Arsenal sudah mencapai kata sepakat dengan Chelsea perihal kepindahan Alex Oxlade-Chamberlain. Nilai transfer hingga 40 juta paun menjadi pelicin kepindahan mantan pemain akademi Southampton tersebut. Namun, sayangnya, kesepatan tersebut harus putus lantaran Chamberlain menolak bergabung dengan The Blues. Sebuah keputusan bodoh?
Latar belakang sikap Chamberlain yang enggan memperpanjang kontrak bersama Arsenal adalah keinginanya mencoba hal baru. Sebuah tantangan, adalah tujuan yang dicari Chamberlain dari sikap tersebut. Arsene Wenger, sebagai bapak yang baik, tentu berusaha mempertahankan pemain asali Inggris tersebut.
Beberapa kali, proses negosiasi kontrak baru menemui jalan buntu karena masalah gaji. The Gunners sudah menyiapkan kontrak baru dengan nilai gaji menyentuh 180 ribu paun per pekan. Namun, Chamberlain masih enggan membubuhkan tanda tangannya sebagai tanda jadi. Apakah Ox, nama panggilan Chamberlain ingin gaji lebih tinggi?
Merujuk ke paragraf kedua, Chamberlain tak benar-benar menginginkan kenaikan gaji yang signifikan. Alasan sikap dinginnya bukan karena uang, melainkan sebuah tantangan. Ia merasa tak nyaman bermain sebagai bek sayap kanan dan ingin lebih banyak dimainkan sebagai gelandang tengah, dan tentu saja, bukan bersama Arsenal.
Alasan itulah yang membuatnya menolak pendekatan Chelsea. Chamberlain merasa Antonio Conte, pelatih Chelsea, akan memainkannya sebagai bek sayap kanan, seperti yang saat ini tengah ia lakoni bersama Arsenal. Sebenarnya, baik alasan Arsenal maupun Chelsea untuk memainkan Chamberlain sebagai bek sayap kanan sudah sangat tepat.
Sejak merasakan skema permainan baru Arsenal, Chamberlain merupakan salah satu pemain dengan performa terbaik, pun konsisten. Sebagai bek sayap kanan, Chamberlain bermain jauh lebih baik ketimbang Hector Bellerin, bek kanan asli. Bellerin, sejak sembuh dari cedera dan berambut gondrong, seperti kehilangan kemampuannya bermain sebagai bek kanan.
Melihat konsistensi yang ditunjukkan Chamberlain, tentu sangat logis apabila Conte memandangnya sebagai bek sayap kanan yang baru. Manajer asal Italia tersebut memang tengah membutuhkan tambahan pemain untuk menjadi kompetitor Victor Moses, guna melakoni peran bek sayap kanan dalam skema 3-4-3.
Dengan kemampuannya, Chamberlain akan dengan mudah bersaing dengan Moses. Chamberlain punya akselerasi dan kemampuan menyerang yang baik. Di tangan pelatih yang tepat, sisi bertahan Chamberlain bisa semakin berkembang, seperti yang dahulu dirasakan Moses. Pun, bermain dengan skema yang lebih seimbang dan terstruktur, Chamberlain berpeluang menjadi pemain yang lebih hebat.
Meski banyak memberikan keuntungan, baik bagi perkembangan dirinya sebagai individu dan karier yang lebih baik, Chamberlain enggan menerima proposal tersebut. Chamberlain justru lebih tertarik hengkang ke Liverpool. Apa alasannya? Ya betul, karena Chamberlain merasa ia akan lebih banyak bermain sebagai gelandang di bawah asuhan Jürgen Klopp.