Kolom

Yang Akan Dirindukan dari Absennya Hansamu Yama, Marinus Wanewar, dan Hargianto

Sepedih apa nanti Indonesia ketika ditinggal absen Hansamu Yama Pranata? Ia menangis ketika Indonesia Raya berkumandang. Dedikasi, kerja keras, kedisiplinan di lini belakang, dan begitu dalamnya rasa cinta negara yang akan kita rindukan dari bek asal PS Barito Putera itu. Melawan Malaysia di semifinal SEA Games 2017, tiga hal itu akan kita rindukan.

Sejak pertandingan pembuka melawan Thailand, lalu meladeni Filipina, mengalahkan Timor Leste, lantas bermain heroik ketika menahan imbang Vietnam, Hansamu selalu bermain sejak menit awal. Bahkan ketika di atas kertas Indonesia bisa mengalahkan Timor Leste, sang pelatih, Luis Milla, tetap memainkan Hansamu. Sang kapten, yang tenaganya sangat dibutuhkan di lini belakang.

Dua pertandingan melawan Thailand dan Vietnam menjadi pertunjukkan kualitas Hansamu. Teknik mengambil bolanya cukup baik untuk standar bek Indonesia. Panjang kakinya membuat Hansamu bisa menutup sisi-sisi badannya dengan baik. Pun, untuk bola atas, pembacaan arah bola dan pergerakan lawan di atas rata-rata.

Pemain berusia 22 tahun ini punya postur yang cukup ideal untuk beradu fisik dengan lawan. Membuat timnas Garuda Muda sangat membutuhkan kehadirannya di atas lapangan.

Memang sangat disayangkan, ketika melawan Kamboja dengan posisi timnas sudah unggul 2-0, beberapa pemain terpancing atas provokasi lawan. Padahal, beberapa pemain tersebut sudah mengantongi hukuman kartu kuning di pertandingan sebelumnya. Lepas kontrol di tengah situasi yang tak menguntungkan masih menjadi warna dominan untuk sepak bola Indonesia.

Ia menyandang ban kapten di lengan. Hansamu, diharapkan bisa menjewer rekan-rekannya yang terpancing dengan provokasi pemain lawan. Sayang, justru dirinya yang ikut terpancing. Sebauh catatan penting yang harus selalu diingat Hansamu, terutama untuk jangka panjang, ketika ia mengawal lini pertahanan timnas Indonesia senior.

Marinus Wanewar dan Muhammad Hargianto

Selain Hansamu, Indonesia juga tak akan diperkuat Marinus Wanewar dan Muhammad Hargianto. Kedua pemain sama-sama mendapatkan kartu kuning ketika melawan Kamboja, dengan alasannya masing-masing. Marinus terlibat kericuhan dengan pemain Kamboja, sedangkan Hargianto mengambil kaki lawan dari belakang.

Mungkin, kehilangan Marinus lebih bisa diatasi ketimbang kehilangan Hargianto. Untuk posisi ujung tombak, Luis Milla masih bisa mengandalkan Ezra Walian. Pemain yang sempat menjalani trial bersama West Ham United tersebut mencetak gol pembuka ketika melawan Kamboja. Gol yang menunjukkan ketajamannya ketika mendapatkan servis di dalam kotak penalti.

Baca juga: Ezra Walian dan Ekspektasi Tinggi di SEA Games 2017

Namun perlu diingat, Ezra tak pernah bermain selama 90 menit penuh. Mungkin bukan karena masalah stamina, namun lebih pada kecocokan skema dan kebutuhan tim. Dengan Ezra, Indonesia punya penyerang yang sangat berbahaya di dalam kotak penalti. Namun, Ezra bukan penyerang yang cukup rajin menekan bek lawan ketika timnas mulai bertahan.

Perbedaan terasa ketika Marinus bermain. Juru gedor Persipura Jayapura tersebut lebih rajin memberi tekanan kepada bek lawan, terutama ketika tim lawan bermain dari bawah. Kecepatan dan keinginan untuk tak mau kalah yang justru akan sangat dibutuhkan Indonesia di semifinal. Komentator lincah Indonesia menyebutnya “pemain yang ngotot”.

Melawan Malaysia, Indonesia mungkin akan lebih banyak ditekan. Dengan Marinus, Indonesia bisa menggelar pertahanan sejak lini pertama. Mengganggu proses Malaysia membangun serangan akan sangat krusial. Mungkin Ezra bisa melakukan hal yang sama. Namun pertanyaannya, sampai menit berapa ia bisa terus-menerus menekan bek lawan?

Marinus juga terbukti sudah sangat cocok dengan pemain menyerang Indonesia lainnya, terutama Septian David Maulana, Osvaldo Haay, dan Febri Hariyadi. Durasi berlatih bersama tim utama yang lebih lama ketimbang Ezra membuat Marinus lebih bisa memahami pola pikir kawan-kawannya. Sebuah tantangan bagi Luis Milla pun sebuah kerugian untuk timnas.

Kerugian yang sama dirasakan di lini tengah, ketika Hargianto absen. Timnas terbukti masih bisa mengatasi absennya Evan Dimas Darmono. Apalagi untuk jenis pertandingan yang spesifik, yaitu ketika timnas Indonesia lebih banyak bertahan. Hargianto, menjadi poros di depan barisan bek-bek Indonesia.

Semifinal nanti bisa jadi Indonesia akan merasakan pengalaman yang sama seperti ketika menahan imbang Vietnam. Bertahan hampir sepanjang laga, dengan serangan balik sebagai cara membongkar pertahanan lawan.

Evan Dimas memang penting dalam proses serangan balik. Kreativitasnya bisa dijadikan tumpuan ketika menggambar pola serangan balik. Namun perlu diingat juga bahwa timnas bisa melancarkan serangan balik karena bisa mementahkan serangan lawan. Selain bek, gelandang bertahan memegang peranan penting.

Mencari penggati ketiga pemain di atas memang mudah, karena ada yang namanya pemain cadangan. Namun, mengisi pentingnya peran Hansamu, Marinus, dan Hargianto yang akan menjadi tantangan besar di semifinal.

Jalan emas Indonesia terbukti sangat terjal. Dan Malaysia, Harimau Malaya, Si Tetangga Berisik, akan menjadi tembok tantangan itu.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen