah satu berkah paling indah dalam hidup ini adalah menyaksikan Henry berlaga menggunakan seragam Arsenal. Dari menit pertama, hingga penghabisan. Melihat nama Henry di dalam daftar pemain saja seperti sudah memberi kelegaan bahwa Arsenal akan punya kesempatan menang, meski di tengah situasi sulit, atau memang harus kalah pada akhirnya.
Paruh akhir tahun 1999, untuk pertama kalinya, saya menyaksikan Henry bermain menggunakan seragam The Gunners. Ia bergabung di bulan Agustus. Saya tak ingat pasti pertandingan itu. Namun yang pasti, melihat Henry berlari dari sisi kiri lapangan, lalu masuk ke kotak penalti, adalah pengalaman yang terus tertanam dalam benak saya.
Bek lawan sama cepatnya dengan Henry. Namun, pemain Prancis ini bisa selalu berada di depan lawan, menggunakan tangan dengan baik, dan menunjukkan bangunan fisik yang kokoh. Akselerasi itu nampak sempurna, gabungan antara kecepatan dan kekuatan tubuh. Ia tak mudah digapai kaki lawan.
Dan aksinya menyisir sisi kiri untuk kemudian masuk ke kotak penalti memang menjadi ciri khas Henry. Makin banyak pengalaman bertanding yang ia lahap, aksi itu semakin terlihat lembut, bahkan gemulai. Gerakannya sangat jelas, penonton televisi pun pasti bisa menduga ia akan berlari. Menggunakan ujung sepatu, ia menggiring bola mendekati gawang.
Dan aksinya yang pamungkas adalah menyodok bola menyusur tanah ke arah tiang jauh. Teknik standar melewatkan bola di sisi tubuh kiper. Sangat kentara, sangat jelas. Tapi ratusan kali Henry keluarkan senjata sederhana itu, ratusan kali pula kiper lawan tak kuasa menggapai bola. Lengkungan tembakannya sangat akurat, menjauhi rentangan tangan kiper.
Baca juga: Thierry Henry: Lahirnya Sang Raja
Anda tahu bagaimana caranya menemukan senjata ampuh ini? Berlatih sudah tentu. Namun yang paling hakiki adalah kekuatan mental untuk tidak kalah dan ketegaran hati menghadapai masa-masa sulit.
Anda tahu gerakan pamungkas pemain pedang tersohor dari Jepang, Musashi? Hanya satu tebasan. Satu tebasan yang polos, yang lawan bisa memperkirakan bahwa tebasan itu akan datang di tengah pertempuran. Namun Kojiro Sasaki, rival terhebat Musashi, pemain pedang penuh teknik itu, tak benar-benar bisa membaca kapan satu tebasan polos itu dilakukan.
Ketika sadar satu tebasan pamungkas sudah terlontar, Sasaki Kojiro sudah ambruk di tepi pantai itu. Bagaimana Musashi melakukannya? Berlatih, menempa diri, dan yang paling tentu, membangun mental untuk tidak kalah.
Musashi dan Thierry Henry pernah melewati masa-masa sulit. Ketika Musashi harus dikeroyok satu perguruan di sebuah gunung, Henry harus menghadapi dirinya sendiri. Kegagalan mencetak gol ketika dimainkan sebagai seorang penyerang menjadi beban yang hampir saja menghancurkan kariernya. Ia seorang pemain sayap, ia tak bisa menjadi penyerang tengah. Anggapan yang berbahaya.
Terkadang, mereka yang ditakdirkan menjadi sang raja harus melewati masa-masa percobaan. Mereka harus menderita, kehilangan kepercayaan, dan direndahkan. Thierry Henry, melewati segala ujian, dan memenuhi takdirnya untuk menjadi “sang raja.”
Henry membangun kepercayaan diri dengan kesadaran bahwa ia tak boleh menyerah. Ia sadar tengah memikul kepercayaan besar dari Arsene Wenger, pelatih yang paling bertanggung jawab atas kesuksesan kariernya. Ia tak mau dijatuhkan oleh situasi. Henry membangun mentalnya sendiri, dengan landasan bahwa ia harus terus mencoba.
Lewat situasi-situasi sulit inilah sosok Henry yang begitu efektif di depan gawang terbangun. Jenis-jenis gol yang ia lesakkan di awal karier bersama Arsenal terasa meledak-ledak. Sepakan jarak jauh cukup sering ia lepaskan. Namun seiring waktu, sepakan jarak jauh tak boros ia gunakan. Hasilnya, hampir semua sepakan jarak jauh Henry menjadi gol indah. Semua dilakukan dengan teliti.
Henry menjadi penyelesai peluang yang efektif. Ia seperti mesin, yang akan terus memproduksi gol, meski peluang yang terbangun sangat minim. Kekuatan keyakinan ini yang membuat lini depan Arsenal sangat bergantung kepada dirinya.
Musim 2005/2006, melawan Tottenham Hotspur di musim akhir Highbury, Arsenal tengah tertinggal. Komentator berkata begini ketika Henry mencetak gol dari umpan Adebayor, “When you need a goal, you need Thierry Henry!” Saat membutuhkan gol, Anda butuh Thierry Henry.
Gol itu tercipta dengan brilian. Berlari diagonal masuk ke kotak penalti, Henry mendapat sodoran pelan dari Adebayor. Posisinya tak ideal untuk melepaskan tembakan, bahkan ketika harus menggunakan kaki kiri. Ketika masuk gerakan kuda-kuda melepas tembakan kaki kiri, kiper lawan akan dapat dengan mudah menebak lalu menutup jalur tembakan.
Henry sadar bahwa ia harus melakukan hal yang istimewa. Dengan ujung sepatu kaki kanan, dengan sedikit meliukkan pinggang, sambil berlari, ia dorong bola ke tiang jauh. Kiper Spurs tak menyangka pilihan teknik menendang Henry. Boleh dikata, Henry yang mencungkil bola, dan lajunya pelan saja. Tapi satu tebasan, satu hasil maksimal.
Anda tahu, teknik menendang ini sangat sulit dilakukan. Anda harus memperkirakan posisi berdiri kiper lawan, menentukan titik permukaan bola untuk disepak, dan memperkirakan jalur gulir bola. Semua dilakukan sambil berlari dan meliukkan pinggang. Waktu yang sempit untuk mengambil keputusan.
Keyakinan yang kuat membuat Henry bisa mewujudkan hal-hal yang mengejutkan seperti ini. Pun ketika Arsenal menjadi klub pertama dari Inggris yang mengalahkan Real Madrid di Santiago Bernabeu. Laju larinya lurus saja. Dengan teknik sederhana, stop and go, Henry membuat bek lawan tak bisa dengan pasti memperkirakan kapan ia akan berakselrasi.
Dan bagaimana cara Henry menceploskan bola? Dengan menempatkan bola di tiang jauh, pojok bagian bawah. Gerakan sederhana, tebasan polos, namun tak bisa digapai Iker Casillas, salah satu kiper terbaik di dunia saat itu.
Anda juga masih ingat laga itu? Ketika Arsenal melawan Leeds United di ajang Piala FA? Ketika Henry pulang kembali ke rumah? Menerima sodoran Alex Song, ia mengontrol bola dengan kaki kanan, mengarahkannya sedikit menyerong dari posisinya berdiri. Tanpa butuh tenaga besar, Henry mendorong bola, kembali ke tiang jauh. Halus sekali.
Derasnya gol Henry selama berseragam Arsenal adalah kepingan sejarah yang akan terus saya simpan dalam kenangan. Ia yang membuat musim itu, musim tanpa kekalahan menjadi semakin mengharukan. Sebuah musim yang menjadi penegasan bahwa, Henry, akan terus menulis sejarahnya sendiri, menggunakan tinta emas dari Piala Emas itu.
Ia pemecah rekor, pengukir sejarah. Anugerah terindah dari Tuhan untuk Gooners. Selamat ulang tahun Thierry Henry, sehat selalu. Sejarah emas itu, akan terus kami kenakan seperti samir kemenangan.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen