Filipina
Filipina bersama Timor Leste bisa dikatakan sebagai dua tim terlemah. Tidak banyak informasi yang bisa didapatkan dari Filipina karena dalam mayoritas pertandingan yang dimainkan selama 2017, permainan Filipina banyak dikontrol oleh lawan. Salah satunya adalah ketika kalah 0-1 dari Kamboja.
Kamboja bermain sangat vertikal dalam fase menyerang. Dalam fase bertahan, Kamboja memainkan pressing blok tinggi dan menengah yang membuat Filipina berulang kali memainkan bola-bola panjang melambung prematur ke area depan. Kamboja sukses memaksa Filipina bermain di area Filipina sendiri.
Filipina sendiri baru mulai banyak masuk ke separuh lapangan Kamboja ketika mereka tertinggal dan waktu semakin sedikit. Serangan-serangan Filipina pun, walaupun secara filosofis memiliki kemiripan dengan kebanyakan tim-tim ASEAN lainnya, tetapi kualitas eksekusinya masih di bawah Indonesia, Thailand, Vietnam atau Kamboja.
Pertahanan blok rendah Filipina juga menunjukan beberapa kelemahan mendasar. Walaupun ada indikasi pemain-pemain Filipina memiliki pemahaman bagaimana menjaga compactness horizontal, tetapi compactness spasial mereka buruk. Ini dikarenakan penjagaan perorangan (man to man marking) Filipina yang membuat banyak celah di lini belakang mereka.
Menghadapi Kamboja, beberapa kali, Filipina menunjukan kelemahan serupa. Kamboja gagal memanfaatkan banyak situasi serupa. Semoga timnas asuhan Luis Milla mampu mengidentifikasi situasi ini sebagai salah satu area strategis untuk memenangkan pertandingan.
Dalam fase serang, pola progresi Filipina sangat sederhana. Melalui bek tangah atau gelandang nomor 6, Filipina melambungkan bola langsung ke depan, baik kepada penyerang tengah atau kepada bek sayap yang memberikan opsi kelebaran. Menghadapi pola progresi seperti ini, pressing langsung kepada bek tengah atau kepada nomor 6 lawan bisa menjadi pilihan yang ideal.